Bab 5 Sakit Pinggang

Oma Salma ingin menyaksikan pernikahan Anggara, beliau sudah tua usianya sudah delapan puluh tahun lebih. Ketika pergi nanti, beliau sangat berharap putranya hidup bahagia.

"Bu, aku pergi dulu." Anggara tidak ingin membahas masalah pernikahan. Ia pergi dari rumah ibunya, padahal juga baru datang.

Oma Salma hanya bisa mendengus kesal, dari dulu Anggara tidak pernah berubah. Selalu saja menghindar, jika membicarakan soal jodoh.

"Niko, carikan jodoh untuk papah mu." Oma Salma meminta bantuan cucunya.

"Papah sudah tua, Oma. Mana ada yang mau, walaupun dia kaya." Niko berusaha menahan senyum.

"Dulu dia mempunyai kekasih, tetapi orang tua kekasihnya tidak setuju." Oma Salma menceritakan masa lalu Anggara.

Oma Salma dari dulu tidak pernah mempermasalahkan siapa yang menjadi menantunya, mau kaya ataupun miskin beliau tidak peduli. Baginya kebahagiaan anaknya lebih utama, buktinya adik Anggara yang sudah meninggal dulu diperbolehkan menikah dengan Miranda. Padahal Miranda sudah terkenal matre, hanya mengincar harta.

Waktu terus berjalan, membuat Angel dan Niko berpamitan pulang. Sebenarnya mereka masih ingin tinggal bersama Oma, tetapi khawatir dengan Anggara yang berada di rumah sendiri.

Keduanya terkejut setelah sampai di rumah, mereka melihat Anggara kesakitan terbaring di sofa ruang tamu.

"Papah, kenapa?" tanya Angel mendekati Anggara.

"Pinggang papah sakit banget," jawab Anggara sambil memijat pelan pinggangnya.

"Emangnya tadi angkat berat, Pah?" Niko mendudukkan diri di sebelah Anggara.

"Tadi pagi bantu teman naik bukit, karena jalanya licin papah gendong dia." Anggara meringis kesakitan.

"Pasti pacar, Papah," cetus Niko.

"Cepat panggil tukang urut! Jangan cuma ngeledek aja!" seru Anggara, melemparkan bantal kursi ke muka Niko.

Angel teringat ketika kakinya terkilir, mamahnya sediri yang menurutnya sampai sembuh. Ia kemudian meminta Niko untuk menjemput Kinara, agar membantu Anggara. Namun, Niko menolak karena papahnya belum tentu setuju dengan idenya.

"Niko, ini darurat. Bukan masalah setuju tidaknya mereka mamah pasti tidak akan menolak," ujar Angel khawatir terjadi apa-apa dengan Anggara.

"Tidak perlu, Angel! Aku tidak ingin merepotkan mamah mu," tolak Anggara. Kalau sampai Kinara tahu, sakit pinggangnya gara-gara menggendongnya ia akan sangat malu. Walaupun Angel memaksa, ia menolak dan menyuruh Niko memanggil tukang urut laki-laki.

***

Di tempat lain, Kinara juga merasakan kakinya terasa pegal. Sekarang ia juga sedang berada di rumah tetangganya, meminta tolong untuk memijit kakinya.

"Tyas, terima kasih," ucap Kinara selesai dipijit.

"Iya, Kinara. Kamu ada-ada saja, sudah tahu badan rapuh pakai acara naik tangga." Tyas tersenyum tipis.

Kinara tidak mengatakan kalau pergi ke kebun teh, takut Tyas bercerita ke anaknya. Ia bercerita kalau tadi pergi ke mall, dan mengatakan kalau liftnya rusak terpaksa menggunakan tangga darurat.

Beruntung Tyas percaya, ia adalah sahabat sekaligus tetangganya. Bedanya, Tyas mempunyai suami dan anak. Suaminya sedang bekerja di kota, setiap akhir pekan baru pulang ke rumah. Sedangkan anaknya, tinggal di rumah suaminya.

"Boleh aku tanya sesuatu, Kinara? Tapi, kamu jangan tersinggung," ujar Tyas.

"Silahkan, Tyas. Kapan aku tersinggung sama kamu? Gak pernah kan." Kinara sudah menganggap Tyas sebagai keluarganya sendiri.

"Kamu yakin tidak akan menikah? Satpam komplek nanyain kamu terus," kata Tyas berharap Kinara mempunyai pendamping hidup.

Kinara tersenyum tipis, lalu berkata, "Aku sudah tidak bisa memberikan keturunan, usiaku tidak memungkinkan. Lagipula aku tidak bisa mencintai orang lain."

Tyas menepuk lembut pundak Kinara, ia berusaha meyakinkan agar Kinara mempunyai pendamping. Angel sudah berkeluarga, menurutnya harus mempunyai keluarga.

"Anggara tidak akan kembali, Kinara. Dia mungkin sudah menikah, bahagia dengan istrinya. Sekarang saatnya kamu bangkit dari keterpurukan," ucap Tyas.

"Dia sudah kembali." Kinara menatap Tyas.

"Apa! Terus? Kamu dan dia sudah bertemu?" tanya Tyas penasaran.

Hampir saja Kinara keceplosan, ia langsung menggelengkan kepalanya. Untuk saat ini harus bisa menyimpan rapat-rapat kabar tentang Anggara.

"Tyas, sepertinya aku harus pulang." Kinara keluar dari rumah Tyas.

Kinara tidak langsung masuk ke dalam rumah, ia duduk di bangku kecil taman rumahnya. Ia melihat ke arah langit, rembulan menampakkan sinarnya menerangi malam yang sunyi. Suasana begitu romantis, membangkitkan ingatannya tentang kenangan indah di masa mudanya dulu.

Hampir setiap malam, Anggara melewati depan rumahnya dengan mobil mewahnya di masa dulu. Kinara yang duduk di teras rumah, selalu tersenyum bahagia. Wajahnya selalu ceria, seperti kondisi hatinya. Namun, semua kebahagiaanya tidak berlangsung lama. Setelah hubungannya dengan Anggara diketahui orang tuanya, wajah yang tadinya selalu ceria berubah menjadi muram.

Air mata Kinara menetes begitu saja, kenangan yang begitu indah harus berakhir tragis. "Semuanya tidak akan terulang lagi," gumamnya dalam hati.

"Bu Kinara, boleh ikut duduk?" tanya seorang satpam yang tiba-tiba menghampirinya.

"Pak Satpam, ada apa ya?" Kinara menghapus air matanya.

"Mau temenin, Bu Kin," jawab Satpam itu.

"Saya mau kedalam, Pak." Kinara berdiri dari duduknya.

Satpam itu tampak kecewa, lalu menendang pot bunga milik Kinara. Karena, Kinara mengacuhkan begitu saja.

Kinara merasa kesal dengan satpam itu, sering kali datang. Ia tidak ingin menjadi bahan gosip para tetangganya.

Ponsel Kinara berdering, menandakan ada sebuah pesan tak dikenal masuk. Ia hanya menatap layar ponselnya, lalu meletakkan di meja. Kinara mengira satpam tadi yang mengirimkan pesan.

Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering lagi. Kali ini sebuah panggilan telepon, ia mengangkatnya.

"Ada apalagi, Pak? Tolong jangan ganggu saya!" Kinara berkata tegas dengan orang yang menelponnya.

"Pak? Siapa yang mengganggumu, Nara?" tanya orang itu dari balik telepon.

"Mas Anggara!" Kinara terkejut.

"Iya, ini aku. Katakan siapa yang mengganggumu? Aku akan ke rumahmu." Anggara tidak suka mendengar ada orang yang menganggu Kinara.

"Tidak ada, Mas ....

Anggara sudah mematikan panggilan teleponnya, membuat Kinara menjadi khawatir. Ia memikirkan cara, agar Anggara tidak ke rumahnya. Kinara menelpon balik nomor telepon Anggara, tetapi tidak ada jawaban.

"Gimana ini? Apa sebaiknya aku pergi dari rumah?" Kinara bertanya-tanya dalam hati.

***

Anggara saat ini sedang mencari kesempatan untuk pergi ke rumah Kinara, pinggangnya yang masih terasa sakit membuatnya kesulitan bagun dari tidurnya.

Tidak mungkin Anggara meminta sopir untuk membantunya, kemungkinan bisa diadukan ke Niko atau Angel.

"Papah, mau kemana? Ayo aku bantu," ujar Niko ketika melihat Anggara kesulitan bangun. Tadinya Niko berniat untuk mengecek keadaan papahnya.

"Niko, bantu papah ke mobil. Ada sesuatu yang penting." Anggara meminta bantuan Niko.

Niko menawarkan diri untuk mengantarkan papahnya, tetapi Anggara menolak dan mengatakan kalau bukan urusannya. Daripada terjadi apa-apa dengan papahnya, Niko melarangnya pergi.

"Cepat, Niko!" seru Anggara.

"Ini sudah larut malam, Pah. Lebih baik selesaikan besok pagi," kata Niko.

Dalam hati Anggara sangat mengkhawatirkan Kinara. "Nara, tunggu aku datang." Gumamnya.

Terpopuler

Comments

☠🌼ꪻ🍾⃝ ͩʟᷞɪͧʟᷡʏͣˢᵗᵃʳ💫

☠🌼ꪻ🍾⃝ ͩʟᷞɪͧʟᷡʏͣˢᵗᵃʳ💫

ngakak aduh/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2025-02-21

0

Andariya 💖

Andariya 💖

wah..wah. yang lg kasmaran sampai sakit pinggang
wkkkkk

2024-12-11

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bertemu Kembali
2 Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3 Bab 3 Malam Indah
4 Bab 4 Anak Muda
5 Bab 5 Sakit Pinggang
6 Bab 6 Perhatian
7 Bab 7 Pengantar Makanan
8 Bab 8 Semakin Romantis
9 Bab 9 Tidak Rela
10 Bab 10 Masalah Anak
11 Bab 11 Gagal Romantis
12 Bab 12 Tidak Bertemu
13 Bab 13 Tas
14 Bab 14 Penganggu
15 Bab 15 Hampir Celaka
16 Bab 16 Rumah Sakit
17 Bab 17 Keras Kepala
18 Bab 18 Diam-diam
19 Bab 19 Terpaksa Berbohong
20 Bab 20 Tidak Sopan
21 Bab 21 Membuatmu Bahagia
22 Bab 22 Membuat Panik
23 Bab 23 Patah Hati
24 Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25 Bab 25 Pengacau
26 Bab 26 Sindiran Tetangga
27 Bab 27 Club Malam
28 Bab 28 Wanita Malam
29 Bab 29 Rencana Angel
30 Bab 30 Cicit
31 Bab 31 Dijodohkan Lagi
32 Bab 32 Jadohku
33 Bab 33 Setuju
34 Bab 34 Urus Pernikahanmu
35 Bab 35 Foto
36 Bab 36 Ragu
37 Bab 37 Pelajaran
38 Bab 38 Takut
39 Bab 39 Surat Perjanjian
40 Bab 40 Memalukan
41 Bab 41 Minggu Depan
42 Bab 42 Belajar
43 Bab 43 Penasaran
44 Bab 44 Agar Mandiri
45 Bab 45 Persiapan
46 Bab 46 Gara-gara Angel
47 Bab 47 Ketakutan
48 Bab 48 Sah!
49 Bab 49 Belum Siap
50 Bab 50 Pujian Mertua
51 Bab 51 Gaun Malam
52 Bab 52 Malam Pertama
53 Bab 53 Oma Sakit
54 Bab 54 Cemburu
55 Bab 55 Bulan Madu
56 Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57 Bab 57 Kembali
58 Bab 58 Rumah
59 Bab 59 Dilarang
60 Bab 60 Menghabiskan Waktu
61 Bab 61 Aniversary Pernikahan
62 Bab 62 Kemacetan
63 Bab 63 Maaf Untuk Angel
64 Bab 64 Hamil
65 Bab 65 Khawatir
66 Bab 66 Buah Mangga
67 Bab 67 Kebun Lagi
68 Bab 68 Mulai Terungkap
69 Bab 69 Salah Paham
70 Bab 70 Kecewa
71 Bab 71 Masih Marah
72 Bab 72 Lapar
73 Bab 73 Demi Mie Instan
74 PENGUMUMAN
75 Bab 74 Licik
76 Bab 75 Terungkap
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1 Bertemu Kembali
2
Bab 2 Kita Pacaran Lagi
3
Bab 3 Malam Indah
4
Bab 4 Anak Muda
5
Bab 5 Sakit Pinggang
6
Bab 6 Perhatian
7
Bab 7 Pengantar Makanan
8
Bab 8 Semakin Romantis
9
Bab 9 Tidak Rela
10
Bab 10 Masalah Anak
11
Bab 11 Gagal Romantis
12
Bab 12 Tidak Bertemu
13
Bab 13 Tas
14
Bab 14 Penganggu
15
Bab 15 Hampir Celaka
16
Bab 16 Rumah Sakit
17
Bab 17 Keras Kepala
18
Bab 18 Diam-diam
19
Bab 19 Terpaksa Berbohong
20
Bab 20 Tidak Sopan
21
Bab 21 Membuatmu Bahagia
22
Bab 22 Membuat Panik
23
Bab 23 Patah Hati
24
Bab 24 Antarkan Ibu Melamarnya
25
Bab 25 Pengacau
26
Bab 26 Sindiran Tetangga
27
Bab 27 Club Malam
28
Bab 28 Wanita Malam
29
Bab 29 Rencana Angel
30
Bab 30 Cicit
31
Bab 31 Dijodohkan Lagi
32
Bab 32 Jadohku
33
Bab 33 Setuju
34
Bab 34 Urus Pernikahanmu
35
Bab 35 Foto
36
Bab 36 Ragu
37
Bab 37 Pelajaran
38
Bab 38 Takut
39
Bab 39 Surat Perjanjian
40
Bab 40 Memalukan
41
Bab 41 Minggu Depan
42
Bab 42 Belajar
43
Bab 43 Penasaran
44
Bab 44 Agar Mandiri
45
Bab 45 Persiapan
46
Bab 46 Gara-gara Angel
47
Bab 47 Ketakutan
48
Bab 48 Sah!
49
Bab 49 Belum Siap
50
Bab 50 Pujian Mertua
51
Bab 51 Gaun Malam
52
Bab 52 Malam Pertama
53
Bab 53 Oma Sakit
54
Bab 54 Cemburu
55
Bab 55 Bulan Madu
56
Bab 56 Setelah Penantian Panjang
57
Bab 57 Kembali
58
Bab 58 Rumah
59
Bab 59 Dilarang
60
Bab 60 Menghabiskan Waktu
61
Bab 61 Aniversary Pernikahan
62
Bab 62 Kemacetan
63
Bab 63 Maaf Untuk Angel
64
Bab 64 Hamil
65
Bab 65 Khawatir
66
Bab 66 Buah Mangga
67
Bab 67 Kebun Lagi
68
Bab 68 Mulai Terungkap
69
Bab 69 Salah Paham
70
Bab 70 Kecewa
71
Bab 71 Masih Marah
72
Bab 72 Lapar
73
Bab 73 Demi Mie Instan
74
PENGUMUMAN
75
Bab 74 Licik
76
Bab 75 Terungkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!