Hasil Musyawarah Keluarga

Adira melirik ke ranjang tidurnya, ia melihat rian sedang asyik dengan ponselnya, seperti tak ada niatan untuk bangun.

Rian sama sekali tak ada rasa segan atau malu nya pada kedua mertuanya itu.

Ia bahkan tak perduli apa yang akan orang lain pikirkan jika melihat dia yang slalu bermalas malasan.

Adira tak ambil pusing dengan apa yang suaminya lakukan.

Ia gegas kekamar mandi ingin segera membuang lengket yang menyerang tubuhnya.

Pak harjo kek jana dan mbah mi'un sholat bersama di ruang tamu, karna rumah pak harjo kecil jadi tak ada ruang khusus untuk sholat.

Bu asih sendiri menyiapkan makan siang untuk suami ayah dan mertuanya, menata semua makanan itu tidak jauh dari ketiganya sholat, agar setelah selesai sholat suami ayah dan mertua nya itu bisa langsung makan, lalu bu asih melihat kamar dimas bermaksud memanggil anaknya untuk mandi dan makan siang bersama ayah dan kedua kakeknya.

Namun ternyata dimas sudah tidak ada di kamarnya.

Loh perasaan tadi masih dikamar anak itu, kok sudah hilang saja", bisik bu asih dalam hati.

Mamak ga sholat?, tanya adira.

Ini mau mandi mau sholat., jawab bu asih.

Adira langsung masuk kamar untuk segera sholat, ya, semenjak adira tau dirinya diguna guna ia mulai bertekat untuk rajin sholat, walau pun sebenarnya tubuhnya sudah lelah dan malas bergerak tapi dengan sekuat tenaga adira terus melawan rasa malas itu, terbukti setelah adira mulai rutin sholat rasa cinta yang dulu menggebu gebu pada suaminya itu pun perlahan lahan mulai luntur bahkan sampai mati rasa.

Apa yang adira lakukan pada sang suami sekarang semata mata sudah bukan karna cinta, melainkan hanya karna kewajibannya sebagai seorang istri terhadap suami, oleh karna itu adira sudah tak perduli lagi suaminya mau kerja atau tidak, mau pacaran dengan siapa pun, mau pergi kemana pun adira tak ambil pusing.

Hanya saja, kapan suaminya meminta jatah ranjang darinya apa pun kondisi adira ia tak pernah menolak karna ia sadar sebagai istri dia wajib melayani, dan setiap hari adira slalu menyiapkan makan dan minum suaminya pun tanpa telat sekali pun walau ia sesibuk dan selelah apa pun bukan karna adira takut kehilangan suaminya tapi karna ia merasa sebagai istri ia wajib melakukan itu semua untuk suaminya.

Hanya saja adira tak mau menuntut apa pun dari rian, baik itu kasih sayang perhatian atau bahkan nafkah sandang pangannya sekali pun.

Sebab kerja pun rian percuma baginya, karna rian tak pernah mengizinkan adira menggunakan uang hasil kerjanya untuk dibelanjalan oleh adira walau pun hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari rian sendiri.

Sekali pun rian kerja kebutuhan sehari hari tetap di penuhi pakai uang hasil kerja adira, untuk makan rian untuk pulsa jajan bahkan rokoknya.

Sedang adira sendiri ia hanya makan sekali dalam sehari demi untuk menghemat biaya hidupnya dan tetap bisa mencukupi hidup rian tanpa harus menyusahkan orangtuanya.

Adira slalu sabar, namun tak memungkiri sebenarnya adira juga sedang menunggu kapan rian lelah dengannya dan meninggalkan nya.

Setiap kali rian pergi dari rumah adira slalu berharap semoga rian tak kembali lagi, akan tetapi adira tak pernah meminta cerai pada suaminya karna ia tak mau menanggung dosa.

Bu asih slalu mengingatkan agar adira sabar dan jangan meminta cerai pada suami hanya karna kurangnya nafkah atau materi yang tidak tercukupi, terkecuali kalo rian mulai main tangan atau berselingkuh baru adira boleh minta cerai.

Setelah selesai sholat adira langsung tidur, seperti biasa rian minta uang karna akan pergi main bola bersama teman temannya lagi.

Seperti biasa juga adira langsung memberikan dengan menyuruh rian mengambilnya sendiri di tempat biasa.

Dan rian langsung pergi setelah mendapatkan uang dari istrinya.

"

"

"

Si dimas masih belum bangun juga ini?, tanya kek jana bersuara setelah semua nya selesai makan siang.

Sudah hilang pak., jawab bu asih yang duduk tak jauh dari suami dan orang tua juga mertuanya itu.

Lah kok kamu diam aja to sich, orang bapak pada nungguin dari tadi., keluh pak harjo.

Ya aku sendiri ga tau dia kemana pak., jawab bu asih, sembari berdiri hendak mencari keberadaan dimas.

Setelah puas berkeliling kebunnya akhirnya bu asih menemukan dimas sedang duduk dibawah pohon rambutan yang tak jauh dari makam adik kembarnya.

Eeehhhh bocah! dicariin orangtua dari tadi ternyata nyelip di sini!, ketus bu asih.

Pulang kamu! itu ditunggu bapak sama mbah mu!, titah bu asih kesal.

Ck! aku lagi telponan ganggu aja ahk!, jawab dimas balik ketus.

Telponan mulu dari siang sampai malam sampai siang lagi! sana pulang itu bapak sama mbah mu sama aki mu juga sudah nungguin dari tadi dimas!!, tegas bu asih gereget melihat anaknya.

Dengan tampang kesal dimas pun beranjak dari duduknya, ia langsung berjalan kembali ke rumah.

Tanpa suara dimas lantas duduk di dekat ayah dan kedua kakeknya.

Gimana dimas? apa kamu sudah pikirkan? mau cari calon istri di sini atau kita carikan?, tanya kek jana.

Ogah ki, aku ga mau! aku mau nya marlina titik!, tegas dimas.

Ketiga orangtua itu pun saling pandang sejenak kemudian mengelus dada.

Ya sudah sana pergi, mandi terus makan sana!, ujar mbah mi'un.

Aku ga lapar, aku juga ga pengen mandi, aku mau lina!, tegas dimas, seraya beranjak pergi kembali ke kamarnya.

bu asih pak harno kek jana dan mbah mi'un pun hanya bisa melongo menatap dimas sampai dimas tak terlihat lagi dari pandangan mereka.

Kok bisa begini sich pak?, tanya bu asih pada suaminya.

Sudah lah sich, sabar dan ikhlaskan saja, mau gimana lagi ini sudah terjadi., nasihat mbah mi'un yang di angguki besannya.

Sebaiknya segera kau urus saja pernikahan anakmu itu jo, aku ga mau kalo sampai cucuku hilang kewarasannya!, tegas mbah mi'un.

Pak harjo menggelengkan kepala merasa frustasi, ia tak menyangka akan mengalami ini semua.

Saya setuju sama mas mi'un ayah dira, sebaiknya segera di urus saja, kita tidak punya pilihan lain., ujar kek jana memberi pendapat.

Kalo begitu saya pamit dulu, saya pulang dulu ayah dira, mas mi'un., pamit kek jana.

Saya juga antar pulang hari ini juga jo, saya mau ada urusan besok pagi., ujar mbah mi'un, dan sekalian pamit pada kek jana yang hendak melangkah pulang.

Sementara adira dikamarnya menyimak semua pembicaraan para sesepuh itu, karna adira beralasan tidur hanya karna ingin istirahat saja, ia jarang bisa tidur sebenarnya karna pikirannya penuh sesak dengan banyaknya masalah yang datang dalam hidupnya juga orangtuanya.

Tanpa disadari bantal yang adira tiduri sudah basah oleh airmatanya, adira menangis tanpa suara, ia menangisi nasib adik lelaki satu satunya.

Episodes
1 Mendadak Kasmaran
2 Tak Direstui
3 Draft
4 Salah Bicara Langsung Dikabulkan Allah
5 Penyesalan Yang Tak Guna
6 Upacara Pemakaman si Kembar
7 Jawaban Dari Do'a Bu Asih
8 Mendadak Hamil Tanpa Disentuh
9 Terlahir Dari Sebuah Doa
10 Rapat Para Sesepuh
11 Percobaan Pengobatan
12 Hasil Musyawarah Keluarga
13 Awal Mula Pernikahan ADIRA
14 Lamaran
15 Rencana Pernikahan
16 Terkejut Melihat Calon Adik Ipar
17 Persiapan Pernikahan
18 Akad Nikah
19 Draft
20 Persiapan Menyambut Kedatangan Mantu
21 Acara Penyambutan Mantu
22 Mendapat Bukti
23 Pelet Yang Menjijikan
24 Mengajak Kerja Sama Selingkuhan Sang Suami
25 Rian Murka Diputusin Pacar
26 Galaunya Adira
27 Pertama Kalinya Dimas Menampar Wanita
28 Membujuk Suami Demi Sebuah Izin.
29 Meninggalkan Kampung Halaman
30 Dimas Mulai Berubah
31 Sakit Tapi Cinta
32 Dimas Pindah
33 Drama Perpisahan
34 Drama Sarapan Pagi
35 Drama Mencari Ikan
36 Dimas nyungsep
37 Adira Lolos Medical
38 Mulai Nakal
39 Tiba Tiba Demam.
40 Lagi Lagi Main Tangan
41 Terharu Oleh Perhatian Kecil
42 Kisah Adira
43 Tersinggung Sikap Menantu
44 Panik Karna PKL
45 Kena Prank!
46 Dapat Kerjaan
47 Syok
48 Terbang
49 Perjalanan Yang Melelahkan
50 Agen Sialan
51 Ke Rumah Majikan
52 Diluar Dugaan
53 Ingin Pindah Kerja
54 Menyusun Rencana
55 Pergi
56 Akhirnya Pertolongan Itu Datang
57 Dapat Kerja Baru
58 Majikan Baru
59 Sudah Sangat Berubah
60 Semangat Bekerja
61 Sip Siang
62 Terluka nya Hati Orangtua
63 Amarah Dimas
64 Semangat Dari Si Sulung
65 Kewalahan
66 Gaji Pertama
67 Mulai Muncul Para Buaya
68 Kembali BerAksi
69 Adira Galau
70 Akhirnya Terungkap
71 Semangat Survei
72 Terpaksa
73 Merasa Puas
74 Menjauh Setelah Berhasil
75 Ga Masuk Akal!
76 Semangat Baru
77 Surat Tak Dikenal
78 Sepi
79 Belajar Nyetir
80 Rencana Pindah Kerja
81 Meminta Izin
82 Berangkat
83 Perjalanan Ke tempat Kerja Baru
84 Hati Yang Terbakar
85 Hari Pertama Kerja
86 Berubah
87 Tukar Pakai
88 Menjadi Tumbal
89 Jatuh Talak
90 Kekhawatiran Fahri
91 Perhatian Mulai Bertambah
92 Kabar
93 Bagi Tugas
94 Bazar Pantai
95 Pulang Dari Jalan Jalan
96 Aku Ga Marah
97 Pesan
98 Kabar Buruk
99 Mendadak Jutek
100 Berbelanja
101 Mulai Dipercaya
102 Keong Emas
103 Kejutan Baru
104 Pindah Kamar
105 Cucu Pertama Jatuh Sakit
106 Kabar Duka
107 Ada Apa Bos
108 Lelah
109 Tak Perduli Meski Kesakitan
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Mendadak Kasmaran
2
Tak Direstui
3
Draft
4
Salah Bicara Langsung Dikabulkan Allah
5
Penyesalan Yang Tak Guna
6
Upacara Pemakaman si Kembar
7
Jawaban Dari Do'a Bu Asih
8
Mendadak Hamil Tanpa Disentuh
9
Terlahir Dari Sebuah Doa
10
Rapat Para Sesepuh
11
Percobaan Pengobatan
12
Hasil Musyawarah Keluarga
13
Awal Mula Pernikahan ADIRA
14
Lamaran
15
Rencana Pernikahan
16
Terkejut Melihat Calon Adik Ipar
17
Persiapan Pernikahan
18
Akad Nikah
19
Draft
20
Persiapan Menyambut Kedatangan Mantu
21
Acara Penyambutan Mantu
22
Mendapat Bukti
23
Pelet Yang Menjijikan
24
Mengajak Kerja Sama Selingkuhan Sang Suami
25
Rian Murka Diputusin Pacar
26
Galaunya Adira
27
Pertama Kalinya Dimas Menampar Wanita
28
Membujuk Suami Demi Sebuah Izin.
29
Meninggalkan Kampung Halaman
30
Dimas Mulai Berubah
31
Sakit Tapi Cinta
32
Dimas Pindah
33
Drama Perpisahan
34
Drama Sarapan Pagi
35
Drama Mencari Ikan
36
Dimas nyungsep
37
Adira Lolos Medical
38
Mulai Nakal
39
Tiba Tiba Demam.
40
Lagi Lagi Main Tangan
41
Terharu Oleh Perhatian Kecil
42
Kisah Adira
43
Tersinggung Sikap Menantu
44
Panik Karna PKL
45
Kena Prank!
46
Dapat Kerjaan
47
Syok
48
Terbang
49
Perjalanan Yang Melelahkan
50
Agen Sialan
51
Ke Rumah Majikan
52
Diluar Dugaan
53
Ingin Pindah Kerja
54
Menyusun Rencana
55
Pergi
56
Akhirnya Pertolongan Itu Datang
57
Dapat Kerja Baru
58
Majikan Baru
59
Sudah Sangat Berubah
60
Semangat Bekerja
61
Sip Siang
62
Terluka nya Hati Orangtua
63
Amarah Dimas
64
Semangat Dari Si Sulung
65
Kewalahan
66
Gaji Pertama
67
Mulai Muncul Para Buaya
68
Kembali BerAksi
69
Adira Galau
70
Akhirnya Terungkap
71
Semangat Survei
72
Terpaksa
73
Merasa Puas
74
Menjauh Setelah Berhasil
75
Ga Masuk Akal!
76
Semangat Baru
77
Surat Tak Dikenal
78
Sepi
79
Belajar Nyetir
80
Rencana Pindah Kerja
81
Meminta Izin
82
Berangkat
83
Perjalanan Ke tempat Kerja Baru
84
Hati Yang Terbakar
85
Hari Pertama Kerja
86
Berubah
87
Tukar Pakai
88
Menjadi Tumbal
89
Jatuh Talak
90
Kekhawatiran Fahri
91
Perhatian Mulai Bertambah
92
Kabar
93
Bagi Tugas
94
Bazar Pantai
95
Pulang Dari Jalan Jalan
96
Aku Ga Marah
97
Pesan
98
Kabar Buruk
99
Mendadak Jutek
100
Berbelanja
101
Mulai Dipercaya
102
Keong Emas
103
Kejutan Baru
104
Pindah Kamar
105
Cucu Pertama Jatuh Sakit
106
Kabar Duka
107
Ada Apa Bos
108
Lelah
109
Tak Perduli Meski Kesakitan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!