Bab 7 Pengantar Makanan

Anggara begitu antusias untuk bertemu Kinara lagi, ia tidak peduli lelah tidak dirinya. Saat ini, ia sudah berada di depan rumah Kinara mengantarkan Angel.

"Tuan, silahkan masuk dulu," ucap Kinara.

"Terima kasih, Nyonya. Saya langsung pulang saja." Anggara tersenyum tipis.

"Pah, masuk dulu saja. Kita ngobrol sebentar," timpal Angel.

Kinara dan Anggara saling menatap, memberikan kode agar menolak ajakan Angel. Namun, Anggara memilih masuk ke dalam rumah.

"Mas, keterlaluan sekali kamu. Kalau Angel curiga gimana?" bisik Kinara ketika Angel pergi ke dapur untuk membuatkan minuman.

"Tidak, Sayang," ujar Anggara tersenyum tipis.

Mereka berdua berlagak seolah-olah baru kenal, keduanya sangat pandai menutupi kenyataan yang ada.

Angel datang membawa secangkir kopi untuk Anggara. "Pah, minum dulu."

"Kopi lagi!" Kinara terkejut.

"Kalau pagi Papah minum kopi, Mah." Angel meletakkan kopinya di atas meja.

"Tapi ...

"Gak papa, Nyonya. Menantu sudah hafal kebiasaan saya di rumah." Anggara memotong ucapan Kinara.

Agar tidak menimbulkan kecurigaan, Anggara segera berpamitan pulang. Tak lupa, ia mengingatkan Kinara untuk memasak bekal untuknya nanti siang.

Setelah Anggara pergi, Kinara mengajak Angel pergi ke swalayan berbelanja bahan masakan. Kinara masih ingat makanan kesukaan Anggara, ia ingin membuatkannya.

Dalam hati Angel sebenarnya bertanya-tanya, kenapa mamahnya membeli banyak sayuran. Biasanya Kinara jarang membeli berbagai jenis, ia hanya membeli sesuai keinginan.

"Mah, Angel bantu masak," kata Angel mengambil wadah untuk mencuci sayuran.

"Tidak perlu, Sayang. Lebih baik kamu istirahat," tolak Kinara lembut. Ia khawatir rasa masakannya berbeda, tidak seperti yang Anggara inginkan.

Siang hari telah tiba, Kinara mengemas rapi masakannya dalam wadah yang sudah disiapkan. Ia juga sudah berpakaian rapi, menggunakan kemeja dan rok pendek di bawah lutut. Rambut putihnya terurai indah, polesan make-up tipis membuatnya terlihat tampil elegan.

"Mamah, mau kemana? Cantik sekali," kata Angel menatap mamahnya dari ujung kepala hingga kaki.

"Em ... ada yang pesan masakan Mamah, Sayang. Kamu jaga rumah sebentar," ujar Kinara lalu meninggalkan Angel.

Kinara tidak jadi dijemput oleh sopir kantor Anggara, karena takut Angel akan curiga. Ia berangkat dengan taksi online yang sudah dipesankan oleh Anggara.

Kinara menatap gedung yang menjulang tinggi di depan matanya, rasa ragu untuk melangkah tiba-tiba menghampirinya. Namun, ia teringat Anggara yang pasti memilih menahan lapar.

Sampai di dalam kantor, ada seorang resepsionis yang menghentikannya.

"Bu, apa sudah ada janji?" tanya Resepsionis itu.

"Tuan Anggara meminta saya langsung masuk ke ruangannya, Mbak." Kinara berkata dengan pelan.

"Tetapi tidak bisa, Bu. Tuan Anggara tidak meninggalkan pesan apa-apa." Resepsionis tetap kekeh melarang Kinara.

"Mbak, ini chat beliau." Kinara tidak kehabisan akal, ia memperlihatkan pesan di ponselnya dengan Anggara.

"Maaf, Bu! Saya bilang tidak bisa!" seru Resepsionis, menatap sengit Kinara.

Kinara memilih mengalah, daripada membuat keributan di kantor yang ujungnya membuat malu dirinya sendiri. Ia mengirimkan pesan ke Anggara, kalau akan menitipkan makanannya ke resepsionis.

Ternyata Anggara justru sangat marah, ia menuju ke tempat resepsionis dan langsung memecatnya saat itu juga.

"Tuan, saya butuh pekerjaan. Tolong jangan pecat saya." Resepsionis menangis sedih.

"Beraninya kamu melarang tamu penting ke ruangan ku! Apa kamu tidak membaca pesanku tadi!" marah Anggara.

Sebelum Kinara datang, Anggara memang sudah mengirimkan pesan ke resepsionis agar mengantarkan Kinara masuk ke ruang kerjanya. Jadi, kesalahan resepsionis adalah melarang Kinara dan mengabaikan perintah Anggara.

"Tuan, jangan pecat dia. Saya mohon," ungkap Kinara.

"Gara-gara dia, aku nahan lapar!" Anggara masih marah.

Kinara tidak tega melihat resepsionis itu menangis, bahkan sampai bersimpuh di kaki Anggara.

"Mbak, jangan seperti ini. Aku akan membantumu." Kinara membantu resepsionis berdiri.

Anggara menarik tangan Kinara, dan membawanya masuk ke ruang kerjanya. Di dalam ruang kerja, Anggara meminta Kinara untuk menyiapkan makan siangnya.

"Mas, aku ingin bicara sebentar." Kinara membuka satu persatu wadah makanan itu.

"Aku mau makan dulu, Nara! Sebelum nafsu makanku hilang." Anggara mulai mengambil udang goreng kesukaannya.

Suasana begitu hening, Kinara menatap Anggara yang sedang makan dengan begitu lahap. Hanya ada suara garpu dan sendok yang saling beradu.

"Rasanya enak sekali." Anggara memuji masakan Kinara.

"Dari dulu masakanku enak, Mas." Kinara berkata dengan sombong.

"Nara, nanti malam buatkan lagi," pinta Anggara.

Kinara menolak, ada Angel di rumah. Pasti Niko nanti bermalam di sana, ia juga berpesan ke Anggara agar tidak datang ke rumahnya lebih dulu.

"Kalau aku tidak boleh ke rumahmu, datanglah ke rumahku, Nara. Aku tidak mau dengar alasan apapun lagi." Anggara begitu keras kepala.

"Baiklah! Aku akan datang, tetapi ada syaratnya." Kinara memberikan sebuah syarat yang tentu saja untuk menolong resepsionis tadi.

"Katakan, Sayang. Aku akan memberikan semua permintaanmu, asal datang ke rumah." Anggara tersenyum bahagia.

Kinara memegang tangan Anggara, ia mulai berkata pelan agar Anggara tidak marah. Terlebih Kinara menasehatinya lebih dulu, baru mengatakan kalau resepsionis tadi jangan sampai dipecat. Bagaimanapun resepsionis tadi sudah berjasa dalam bekerja, memajukan perusahaan Anggara.

Kali ini Anggara sudah terlanjur berjanji, sebagai seorang laki-laki bertanggung jawab. Ia segera memerintahkan asisten pribadinya, agar tidak jadi memecat resepsionis tadi.

"Terima kasih, Mas." Kinara mencium pipi Anggara hingga lipstiknya menempel.

"Berani sekali, Nara." Anggara membalas ciuman Kinara.

"Sudah, Mas. Hentikan!" Kinara menahan tawanya.

Mereka berdua bercanda seperti anak kecil, sampai tidak ingat usia. Kinara yang menghindari Anggara, sampai tidak sengaja menjatuhkan tumpukan berkas dan berserakan di lantai.

"Nara, sepertinya kamu harus berlama-lama di sini." Anggara membereskan berkas itu.

"Maaf, Mas. Aku tidak sengaja." Kinara membantu Anggara.

Sementara itu, di depan ada Niko yang hendak meeting bersama rekan kerjanya di perusahaan milik Anggara. Sudah menjadi kebiasaannya, sebelum meeting pasti masuk ke ruang kerja Anggara.

"Tuan Anggara tidak mengizinkan Anda masuk, Tuan Niko." Sekertaris Anggara sudah bersiap mencegah siapapun masuk ke ruang kerja tuanya.

"Ada tamu?" tanya Niko.

"Tidak, Tuan. Hanya saja Tuan Anggara sedang sibuk." Jelas Sekertaris.

Niko tersenyum tipis, ia langsung pergi ke ruang meeting. Ia sudah curiga kalau ada yang tidak beres dengan papahnya, karena sikap Anggara beberapa hari ini kelihatan berbeda dari biasanya.

Ketika hendak ke toilet, Niko tidak sengaja mendengar karyawan sedang bergosip membicarakan Anggara yang memecat resepsionis gara-gara tukang pengantar makanan.

"Pengantar makanan tadi hebat ya, bisa membuat Siska yang galak dipecat," ujar seorang karyawan.

"Bukan hanya hebat, Tuan Anggara membelanya lho," kata teman karyawan itu.

Niko penasaran dengan pembicaraan mereka. "Maksud kalian apa?"

Terpopuler

Comments

Andariya 💖

Andariya 💖

oh..ternyata resepsionisnya memang galak...wkkkkk

2024-12-13

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bertemu Kembali
2 Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3 Bab 3 Malam Indah
4 Bab 4 Anak Muda
5 Bab 5 Sakit Pinggang
6 Bab 6 Perhatian
7 Bab 7 Pengantar Makanan
8 Bab 8 Semakin Romantis
9 Bab 9 Tidak Rela
10 Bab 10 Masalah Anak
11 Bab 11 Gagal Romantis
12 Bab 12 Tidak Bertemu
13 Bab 13 Tas
14 Bab 14 Penganggu
15 Bab 15 Hampir Celaka
16 Bab 16 Rumah Sakit
17 Bab 17 Keras Kepala
18 Bab 18 Diam-diam
19 Bab 19 Terpaksa Berbohong
20 Bab 20 Tidak Sopan
21 Bab 21 Membuatmu Bahagia
22 Bab 22 Membuat Panik
23 Bab 23 Patah Hati
24 Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25 Bab 25 Pengacau
26 Bab 26 Sindiran Tetangga
27 Bab 27 Club Malam
28 Bab 28 Wanita Malam
29 Bab 29 Rencana Angel
30 Bab 30 Cicit
31 Bab 31 Dijodohkan Lagi
32 Bab 32 Jadohku
33 Bab 33 Setuju
34 Bab 34 Urus Pernikahanmu
35 Bab 35 Foto
36 Bab 36 Ragu
37 Bab 37 Pelajaran
38 Bab 38 Takut
39 Bab 39 Surat Perjanjian
40 Bab 40 Memalukan
41 Bab 41 Minggu Depan
42 Bab 42 Belajar
43 Bab 43 Penasaran
44 Bab 44 Agar Mandiri
45 Bab 45 Persiapan
46 Bab 46 Gara-gara Angel
47 Bab 47 Ketakutan
48 Bab 48 Sah!
49 Bab 49 Belum Siap
50 Bab 50 Pujian Mertua
51 Bab 51 Gaun Malam
52 Bab 52 Malam Pertama
53 Bab 53 Oma Sakit
54 Bab 54 Cemburu
55 Bab 55 Bulan Madu
56 Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57 Bab 57 Kembali
58 Bab 58 Rumah
59 Bab 59 Dilarang
60 Bab 60 Menghabiskan Waktu
61 Bab 61 Aniversary Pernikahan
62 Bab 62 Kemacetan
63 Bab 63 Maaf Untuk Angel
64 Bab 64 Hamil
65 Bab 65 Khawatir
66 Bab 66 Buah Mangga
67 Bab 67 Kebun Lagi
68 Bab 68 Mulai Terungkap
69 Bab 69 Salah Paham
70 Bab 70 Kecewa
71 Bab 71 Masih Marah
72 Bab 72 Lapar
73 Bab 73 Demi Mie Instan
74 PENGUMUMAN
75 Bab 74 Licik
76 Bab 75 Terungkap
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1 Bertemu Kembali
2
Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3
Bab 3 Malam Indah
4
Bab 4 Anak Muda
5
Bab 5 Sakit Pinggang
6
Bab 6 Perhatian
7
Bab 7 Pengantar Makanan
8
Bab 8 Semakin Romantis
9
Bab 9 Tidak Rela
10
Bab 10 Masalah Anak
11
Bab 11 Gagal Romantis
12
Bab 12 Tidak Bertemu
13
Bab 13 Tas
14
Bab 14 Penganggu
15
Bab 15 Hampir Celaka
16
Bab 16 Rumah Sakit
17
Bab 17 Keras Kepala
18
Bab 18 Diam-diam
19
Bab 19 Terpaksa Berbohong
20
Bab 20 Tidak Sopan
21
Bab 21 Membuatmu Bahagia
22
Bab 22 Membuat Panik
23
Bab 23 Patah Hati
24
Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25
Bab 25 Pengacau
26
Bab 26 Sindiran Tetangga
27
Bab 27 Club Malam
28
Bab 28 Wanita Malam
29
Bab 29 Rencana Angel
30
Bab 30 Cicit
31
Bab 31 Dijodohkan Lagi
32
Bab 32 Jadohku
33
Bab 33 Setuju
34
Bab 34 Urus Pernikahanmu
35
Bab 35 Foto
36
Bab 36 Ragu
37
Bab 37 Pelajaran
38
Bab 38 Takut
39
Bab 39 Surat Perjanjian
40
Bab 40 Memalukan
41
Bab 41 Minggu Depan
42
Bab 42 Belajar
43
Bab 43 Penasaran
44
Bab 44 Agar Mandiri
45
Bab 45 Persiapan
46
Bab 46 Gara-gara Angel
47
Bab 47 Ketakutan
48
Bab 48 Sah!
49
Bab 49 Belum Siap
50
Bab 50 Pujian Mertua
51
Bab 51 Gaun Malam
52
Bab 52 Malam Pertama
53
Bab 53 Oma Sakit
54
Bab 54 Cemburu
55
Bab 55 Bulan Madu
56
Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57
Bab 57 Kembali
58
Bab 58 Rumah
59
Bab 59 Dilarang
60
Bab 60 Menghabiskan Waktu
61
Bab 61 Aniversary Pernikahan
62
Bab 62 Kemacetan
63
Bab 63 Maaf Untuk Angel
64
Bab 64 Hamil
65
Bab 65 Khawatir
66
Bab 66 Buah Mangga
67
Bab 67 Kebun Lagi
68
Bab 68 Mulai Terungkap
69
Bab 69 Salah Paham
70
Bab 70 Kecewa
71
Bab 71 Masih Marah
72
Bab 72 Lapar
73
Bab 73 Demi Mie Instan
74
PENGUMUMAN
75
Bab 74 Licik
76
Bab 75 Terungkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!