Bab 17 Keras Kepala

"Apa kamu bilang? Kinara dibawa ke rumah sakit! Kenapa tidak memberitahuku dari tadi!" Anggara begitu marah, ketika mendengar kabar tentang kekasihnya.

"Tuan, tadi menyuruhku pergi." Pengawal itu menundukkan kepalanya, tubuhnya bergetar karena rasa takut.

Anggara tidak menghukum pengawalnya, karena merasa bersalah sudah tidak mau mendengarkan pengawal tadi ketika hendak memberikan kabar tentang Kinara. Ia segera bergegas menuju ke rumah sakit.

"Suster, dimana Kinara dirawat?" tanya Anggara, ketika sudah sampai di rumah sakit

"Pasien yang bernama Nyonya Kinara berada di ruang VIP, Tuan." Suster mengantarkan Anggara ke ruang dimana Kinara sedang dirawat.

Anggara melangkahkan kaki dengan cepat, wajahnya terlihat cemas. Banyak sekali keinginannya untuk membahagiakan Kinara yang belum terwujud. Ia merasa lalai dalam menjaganya.

Terlihat Niko dan Anggel duduk di depan sebuah ruangan rawat inap, mereka saling berpelukan menguatkan satu sama lain.

"Angel, bagaimana keadaan mamah mu?" tanya Anggara.

"Mamah masih dalam keadaan kritis, Pah. Siapa yang memberitahu Anda?" Angel balik bertanya.

"Ada tadi," jawab Anggara, terpaksa berbohong.

"Pah, kejadian ini hanya aku dan Niko yang tahu. Bagaimana bisa ada orang lain memberikan kabar? Sementara kita belum mengabarkan ke siapapun." Angel mulai bertambah curiga dengan kedekatan Anggara dan mamahnya.

Agar tidak terjadi pertengkaran, akhirnya Niko memilih mengatakan kalau dirinya yang sudah memberitahu Anggara. Ia sangat hafal dengan sikap istrinya, selalu mempermasalahkan hal kecil.

Dokter kembali memberitahukan kepada mereka, kalau Kinara membutuhkan donor darah secepatnya. Dalam waktu dua puluh empat jam, mereka harus mendapatkan.

"Coba cek darah saya, Dok." Anggara menawarkan dirinya. Ia teringat ketika masih muda dulu, duduk di bawah pohon yang rindang di sudut lapangan. Kinara saat itu tangannya terluka karena duri bunga mawar yang ia berikan, dan mengatakan kalau sampai darahnya habis akan meminta ganti. Saat itu juga, Kinara menyebutkan golongan darahnya ternyata sama dengan golongan darah Anggara.

"Ayo ikut saya, Tuan. Kita lakukan pemeriksaan sekarang juga." Dokter merasa sangat lega, akhirnya pasien yang ditanganinya akan mendapatkan pertolongan.

Namun, semuanya dipatahkan oleh Angel. Ia tidak setuju. Angel tidak ingin darah Anggara mengalir di tubuh mamahnya. Bahkan ia menyalahkan Anggara atas kejadian ini.

"Angel, mamah mu butuh pertolongan secepatnya! Ini taruhannya nyawa!" Anggara berkata tegas, rahangnya mengeras menatap tajam menantunya.

"Jangan berpikir uang Papah banyak, terus bisa seenaknya! Aku bisa mencari donor untuk mamah." Angel bersikeras.

"Sayang ....

"Cukup, Niko! Keputusanku sudah bulat," ucap Angel memotong ucapan suaminya.

"Baiklah! Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Kinara, aku akan membuat perhitungan!" Mata Anggara memerah, menahan kekesalan dan amarah.

Angel mengambil ponselnya dari dalam tas, ia berusaha menghubungi teman-temannya dan rumah sakit lain untuk mendapatkan donor darah. Tetapi, usahanya sia-sia. Tidak ada yang mau membantunya, kebetulan rumah sakit lain juga kehabisan stok.

Dokter dan suster terus mendesaknya, karena waktu yang diberikan sudah hampir habis. Kondisi Kinara saat ini juga semakin buruk.

Tanpa menunggu persetujuan Angel, diam-dian Anggara melakukan tes darah. Ternyata hasilnya memang cocok.

"Ambil saja darah saya, Dok," pinta Anggara.

"Tidak bisa, Tuan. Pihak keluarga tidak mengizinkan." Dokter masih menunggu keputusan Angel.

Anggara meraih kerah kemeja Dokter, ia mengancamnya akan membunuh kalau sampai Kinara tidak diselamatkan.

Dokter merasa ketakutan, beliau tahu Anggara tidak akan main-main dengan ancamannya. Apalagi posisi Anggara sebagai orang yang berpengaruh di kota ini. Beliau kemudian mendatangi Angel, dan meminta persetujuan.

"Kenapa orang disini tidak ada yang membelaku! Dok, jangan paksa aku lagi. Lebih baik mamah tidak ada, daripada di tubuhnya mengalir darah orang yang sudah menyakitinya!" Air mata Angel mengalir di wajahnya.

Plak ... plak ...

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Angel, hingga memerah. Niko tidak suka dengan ucapan istrinya, berbicara tanpa berpikir lebih dulu.

"Niko, kamu tega melakukan." Angel mengusap wajahnya yang terasa perih.

"Jaga ucapanmu!" seru Niko.

"Ini bukan saatnya untuk saling bertengkar! Nyawa mamah kalian harus terselamatkan." Dokter meninggalkan mereka bertiga.

Anggara meminta putranya untuk meminta maaf, bagaimanapun juga Kinara sangat menyayangi putrinya. Seandainya Kinara melihat kejadian ini, pasti akan membela Angel.

Sebagai anak yang berbakti, tentu saja Niko segera menuruti permintaan papahnya. Ia berlutut dihadapkan Angel, lalu mengucapkan kata maaf sambil meneteskan air mata.

"Lebih baik kalian pergi!" Angel mengusir Niko dan Anggara.

"Angel, apa Kinara pernah mendidik mu seperti ini?" tanya Anggara, tersenyum tipis.

"Tidak, Pah. Mamah sangat baik, walaupun aku hanya anak angkatnya," balas Angel.

"Apa kamu tidak ingin membalas kebaikannya? Dia berjuang mati-matian membesarkan mu, memberikan kasih sayang yang bahkan tidak pernah diberikan oleh orang tua kandungmu," kata Anggara.

Ucapan sang mertua begitu menusuk hatinya, ia memilih untuk berjalan meninggalkan Anggara. Dari balik kaca, ia melihat mamahnya terbaring lemah. Tangannya mengusap kaca itu, menghilangkan uap yang berasal dari hembusan napasnya.

Perlahan Niko mendekatinya, mengusap punggung Angel untuk menguatkan istrinya. Ia sangat perhatian terhadap Angel, walaupun begitu keras kepala.

"Bagaimana keputusanmu?" tanya Niko.

"Aku tidak tahu, Nik. Setelah mamah tahu siapa yang mendonorkan darahnya nanti, pasti akan dengan mudah menuruti keinginan orang itu." Angel khawatir mamahnya menikah dengan Anggara.

"Semua sudah takdir, Sayang. Tidak ada yang bisa dihindari. Dulu saat kita akan menikah, pasti mamah tidak akan pernah memberikan restu kalau tahu aku anak papah. Kenyataannya mamah orang yang sangat baik, bijaksana, tidak egois. Beliau lebih mementingkan kebahagiaanmu." Niko merasa frustasi, hampir saja menyerah menasehati istrinya.

Angel seketika terdiam, tidak begitu menanggapi ucapan suaminya. Keputusannya sudah bulat, melarang Kinara berhubungan dengan Anggara. Walaupun dianggap egois, ia tidak peduli.

"Sayang, izinkan papah membatu mamah. Aku mohon." Niko menggenggam tangan Angel.

"Berikan aku waktu berpikir, Nik." Angel menarik tangannya.

***

Sementara itu, Anggara kembali masuk ke ruangan Dokter yang menangani Kinara. Ia memaksa Dokter untuk melakukan transfusi darah untuk Kinara.

Anggara menggebrak meja Dokter itu, ia sudah kehilangan kendali. Hampir saja wajah Dokter menjadi sasaran amukannya, beruntung ada pengawalnya yang memenangkan Anggara.

Bruk ...

Semua barang yang ada di atas meja terjatuh ke lantai, seperti buku, tempat tisu, dan berkas-berkas pasien.

"Ampun, Tuan." Dokter sangat ketakutan.

"Dasar tidak berguna!" Anggara menendang sebuah kursi.

"Tuan, tolong hentikan! Kasian pasien lainnya. Kita bisa bawa Nyonya ke luar negeri sekarang juga." Pengawal Anggara memberikan ide di luar nalar.

Anggara menganggukkan kepalanya, kemudian melangkahkan kaki dari ruangan dokter yang sudah hancur berantakan karena ulahnya.

"Tunggu, Tuan!" teriak Dokter mengejar Anggara.

"Ada apa lagi?" tanya Anggara, menghentikan langkahnya.

Terpopuler

Comments

Andariya 💖

Andariya 💖

angel..kamu ini emang anak yg gak tahu balas budi..dasar egois

2024-12-28

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bertemu Kembali
2 Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3 Bab 3 Malam Indah
4 Bab 4 Anak Muda
5 Bab 5 Sakit Pinggang
6 Bab 6 Perhatian
7 Bab 7 Pengantar Makanan
8 Bab 8 Semakin Romantis
9 Bab 9 Tidak Rela
10 Bab 10 Masalah Anak
11 Bab 11 Gagal Romantis
12 Bab 12 Tidak Bertemu
13 Bab 13 Tas
14 Bab 14 Penganggu
15 Bab 15 Hampir Celaka
16 Bab 16 Rumah Sakit
17 Bab 17 Keras Kepala
18 Bab 18 Diam-diam
19 Bab 19 Terpaksa Berbohong
20 Bab 20 Tidak Sopan
21 Bab 21 Membuatmu Bahagia
22 Bab 22 Membuat Panik
23 Bab 23 Patah Hati
24 Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25 Bab 25 Pengacau
26 Bab 26 Sindiran Tetangga
27 Bab 27 Club Malam
28 Bab 28 Wanita Malam
29 Bab 29 Rencana Angel
30 Bab 30 Cicit
31 Bab 31 Dijodohkan Lagi
32 Bab 32 Jadohku
33 Bab 33 Setuju
34 Bab 34 Urus Pernikahanmu
35 Bab 35 Foto
36 Bab 36 Ragu
37 Bab 37 Pelajaran
38 Bab 38 Takut
39 Bab 39 Surat Perjanjian
40 Bab 40 Memalukan
41 Bab 41 Minggu Depan
42 Bab 42 Belajar
43 Bab 43 Penasaran
44 Bab 44 Agar Mandiri
45 Bab 45 Persiapan
46 Bab 46 Gara-gara Angel
47 Bab 47 Ketakutan
48 Bab 48 Sah!
49 Bab 49 Belum Siap
50 Bab 50 Pujian Mertua
51 Bab 51 Gaun Malam
52 Bab 52 Malam Pertama
53 Bab 53 Oma Sakit
54 Bab 54 Cemburu
55 Bab 55 Bulan Madu
56 Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57 Bab 57 Kembali
58 Bab 58 Rumah
59 Bab 59 Dilarang
60 Bab 60 Menghabiskan Waktu
61 Bab 61 Aniversary Pernikahan
62 Bab 62 Kemacetan
63 Bab 63 Maaf Untuk Angel
64 Bab 64 Hamil
65 Bab 65 Khawatir
66 Bab 66 Buah Mangga
67 Bab 67 Kebun Lagi
68 Bab 68 Mulai Terungkap
69 Bab 69 Salah Paham
70 Bab 70 Kecewa
71 Bab 71 Masih Marah
72 Bab 72 Lapar
73 Bab 73 Demi Mie Instan
74 PENGUMUMAN
75 Bab 74 Licik
76 Bab 75 Terungkap
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1 Bertemu Kembali
2
Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3
Bab 3 Malam Indah
4
Bab 4 Anak Muda
5
Bab 5 Sakit Pinggang
6
Bab 6 Perhatian
7
Bab 7 Pengantar Makanan
8
Bab 8 Semakin Romantis
9
Bab 9 Tidak Rela
10
Bab 10 Masalah Anak
11
Bab 11 Gagal Romantis
12
Bab 12 Tidak Bertemu
13
Bab 13 Tas
14
Bab 14 Penganggu
15
Bab 15 Hampir Celaka
16
Bab 16 Rumah Sakit
17
Bab 17 Keras Kepala
18
Bab 18 Diam-diam
19
Bab 19 Terpaksa Berbohong
20
Bab 20 Tidak Sopan
21
Bab 21 Membuatmu Bahagia
22
Bab 22 Membuat Panik
23
Bab 23 Patah Hati
24
Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25
Bab 25 Pengacau
26
Bab 26 Sindiran Tetangga
27
Bab 27 Club Malam
28
Bab 28 Wanita Malam
29
Bab 29 Rencana Angel
30
Bab 30 Cicit
31
Bab 31 Dijodohkan Lagi
32
Bab 32 Jadohku
33
Bab 33 Setuju
34
Bab 34 Urus Pernikahanmu
35
Bab 35 Foto
36
Bab 36 Ragu
37
Bab 37 Pelajaran
38
Bab 38 Takut
39
Bab 39 Surat Perjanjian
40
Bab 40 Memalukan
41
Bab 41 Minggu Depan
42
Bab 42 Belajar
43
Bab 43 Penasaran
44
Bab 44 Agar Mandiri
45
Bab 45 Persiapan
46
Bab 46 Gara-gara Angel
47
Bab 47 Ketakutan
48
Bab 48 Sah!
49
Bab 49 Belum Siap
50
Bab 50 Pujian Mertua
51
Bab 51 Gaun Malam
52
Bab 52 Malam Pertama
53
Bab 53 Oma Sakit
54
Bab 54 Cemburu
55
Bab 55 Bulan Madu
56
Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57
Bab 57 Kembali
58
Bab 58 Rumah
59
Bab 59 Dilarang
60
Bab 60 Menghabiskan Waktu
61
Bab 61 Aniversary Pernikahan
62
Bab 62 Kemacetan
63
Bab 63 Maaf Untuk Angel
64
Bab 64 Hamil
65
Bab 65 Khawatir
66
Bab 66 Buah Mangga
67
Bab 67 Kebun Lagi
68
Bab 68 Mulai Terungkap
69
Bab 69 Salah Paham
70
Bab 70 Kecewa
71
Bab 71 Masih Marah
72
Bab 72 Lapar
73
Bab 73 Demi Mie Instan
74
PENGUMUMAN
75
Bab 74 Licik
76
Bab 75 Terungkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!