Salah Bicara Langsung Dikabulkan Allah

Jangan kaget pak, ingat dulu bapak ngatain bu anung sama pak mamat apa?, tegur dina sambil tertawa ngakak bahkan sampai jungkir balik didepan bapak dan ibunya, pak harjo nyengir kuda merasa malu karna mulutnya sendiri.

Sedang bu asih hanya tersenyum kecut karna tak menyangka akan hamil lagi.

Makanya pak lain kali ada apa diluar sana ga usah protes, itu semua kan bukan maunya bu anung tapi Tuhan yang kasih bu anung harus begitu, ini karna bapak protes Allah kira bapak iri jadi langsung bapak pun dikasih juga., ujar adira sambil kembali tertawa ngakak.

Mbah mu lah., ketus pak harjo sambil cengar cengir.

Mbah ku itu bapak mu lo pak, kalo bapak ga akui tak laporin sama mbah soalnya kan aku cucu kesayangan nya., jawab adira semakin guling guling jungkir balik menertawakan bapaknya.

Sedang pak harjo jadi ikut ngakak juga begitu pun bu asih.")

Bu asih seketika tergelak setelah teringat kisah itu, kisah dimana ia mendadak punya anak seperti susun tangga.

Walau cukup kerepotan tapi ia sangat sayang pada anak anaknya itu, meski kehamilan Wina dan Mia dianggap tak sengaja tapi ia tak pernah bersikap seolah tak menginginkan kehadiran kedua anaknya itu.

Waktu terus berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 11siang, tapi dimas tetap tak bangun bangun juga.

Padahal biasanya dimas tak mau bermalas malasan begini, selalu nya ia rajin bangun pagi mandi bersiap pergi menghampiri teman temannya untuk bekerja.

Lah ini disamperin temannya pun dimas tak perduli.

Dim! dimas! dimas bangun., bu asih menggoyang goyangkan tubuh dimas agar bangun.

Dimas hanya berdecak sebal dibangunkan ibunya, tak seperti biasanya yang ramah dan bersahabat.

Kali ini ia marah dibangunkan begitu, malah bu asih dianggap mengganggu.

Dimas bangun mandi makan dulu, ini sudah siang., nasihat bu asih.

Apa sich mak!!? ck ganggu aja., ketus dimas sambil mengubah posisi tidurnya.

Bu asih menghapus air mata dan memegangi dadanya, ia keluar dari kamar dimas lalu menghampiri ketiga anaknya yang sedang bermain didepan TV.

Vita yang usianya baru beranjak 5tahun itu ia sudah seperti orang dewasa sudah pandai mengasuh adik adiknya, bahkan Vita sedari balitanya pun memang tidak rewel, Vita juga berbeda dari anak anak bu asih yang lain masa kecilnya sangat berbeda.

         Ya Vita memang beda, bahkan kehadiran nya pun berbeda.

Waktu itu bu asih sedang terpukul atas kepergian anak kembarnya.

(" Sih, Sepertinya anak yang ada didalam perutmu itu membawa sial, sejak kamu hamil anak itu kok cuaca ini hujaaannn terus, aku jadi ga bisa nyadap gara gara hujan terus., keluh pak harjo entah sadar atau tidak.

Husshh pak, hati hati kalo ngomong., tegur bu asih.

Ya kamu lihat saja lah sih kalo setiap hari cuaca seperti ini apa aku bisa kerja?, protes pak harjo.

Ya tapi jangan bawa bawa anak yang ada di perutku lah pak apa lagi dianggap pembawa sial., kecewa bu asih.

Malam harinya,

Aduuhhh ini kenapa ya perutku kok sakit banget., lirih bu asih.

Bu asih kesakitan sepanjang malam tapi ia tahan sekuat mungkin, jelang subuh rasa sakitnya mereda, ia bangun lalu beraktifitas seperti biasa.

Masak dan beres beres dibantu adira yang mencuci piring dan dibantu keponakan pak harjo yang kebetulan menginap dirumahnya karna sedang berguru pada aki jana ayahnya bu asih.

Adira pergi sekolah, sedang bu asih dan ranti sedang mencuci pakaian disumur.

Ranti keponakan pak harjo sedang menyabun dan menyikat pakaian kotor, bu asih sendiri menimba air untuk membilas pakaian yang sudah disikat.

Bude bude tunggu! berhenti dulu!, seru ranti.

Ada apa sich ran?, tanya bu asih yang terkejut karna seruan dadakan ranti.

Itu bude lihat ada darah dikain bude!, seru ranti lagi panik melihat darah di bokong bu asih dan mengalir ke kakinya.

Hahk!! darah!!??, teriak bu asih ikut panik.

Bude kan lagi hamil ga mungkin haid kan bude?, ujar ranti bingung panik dan cemas.

Ya Allah rantiii ini gimana??, tangis bu asih sangat mencemaskan anak yang ada dalam kandungannya, sebab sebelumnya bu asih tak pernah mengalami ini.

Sudah bude ayo pulang, ini semua biar aku yang kerjakan bude ga usah pikirkan kerjaan biar aku aja., pinta ranti sambil membersihkan darah dikaki bu asih, lalu menggantikan kainnya dan menuntunnya pulang.

Ran panggilkan kakak mu di sekolah suruh dia jemputkan bi yati ya, biar bi yati lihatkan kondisi bayi ku., pinta bu asih sambil menangis.

Iya bude, tapi bude ga papa sendirian di rumah?, tanya ranti khawatir.

Iya ga papa, bilang sama kakak mu kalo bisa bi yati cepat kesini ya., pinta bu asih lagi.

Iya bude., jawab ranti sambil melangkah pergi meninggalkan bude nya menuju sekolah adira.

Ranti adik sepupu adira, walau usianya 8tahun lebih tua dari adira tapi ranti diajarkan oleh orang tua dan pakde nya untuk memanggil adira kakak.

kalo ranti berani bersikap kurang ajar pada anak dari saudara orang taunya yang lain tapi tidak dengan anak anak pak harjo, ranti tak berani kurang ajar pada anak anak pak harjo, sebab kalo sampai ranti kurang ajar pada anak anak pak harjo maka orang tua nya akan habis dimaki maki dan diceramahi oleh pak harjo karna di anggap tak bisa mendidik anak dengan baik.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 15menit ranti kesekolah adira, ranti gegas mencari keberadaan adira, kebetulan ranti melihat adira yang baru keluar dari warung depan sekolahnya hendak kembali menuju kelasnya.

Kak diraaa!!, panggil ranti.

Adira menolah memastikan suara yang barusan ia dengar, dan mencari asal suara.

Kak diraaa sini dulu!, panggil ranti lagi.

Adira melihat sepupunya diluar pagar melambai lambai kan tangan ke arahnya, adira segera menghampiri ranti.

Ada apa ranti? ngapain kamu kesini?, tanya adira.

Kak, kata bude kak dira disuruh ke rumah nek yati katanya nek yati suruh ke rumah lihat perut bude adek bayinya gimana katanya?, jelas ranti.

Mamak mau lahiran?, tanya ranti.

Ga tau kak cuma tadi bude keluar darah pas di sumur mau bantu aku nyuci., terang ranti.

Hahk!!! darah!!!??, teriak adira terkejut campur panik.

Ya sudah sana pulang temani mamak aku mau izin dulu sama guru., instruksi adira dan langsung berlari menuju kelasnya.

Sampai di kelas adira menyerahkan kapur tulis pesanan gurunya, ya tadi adira disuruh kewarung oleh gurunya untuk membelikan kapur tulis.

Bu saya izin pulang hari ini bu., pinta adira.

Lo kenapa pulang adira, kan pelajaran baru mau mulai?, tanya bu tami guru adira.

Episodes
1 Mendadak Kasmaran
2 Tak Direstui
3 Draft
4 Salah Bicara Langsung Dikabulkan Allah
5 Penyesalan Yang Tak Guna
6 Upacara Pemakaman si Kembar
7 Jawaban Dari Do'a Bu Asih
8 Mendadak Hamil Tanpa Disentuh
9 Terlahir Dari Sebuah Doa
10 Rapat Para Sesepuh
11 Percobaan Pengobatan
12 Hasil Musyawarah Keluarga
13 Awal Mula Pernikahan ADIRA
14 Lamaran
15 Rencana Pernikahan
16 Terkejut Melihat Calon Adik Ipar
17 Persiapan Pernikahan
18 Akad Nikah
19 Draft
20 Persiapan Menyambut Kedatangan Mantu
21 Acara Penyambutan Mantu
22 Mendapat Bukti
23 Pelet Yang Menjijikan
24 Mengajak Kerja Sama Selingkuhan Sang Suami
25 Rian Murka Diputusin Pacar
26 Galaunya Adira
27 Pertama Kalinya Dimas Menampar Wanita
28 Membujuk Suami Demi Sebuah Izin.
29 Meninggalkan Kampung Halaman
30 Dimas Mulai Berubah
31 Sakit Tapi Cinta
32 Dimas Pindah
33 Drama Perpisahan
34 Drama Sarapan Pagi
35 Drama Mencari Ikan
36 Dimas nyungsep
37 Adira Lolos Medical
38 Mulai Nakal
39 Tiba Tiba Demam.
40 Lagi Lagi Main Tangan
41 Terharu Oleh Perhatian Kecil
42 Kisah Adira
43 Tersinggung Sikap Menantu
44 Panik Karna PKL
45 Kena Prank!
46 Dapat Kerjaan
47 Syok
48 Terbang
49 Perjalanan Yang Melelahkan
50 Agen Sialan
51 Ke Rumah Majikan
52 Diluar Dugaan
53 Ingin Pindah Kerja
54 Menyusun Rencana
55 Pergi
56 Akhirnya Pertolongan Itu Datang
57 Dapat Kerja Baru
58 Majikan Baru
59 Sudah Sangat Berubah
60 Semangat Bekerja
61 Sip Siang
62 Terluka nya Hati Orangtua
63 Amarah Dimas
64 Semangat Dari Si Sulung
65 Kewalahan
66 Gaji Pertama
67 Mulai Muncul Para Buaya
68 Kembali BerAksi
69 Adira Galau
70 Akhirnya Terungkap
71 Semangat Survei
72 Terpaksa
73 Merasa Puas
74 Menjauh Setelah Berhasil
75 Ga Masuk Akal!
76 Semangat Baru
77 Surat Tak Dikenal
78 Sepi
79 Belajar Nyetir
80 Rencana Pindah Kerja
81 Meminta Izin
82 Berangkat
83 Perjalanan Ke tempat Kerja Baru
84 Hati Yang Terbakar
85 Hari Pertama Kerja
86 Berubah
87 Tukar Pakai
88 Menjadi Tumbal
89 Jatuh Talak
90 Kekhawatiran Fahri
91 Perhatian Mulai Bertambah
92 Kabar
93 Bagi Tugas
94 Bazar Pantai
95 Pulang Dari Jalan Jalan
96 Aku Ga Marah
97 Pesan
98 Kabar Buruk
99 Mendadak Jutek
100 Berbelanja
101 Mulai Dipercaya
102 Keong Emas
103 Kejutan Baru
104 Pindah Kamar
105 Cucu Pertama Jatuh Sakit
106 Kabar Duka
107 Ada Apa Bos
108 Lelah
109 Tak Perduli Meski Kesakitan
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Mendadak Kasmaran
2
Tak Direstui
3
Draft
4
Salah Bicara Langsung Dikabulkan Allah
5
Penyesalan Yang Tak Guna
6
Upacara Pemakaman si Kembar
7
Jawaban Dari Do'a Bu Asih
8
Mendadak Hamil Tanpa Disentuh
9
Terlahir Dari Sebuah Doa
10
Rapat Para Sesepuh
11
Percobaan Pengobatan
12
Hasil Musyawarah Keluarga
13
Awal Mula Pernikahan ADIRA
14
Lamaran
15
Rencana Pernikahan
16
Terkejut Melihat Calon Adik Ipar
17
Persiapan Pernikahan
18
Akad Nikah
19
Draft
20
Persiapan Menyambut Kedatangan Mantu
21
Acara Penyambutan Mantu
22
Mendapat Bukti
23
Pelet Yang Menjijikan
24
Mengajak Kerja Sama Selingkuhan Sang Suami
25
Rian Murka Diputusin Pacar
26
Galaunya Adira
27
Pertama Kalinya Dimas Menampar Wanita
28
Membujuk Suami Demi Sebuah Izin.
29
Meninggalkan Kampung Halaman
30
Dimas Mulai Berubah
31
Sakit Tapi Cinta
32
Dimas Pindah
33
Drama Perpisahan
34
Drama Sarapan Pagi
35
Drama Mencari Ikan
36
Dimas nyungsep
37
Adira Lolos Medical
38
Mulai Nakal
39
Tiba Tiba Demam.
40
Lagi Lagi Main Tangan
41
Terharu Oleh Perhatian Kecil
42
Kisah Adira
43
Tersinggung Sikap Menantu
44
Panik Karna PKL
45
Kena Prank!
46
Dapat Kerjaan
47
Syok
48
Terbang
49
Perjalanan Yang Melelahkan
50
Agen Sialan
51
Ke Rumah Majikan
52
Diluar Dugaan
53
Ingin Pindah Kerja
54
Menyusun Rencana
55
Pergi
56
Akhirnya Pertolongan Itu Datang
57
Dapat Kerja Baru
58
Majikan Baru
59
Sudah Sangat Berubah
60
Semangat Bekerja
61
Sip Siang
62
Terluka nya Hati Orangtua
63
Amarah Dimas
64
Semangat Dari Si Sulung
65
Kewalahan
66
Gaji Pertama
67
Mulai Muncul Para Buaya
68
Kembali BerAksi
69
Adira Galau
70
Akhirnya Terungkap
71
Semangat Survei
72
Terpaksa
73
Merasa Puas
74
Menjauh Setelah Berhasil
75
Ga Masuk Akal!
76
Semangat Baru
77
Surat Tak Dikenal
78
Sepi
79
Belajar Nyetir
80
Rencana Pindah Kerja
81
Meminta Izin
82
Berangkat
83
Perjalanan Ke tempat Kerja Baru
84
Hati Yang Terbakar
85
Hari Pertama Kerja
86
Berubah
87
Tukar Pakai
88
Menjadi Tumbal
89
Jatuh Talak
90
Kekhawatiran Fahri
91
Perhatian Mulai Bertambah
92
Kabar
93
Bagi Tugas
94
Bazar Pantai
95
Pulang Dari Jalan Jalan
96
Aku Ga Marah
97
Pesan
98
Kabar Buruk
99
Mendadak Jutek
100
Berbelanja
101
Mulai Dipercaya
102
Keong Emas
103
Kejutan Baru
104
Pindah Kamar
105
Cucu Pertama Jatuh Sakit
106
Kabar Duka
107
Ada Apa Bos
108
Lelah
109
Tak Perduli Meski Kesakitan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!