Bab 4 Anak Muda

Akhirnya Anggara bisa bernapas lega, setelah Niko dan istrinya pergi dari rumah Kinara. Ia keluar dari kamar kekasihnya itu.

"Mas, mereka curiga dengan mobilmu." Kinara menatap Anggara.

"Besok aku beli mobil baru, biar mereka tidak mengenalinya lagi." Anggara berkata seakan anak-anaknya masih kecil dan mudah dibohongi.

Kinara kemudian bersiap-siap untuk berangkat berkencan, ia menggunakan gaun berwarna merah tua kesukaannya. Tak lupa polesan make-up menghiasi wajah cantiknya, walaupun sudah mulai keriput kulitnya Kinara terlihat awet muda.

"Sayang, kamu cantik sekali." Anggara terpana akan kecantikan Kinara, ia menatap dari atas sampai bawah.

"Apaan kamu, Mas." Kinara tersipu malu.

Dari dulu Anggara tidak pernah berubah, selalu memuji kecantikan Kinara. Mereka berdua kemudian berangkat menuju kebun teh, sesuai dengan yang dijanjikan oleh Anggara.

Di kebun yang sangat luas, hijau, dan begitu indah. Mereka berdua memanjakan mata, menikmati alam yang udaranya sangat segar.

"Awas licin, Sayang." Anggara mengulurkan tangan ketika melewati jalan yang sedikit naik, dan licin.

"Sepertinya aku tidak kuat berjalan sampai puncak, Mas." Napas Kinara tersengal.

"Aku masih kuat menggendong mu," ucap Anggara.

Anggara tidak main-main dengan ucapannya, ia menyodorkan punggungnya agar Kinara naik ke atasnya. Ia berusaha menahan beban berat tubuh Kinara, berjalan dengan kaki bergetar.

Jantung Kinara berdetak kencang, ada sedikit rasa takut menyelimutinya.

"Mas, boleh aku memelukmu. Aku takut," ungkap Kinara.

"Tentu saja, Sayang." Anggara tersenyum sambil menahan beban.

Kinara mengalunkan kedua tangannya ke pundak Anggara, sehingga membuat tubuhnya menempel di punggung Anggara.

Kebetulan mereka di kebun teh tidak sendiri, ada beberapa pasang anak muda yang memperhatikan mereka sambil tersenyum.

"Mas, turunkan aku," pinta Kinara.

"Sebentar lagi sampai, Nara." Bukannya menurunkan, Anggara justru mempercepat langkah kakinya menuju ke atas.

Mereka berhenti di depan sebuah kedai yang berada di atas bukit. Pemandangan dari kedai itu sangat indah, terlihat bukit-bukit kecil yang berwarna hijau subur.

Sambil menikmati secangkir teh dan gorengan yang mereka pesan dari kedai, Anggara dan Kinara benar-benar merasa menjadi muda lagi.

Anggara duduk di kursi bersebelahan dengan Kinara, tangannya memeluk dari belakang. Keduanya begitu romantis, bak anak muda yang sedang jatuh cinta.

"Kakek, bagi tips dong biar romantis terus," ujar seorang anak muda yang menghampiri mereka.

"Tipsnya gak ada." Anggara menatap tajam anak muda itu.

"Kalau, Nenek?" Anak muda itu kembali bertanya ke Kinara.

"Cintai pasangan kalian." Kinara tersenyum ke arah Anggara.

Setelah anak itu pergi, Anggara menggerutu. Ia merasa kesal ada orang yang menganggu ketenangannya.

"Mas, kita pulang yuk," ajak Kinara merasa malu.

Anggara menolak ajakan Kinara, dan menariknya berjalan ke bukit kecil dekat kedai. Kebetulan di sana ada sebuah gubuk yang bisa digunakan untuk istirahat. Ia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam saku.

"Sayang, bukalah. Aku membelikan liontin ini khusus untukmu dua puluh tahun yang lalu." Anggara memberikan kotak itu.

Kinara menolak pemberian Anggara, ia merasa tidak pantas mendapatkan barang- barang mahal.

"Selalu saja kamu menolak pemberian dariku! Kamu mempermainkan ku, Nara!" Anggara merasa tidak dihargai.

"Bukan begitu, Mas. Aku tidak pantas memakai barang mahal. Tolong mengerti," ucap Kinara menundukkan kepalanya.

"Seandainya aku melamar mu, apa kamu akan mengatakan kalau tidak pantas jadi istriku?" tanya Anggara memegang kedua bahu Kinara yang menghadap ke arahnya.

Kinara terdiam seketika, menjalin hubungan dengan laki-laki yang jelas status ekonominya berbeda sudah banyak menimbulkan masalah di masa mudanya. Kini semua terulang kembali, walaupun orang tuanya sudah memberikan restu tetapi tidak dengan keluarga Anggara.

Mengingat putrinya yang sering dihina oleh mertuanya, membuat Kinara ragu untuk menerima pemberian dari Anggara.

"Mas, aku sangat mencintaimu." Kinara memeluk Anggara dengan erat. Di sisi lain, ia tidak ingin kehilangan kekasihnya lagi. Namun, tidak ingin menerima pemberian dari Anggara.

Anggara membalas pelukan Kinara, bahkan air matanya sampai menetes. Ketulusan yang dimiliki begitu besar.

Tiba-tiba ponsel Anggara berdering, sebuah pesan masuk dari Niko yang mengatakan kalau omanya menunggu di rumahnya.

"Sayang, kita pulang sekarang." Tangan Anggara menggandeng Kinara.

"Ada apa, Mas?" tanya Kinara melihat Anggara seperti tergesa-gesa.

"Ibu menungguku di rumah," jawab Anggara.

Sebenarnya Anggara ingin sekali memperkenalkan Kinara dengan ibunya, karena dulu belum ada kesempatan. Namun, ia yakin Kinara akan menolak. Apalagi ada Niko dan Angel yang sedang mengunjungi omanya. Anggara melajukan mobilnya dengan pelan, agar cepat sampai di rumah Kinara.

"Mas, aku turun di depan saja." Kinara menunjukkan sebuah halte bus.

"Nara, kamu sudah gila! Bisa-bisanya menyuruhku menurunkan di jalan." Anggara melirik Kinara.

"Aku tidak ingin merepotkan mu, Mas. Tidak ada maksud lain." Kinara khawatir Anggara marah.

Setelah sampai di rumah Kinara, Anggara segera pergi ke rumah ibunya. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Kinara.

Sampai di sana, Anggara terkejut. Ibunya memintanya untuk menikah dengan Miranda.

"Bu, ini tidak mungkin!" Anggara menolak keras.

Miranda berpura-pura sedih, ia memeluk oma Salma yang tak lain adalah ibunya Anggara.

"Anggara, apa yang kamu ragukan?" tanya Oma Salma.

"Banyak, Bu. Aku tidak bisa mencintai wanita lain selain Nara." Anggara berusaha mengungkapkan isi hatinya.

Oma Salma adalah seorang ibu yang sangat bijak. Beliau tidak memaksa anaknya, justru meminta Miranda untuk mengerti. Menurutnya sebuah ikatan pernikahan tidak bisa dipaksakan, nantinya bisa berakibat fatal.

"Kenapa tidak ada yang mendukungku?" tanya Miranda merasa frustasi.

"Aku sudah menganggap mu seperti adik kandungku sendiri. Jangan ngelunjak!" Anggara memberikan penegasan.

Niko dan Angel hanya bisa menahan rasa malu, mempunyai seorang ibu yang memaksa laki-laki untuk menikahinya. Mereka berdua sudah paham, kalau Miranda hanya menginginkan harta dari keluarga ayahnya. Sebagai rasa terima kasih, Niko berusaha melindungi Anggara dan omanya.

"Seleramu rendah, Anggara. Hanya wanita miskin yang selalu kamu idam-idamkan, memalukan!" cibir Miranda merasa sakit hati karena ditolak secara terang-terangan.

"Wanita miskin lebih terhormat, karena tahu batasan. Tidak seperti kamu." Anggara tidak tinggal diam.

"Siapapun wanita yang berani mendekatimu, akan aku hancurkan!" Miranda memberikan ancaman, lalu keluar dari rumah itu.

Oma Salma, Niko dan Angel hanya bisa saling menatap melihat kelakuan Miranda. Wanita yang selalu melakukan berbagai cara, agar bisa mendapatkan apa yang diinginkan.

"Pah, maafkan sikap ibu yang egois," kata Niko merasa tidak enak.

"Gak papa, Niko. Ibumu memang gila, tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki." Anggara menepuk pundak Niko.

"Anggara, kapan kamu akan mempertemukan ibu dengan kekasihmu?" tanya Oma Salma membuat Anggara menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Terpopuler

Comments

ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •

ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •

ayo jangan insecure Nara, dulu sudah pernah mengalah karena keadaan, sekarang perjuangkan cintamu♥️🤭

2024-12-14

2

Andariya 💖

Andariya 💖

segera pertemukan saja dan menikah kamu anggara ..biarkan miranda yg gila itu
wkkkkkwkkkk

2024-12-09

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bertemu Kembali
2 Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3 Bab 3 Malam Indah
4 Bab 4 Anak Muda
5 Bab 5 Sakit Pinggang
6 Bab 6 Perhatian
7 Bab 7 Pengantar Makanan
8 Bab 8 Semakin Romantis
9 Bab 9 Tidak Rela
10 Bab 10 Masalah Anak
11 Bab 11 Gagal Romantis
12 Bab 12 Tidak Bertemu
13 Bab 13 Tas
14 Bab 14 Penganggu
15 Bab 15 Hampir Celaka
16 Bab 16 Rumah Sakit
17 Bab 17 Keras Kepala
18 Bab 18 Diam-diam
19 Bab 19 Terpaksa Berbohong
20 Bab 20 Tidak Sopan
21 Bab 21 Membuatmu Bahagia
22 Bab 22 Membuat Panik
23 Bab 23 Patah Hati
24 Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25 Bab 25 Pengacau
26 Bab 26 Sindiran Tetangga
27 Bab 27 Club Malam
28 Bab 28 Wanita Malam
29 Bab 29 Rencana Angel
30 Bab 30 Cicit
31 Bab 31 Dijodohkan Lagi
32 Bab 32 Jadohku
33 Bab 33 Setuju
34 Bab 34 Urus Pernikahanmu
35 Bab 35 Foto
36 Bab 36 Ragu
37 Bab 37 Pelajaran
38 Bab 38 Takut
39 Bab 39 Surat Perjanjian
40 Bab 40 Memalukan
41 Bab 41 Minggu Depan
42 Bab 42 Belajar
43 Bab 43 Penasaran
44 Bab 44 Agar Mandiri
45 Bab 45 Persiapan
46 Bab 46 Gara-gara Angel
47 Bab 47 Ketakutan
48 Bab 48 Sah!
49 Bab 49 Belum Siap
50 Bab 50 Pujian Mertua
51 Bab 51 Gaun Malam
52 Bab 52 Malam Pertama
53 Bab 53 Oma Sakit
54 Bab 54 Cemburu
55 Bab 55 Bulan Madu
56 Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57 Bab 57 Kembali
58 Bab 58 Rumah
59 Bab 59 Dilarang
60 Bab 60 Menghabiskan Waktu
61 Bab 61 Aniversary Pernikahan
62 Bab 62 Kemacetan
63 Bab 63 Maaf Untuk Angel
64 Bab 64 Hamil
65 Bab 65 Khawatir
66 Bab 66 Buah Mangga
67 Bab 67 Kebun Lagi
68 Bab 68 Mulai Terungkap
69 Bab 69 Salah Paham
70 Bab 70 Kecewa
71 Bab 71 Masih Marah
72 Bab 72 Lapar
73 Bab 73 Demi Mie Instan
74 PENGUMUMAN
75 Bab 74 Licik
76 Bab 75 Terungkap
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1 Bertemu Kembali
2
Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3
Bab 3 Malam Indah
4
Bab 4 Anak Muda
5
Bab 5 Sakit Pinggang
6
Bab 6 Perhatian
7
Bab 7 Pengantar Makanan
8
Bab 8 Semakin Romantis
9
Bab 9 Tidak Rela
10
Bab 10 Masalah Anak
11
Bab 11 Gagal Romantis
12
Bab 12 Tidak Bertemu
13
Bab 13 Tas
14
Bab 14 Penganggu
15
Bab 15 Hampir Celaka
16
Bab 16 Rumah Sakit
17
Bab 17 Keras Kepala
18
Bab 18 Diam-diam
19
Bab 19 Terpaksa Berbohong
20
Bab 20 Tidak Sopan
21
Bab 21 Membuatmu Bahagia
22
Bab 22 Membuat Panik
23
Bab 23 Patah Hati
24
Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25
Bab 25 Pengacau
26
Bab 26 Sindiran Tetangga
27
Bab 27 Club Malam
28
Bab 28 Wanita Malam
29
Bab 29 Rencana Angel
30
Bab 30 Cicit
31
Bab 31 Dijodohkan Lagi
32
Bab 32 Jadohku
33
Bab 33 Setuju
34
Bab 34 Urus Pernikahanmu
35
Bab 35 Foto
36
Bab 36 Ragu
37
Bab 37 Pelajaran
38
Bab 38 Takut
39
Bab 39 Surat Perjanjian
40
Bab 40 Memalukan
41
Bab 41 Minggu Depan
42
Bab 42 Belajar
43
Bab 43 Penasaran
44
Bab 44 Agar Mandiri
45
Bab 45 Persiapan
46
Bab 46 Gara-gara Angel
47
Bab 47 Ketakutan
48
Bab 48 Sah!
49
Bab 49 Belum Siap
50
Bab 50 Pujian Mertua
51
Bab 51 Gaun Malam
52
Bab 52 Malam Pertama
53
Bab 53 Oma Sakit
54
Bab 54 Cemburu
55
Bab 55 Bulan Madu
56
Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57
Bab 57 Kembali
58
Bab 58 Rumah
59
Bab 59 Dilarang
60
Bab 60 Menghabiskan Waktu
61
Bab 61 Aniversary Pernikahan
62
Bab 62 Kemacetan
63
Bab 63 Maaf Untuk Angel
64
Bab 64 Hamil
65
Bab 65 Khawatir
66
Bab 66 Buah Mangga
67
Bab 67 Kebun Lagi
68
Bab 68 Mulai Terungkap
69
Bab 69 Salah Paham
70
Bab 70 Kecewa
71
Bab 71 Masih Marah
72
Bab 72 Lapar
73
Bab 73 Demi Mie Instan
74
PENGUMUMAN
75
Bab 74 Licik
76
Bab 75 Terungkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!