Rapat Para Sesepuh

Bu asih hilang akal menangani anaknya, ia hanya bisa menangis pilu melihat nasib anaknya.

Bu asih mencoba sabar sambil menunggu suaminya kembali.

Pulang kerja adira melihat adiknya duduk dibawah pohon rambutan sambil memegang handphone nya, adira tak ambil pusing karna mengira adiknya baik baik saja.

Adira langsung mandi dan berpakaian, ia mengambil pakaian yang ada dijemuran jadi tak perlu masuk kamar lagi hanya untuk mengambil baju.

Mamak kenapa?, tanya adira melihat ibunya sedang melamun didapur.

Bu asih menoleh melirik adira, lalu kembali menatap lurus kedepan entah apa yang diperhatikan nya.

Aku bingung dira, kok bisa adikmu itu sampai tergila gila begitu memangnya secantik apa sich anak itu kok sampai bisa bikin anak ku klepek klepek? apa dia lebih cantik dari melati?, keluh bu asih.

Memangnya ada apa dengan dimas mak?, tanya adira memastikan.

Dimas dari sore sampai subuh telponan terus, yang dibahas cuma nikah nikah nikah, ini jam 11:00 siang baru bangun, begitu melek langsung telponan, kalo bukan untuk nelpon pun kayaknya dia ga bakalan bangun dira, coba aja pikir, dari kemarin dia datang sampai detik ini waktunya cuma untuk nelpon nelpon dan nelpon, ga mandi ga sholat ga makan, boro boro mandi, cuci muka aja tidak., keluh bu asih lagi panjang lebar.

Bapak belum pulang mak?, tanya adira.

Justru itu aku ini lagi nunggu nunggu bapakmu, pengennya bapakmu itu cepat pulang bawa kakekmu sekalian, aku penasaran apa yang terjadi sama dimas, masa iya dimas kena pelet., curhat bu asih.

Ya sudahlah mak jangan terlalu dipikirkan, kita tunggu saja bapak sama mbah datang, sekarang lebih baik mamak ke rumah aki aja dulu, siapa tau aki punya solusi., usul adira yang tak tega melihat ibunya sedih.

Tapi adik adikmu lagi tidur, nanti kalo mereka bangun nyariin mamak gimana?, tanya bu asih.

mamak tenang aja, kan aku udah pulang kerja, aku juga ga bakal kemana mana., jawab adira.

Ya sudah titip adik adikmu, aku mau kerumah aki mu dulu., jawab bu asih sembari beranjak dari duduknya ingin cepat pergi ke rumah ayahnya.

Adira berjalan menuju pintu depan, ia masih melihat adiknya telponan, wajahnya kusut dan lemah lesu, ekspresi nya menunjukkan seolah olah hidup ini seperti tak berarti.

Aku sudah kena, masa iya adikku pun harus menikah karna korban guna guna juga., bisik adira dalam hati, ia meremas rambut di ubun ubun kepalanya, hatinya ingin berontak tapi tentang apa??

Ya, pernikahan adira sendiri dan rian diluar kuasanya, adira baru menyadari pernikahan itu setelah ia 3hari menjadi istri rian.

Tapi setelah terjebak didalam pernikahan itu adira tak bisa keluar lagi, rian sama sekali tak mau menceraikan nya.

Dan asal tau saja, menikah karna dipaksa itu sama sekali tak enak.

Setelah memastikan keadaan adik lelakinya adira pergi ke ruang tamu, ia melihat ke 3 adik kecilnya masih tidur nyenyak didepan TV dengan bermacam gaya tidur, ada yang terlentang ada yang miring ada yang nungging sambil memeluk bantal guling, adira gemas melihat adiknya yang imut imut semua putih putih bersih cantik cantik.

Walau ia cukup terkejut dengan kehadiran kedua balita yang tiba tiba dan tanpa sepengetahuan nya itu karna saat itu ia sedang merantau tapi adira tetap sayang pada adik adiknya itu.

Setelah memastikan ke 3 adik kecilnya masih tidur nyenyak adira pergi ke kamarnya ingin tau apakah suaminya masih tidur atau sudah pergi main.

Sesampainya dikamar adira melihat suaminya sedang asyik main HP, nasi dan lauk yang ia siapkan disamping tempat tidur suaminya sudah banyak berkurang, ia pun tau suaminya sudah makan.

Adira yang sangat lelah, ia pun berbaring didekat suaminya, kamar itu tidaklah luas, jadi tak ada lagi tempat untuk ia beristirahat selain didekat suaminya, kalo adira istirahat diluar suaminya itu pasti akan mengamuk, adira tak banyak bicara, ia sangatlah ingin segera istirahat setelah setengah hari jatuh bangun bekerja di kebun sawit.

Jam 02:00 siang rian membangunkan adira, kepala adira nyeri karna masih mengantuk, tapi rian membangunkan nya dengan paksa.

Minta duit ra aku mau dijemput mus ini mau main ke blok B mau latihan., pinta rian.

Berapa?, tanya adira tak mau banyak basa basi.

15.000 mau buat beli rokok sama minum., jawab rian, saat itu harga rokok rian 10.000 rupiah.

Ya sudah itu ambil dibawah buku., jawab adira sambil menunjukan buku yang ada di rak di samping pintu masuk ranjangnya, buku itu adalah catatan kerja adira untuk bukti pengambilan gaji nantinya, adira pun kembali melanjutkan tidurnya sambil membelakangi rian, ia tak perduli kalo pun rian akan mengambil uangnya lebih, karna itu sudah biasa, dan adira malas untuk ribut.

Setelah bersiap dan mengambil uang rian pun langsung pergi dijemput teman satu tim nya.

"

"

"

Assalamualaikum"

Wa'alaikumsalam"

Adira keluar dari dapur hendak melihat siapa yang datang.

Saat tau siapa tamunya adira pun langsung menyalami nya.

Apa kabar mbah?, sapa adira.

Alhamdulillah sehat., jawab mbah mi'un.

Mana adikmu?, tanya sang kakek.

Dimas?, tanya adira.

Iya., jawab kakeknya lagi.

Istirahat dulu mbah?, ujar adira.

Mbah ga capek kok, orang cuma duduk, itu lo bapak mu yang bawa motor mungkin dia yang capek., ejek mbah mi'un pada anaknya.

Pak harjo sendiri hanya nyengir di ejek ayahnya.

Dimas lagi duduk di bawah rambutan mbah, tadi sich dibawah pohon rambutan depan situ, tapi sekarang udah pindah ke bawah pohon rambutan pojok sana?, ujar adira sambil menunjuk pohon rambutan yang ada di perbatasan tanah pak harjo dengan tanah tetangganya lewat jendela ruang tamu.

Coba kamu panggilkan dira suruh dia kesini, bilang mbah yang panggil., pinta mbah mi'un.

Baik mbah., jawab dira sambil berlalu.

Adira melangkah pelan mendekati pohon rambutan tempat dimana dimas sedang duduk bersandar, hari sudah hampir magrib tapi dimas tak ada niatan ingin kembali ke rumah, dimas juga tak menyadari kakaknya datang menghampirinya.

Iya yang aku juga ga bisa tanpamu hiks..hiks.., ucap dimas sambil menangis.

. ...........

Iya yang pokoknya aku ga mau nikah kalo bukan sama kamu hiks... hiks..., ucap dimas lagi sambil terus menangis.

Adira terbengong mendengar percakapan dimas, tapi ia tak mau banyak berfikir adira sedang lelah.

Dimas ayo pulang!, ajak dira datar.

Dimas menoleh melirik sinis pada adira.

Ga usah begitu mata mu sudah ayo cepat pulang!, ajak adira lagi masih dengan ekspresi datarnya.

Ngapain sich kamu ganggu aja!!, ketus dimas.

Sebenarnya aku juga malas ganggu kamu dimas, tapi mbah sama bapak tu yang nyuruh aku manggil kamu!, terang adira tak kalah ketusnya, ia kesal dengan kebodohan sang adik, coba saja kalo adiknya itu mau mendengar kata katanya untuk tidak ikut pergi antar manten adik temannya itu mungkin dimas ga akan jadi gila begini pikirnya.

Sebab sebelum dimas pergi adira sudah mengingatkan dimas untuk tidak usah ikut pergi, karna adira hari itu begitu tau dimas akan pergi perasaannya sudah mulai gelisah.

Mbah? mbah datang?, tanya dimas.

Iya mbah datang sengaja ingin tau apakah kamu masih waras atau tidak!, jawab adira sengit.

Dimas melotot mendengar ucapan kakaknya sambil giginya gemeletuk saking geramnya, namun adira yang sudah sangat kesal bodoamat.

Sebenarnya adira tak marah sepenuhnya pada sang adik, tapi ia sangat marah pada sosok yang sudah menguasai diri sang adik, kalo saja sosok itu tidak menyatu dengan tubuh sang adik rasanya adira ingin sekali adu jotos dengan sosok itu, didunia ini orang yang paling adira takuti dan tak berani ia lawan hanya ayah, ibu, kakek kakeknya, nenek neneknya dan suaminya.

Lain dari itu tak ada yang adira takuti, bahkan adira adalah mahluk yang tak takut mati atau pun terluka, bagi adira terluka itu sudah biasa.

Ngapain kamu bengong melotot disitu! ga takut keluar itu biji mata! sudah sana cepat pulang temui mbah sama bapak!!, hardik adira.

Dimas tak menjawab ucapan sang kakak, ia sudah mengepalkan tangan ingin menonjok sang kakak, saat dimas akan melayangkan pukulan ke wajah sang kakak adira semakin menantang.

Mau adu jotos dulu sama aku ayo? kebetulan ini aku lagi emosi dan butuh mangsa., ketus adira sambil menyingsingkan baju hendak melayani amarah sang adik.

Dimas menjatuhkan tangannya tak jadi menyerang sang kakak, ia tau kakaknya sedang dalam mode menahan emosi, masih dengan mata melotot dimas berlalu sambil melirik tajam pada adira.

Adira balas menatap sebal pada adiknya itu.

Udah tau sama sama badung sama sama preman sama sama anak rimba yang waktunya habis hanya keluar masuk hutan, pake acara mau nantangin adu jotos segala, dikira aku sudah mulai takut mati apa! ga tau aja dia hidup ini ruwet bikin pengen cepat mati, cuma akunya saja yang ogah bunuh diri!!, omel adira sambil melihat adiknya semakin menjauh.

Hari mulai gelap, bahkan magrib pun sudah lewat, rian belum juga pulang, namun adira tak ambil pusing, bahkan adira berharap rian tak usah lagi kembali ke rumah, sedang kan sang kakek dan bapaknya masih sibuk menyidang dimas diruang tamu, belum ada tanda tanda akan selesai.

Hmmm betul dugaanmu jo, menurut hasil penerawangan ku tadi juga anakmu ini sudah kena, hanya sekali makan dan minum saja anakmu ini sudah langsung tunduk pada mereka, apa lagi sudah 3hari 3malam ia makan dan minum dan selama itu juga dia makan dan minum ludah anak perempuan itu., ujar mbah mi'un.

Terus gimana ini pak?, tanya pak harjo.

Belum sempat mbah mi'un menjawab...

Assalamualaikum

Wa'alaikumsalam

Ohh bapak, sini sini masuk pak, sini silahkan duduk kita musyawarah dulu., sambut pak harjo pada kek jana mertua pak harjo.

Setelah mbah mi'un dan kek jana bersalaman dan saling sapa tanya kabar kedua orangtua itu pun duduk berhadap hadapan dengan pak harjo dan dimas.

Siiihhhh!!! diraa!!!, panggil pak harjo.

Ya!?, jawab bu asih dari dapur.

Buatkan minum untuk bapak ini bapak baru datang., pinta pak harjo.

Iya baik pak., adira menjawab mewakili ibunya.

Episodes
1 Mendadak Kasmaran
2 Tak Direstui
3 Draft
4 Salah Bicara Langsung Dikabulkan Allah
5 Penyesalan Yang Tak Guna
6 Upacara Pemakaman si Kembar
7 Jawaban Dari Do'a Bu Asih
8 Mendadak Hamil Tanpa Disentuh
9 Terlahir Dari Sebuah Doa
10 Rapat Para Sesepuh
11 Percobaan Pengobatan
12 Hasil Musyawarah Keluarga
13 Awal Mula Pernikahan ADIRA
14 Lamaran
15 Rencana Pernikahan
16 Terkejut Melihat Calon Adik Ipar
17 Persiapan Pernikahan
18 Akad Nikah
19 Draft
20 Persiapan Menyambut Kedatangan Mantu
21 Acara Penyambutan Mantu
22 Mendapat Bukti
23 Pelet Yang Menjijikan
24 Mengajak Kerja Sama Selingkuhan Sang Suami
25 Rian Murka Diputusin Pacar
26 Galaunya Adira
27 Pertama Kalinya Dimas Menampar Wanita
28 Membujuk Suami Demi Sebuah Izin.
29 Meninggalkan Kampung Halaman
30 Dimas Mulai Berubah
31 Sakit Tapi Cinta
32 Dimas Pindah
33 Drama Perpisahan
34 Drama Sarapan Pagi
35 Drama Mencari Ikan
36 Dimas nyungsep
37 Adira Lolos Medical
38 Mulai Nakal
39 Tiba Tiba Demam.
40 Lagi Lagi Main Tangan
41 Terharu Oleh Perhatian Kecil
42 Kisah Adira
43 Tersinggung Sikap Menantu
44 Panik Karna PKL
45 Kena Prank!
46 Dapat Kerjaan
47 Syok
48 Terbang
49 Perjalanan Yang Melelahkan
50 Agen Sialan
51 Ke Rumah Majikan
52 Diluar Dugaan
53 Ingin Pindah Kerja
54 Menyusun Rencana
55 Pergi
56 Akhirnya Pertolongan Itu Datang
57 Dapat Kerja Baru
58 Majikan Baru
59 Sudah Sangat Berubah
60 Semangat Bekerja
61 Sip Siang
62 Terluka nya Hati Orangtua
63 Amarah Dimas
64 Semangat Dari Si Sulung
65 Kewalahan
66 Gaji Pertama
67 Mulai Muncul Para Buaya
68 Kembali BerAksi
69 Adira Galau
70 Akhirnya Terungkap
71 Semangat Survei
72 Terpaksa
73 Merasa Puas
74 Menjauh Setelah Berhasil
75 Ga Masuk Akal!
76 Semangat Baru
77 Surat Tak Dikenal
78 Sepi
79 Belajar Nyetir
80 Rencana Pindah Kerja
81 Meminta Izin
82 Berangkat
83 Perjalanan Ke tempat Kerja Baru
84 Hati Yang Terbakar
85 Hari Pertama Kerja
86 Berubah
87 Tukar Pakai
88 Menjadi Tumbal
89 Jatuh Talak
90 Kekhawatiran Fahri
91 Perhatian Mulai Bertambah
92 Kabar
93 Bagi Tugas
94 Bazar Pantai
95 Pulang Dari Jalan Jalan
96 Aku Ga Marah
97 Pesan
98 Kabar Buruk
99 Mendadak Jutek
100 Berbelanja
101 Mulai Dipercaya
102 Keong Emas
103 Kejutan Baru
104 Pindah Kamar
105 Cucu Pertama Jatuh Sakit
106 Kabar Duka
107 Ada Apa Bos
108 Lelah
109 Tak Perduli Meski Kesakitan
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Mendadak Kasmaran
2
Tak Direstui
3
Draft
4
Salah Bicara Langsung Dikabulkan Allah
5
Penyesalan Yang Tak Guna
6
Upacara Pemakaman si Kembar
7
Jawaban Dari Do'a Bu Asih
8
Mendadak Hamil Tanpa Disentuh
9
Terlahir Dari Sebuah Doa
10
Rapat Para Sesepuh
11
Percobaan Pengobatan
12
Hasil Musyawarah Keluarga
13
Awal Mula Pernikahan ADIRA
14
Lamaran
15
Rencana Pernikahan
16
Terkejut Melihat Calon Adik Ipar
17
Persiapan Pernikahan
18
Akad Nikah
19
Draft
20
Persiapan Menyambut Kedatangan Mantu
21
Acara Penyambutan Mantu
22
Mendapat Bukti
23
Pelet Yang Menjijikan
24
Mengajak Kerja Sama Selingkuhan Sang Suami
25
Rian Murka Diputusin Pacar
26
Galaunya Adira
27
Pertama Kalinya Dimas Menampar Wanita
28
Membujuk Suami Demi Sebuah Izin.
29
Meninggalkan Kampung Halaman
30
Dimas Mulai Berubah
31
Sakit Tapi Cinta
32
Dimas Pindah
33
Drama Perpisahan
34
Drama Sarapan Pagi
35
Drama Mencari Ikan
36
Dimas nyungsep
37
Adira Lolos Medical
38
Mulai Nakal
39
Tiba Tiba Demam.
40
Lagi Lagi Main Tangan
41
Terharu Oleh Perhatian Kecil
42
Kisah Adira
43
Tersinggung Sikap Menantu
44
Panik Karna PKL
45
Kena Prank!
46
Dapat Kerjaan
47
Syok
48
Terbang
49
Perjalanan Yang Melelahkan
50
Agen Sialan
51
Ke Rumah Majikan
52
Diluar Dugaan
53
Ingin Pindah Kerja
54
Menyusun Rencana
55
Pergi
56
Akhirnya Pertolongan Itu Datang
57
Dapat Kerja Baru
58
Majikan Baru
59
Sudah Sangat Berubah
60
Semangat Bekerja
61
Sip Siang
62
Terluka nya Hati Orangtua
63
Amarah Dimas
64
Semangat Dari Si Sulung
65
Kewalahan
66
Gaji Pertama
67
Mulai Muncul Para Buaya
68
Kembali BerAksi
69
Adira Galau
70
Akhirnya Terungkap
71
Semangat Survei
72
Terpaksa
73
Merasa Puas
74
Menjauh Setelah Berhasil
75
Ga Masuk Akal!
76
Semangat Baru
77
Surat Tak Dikenal
78
Sepi
79
Belajar Nyetir
80
Rencana Pindah Kerja
81
Meminta Izin
82
Berangkat
83
Perjalanan Ke tempat Kerja Baru
84
Hati Yang Terbakar
85
Hari Pertama Kerja
86
Berubah
87
Tukar Pakai
88
Menjadi Tumbal
89
Jatuh Talak
90
Kekhawatiran Fahri
91
Perhatian Mulai Bertambah
92
Kabar
93
Bagi Tugas
94
Bazar Pantai
95
Pulang Dari Jalan Jalan
96
Aku Ga Marah
97
Pesan
98
Kabar Buruk
99
Mendadak Jutek
100
Berbelanja
101
Mulai Dipercaya
102
Keong Emas
103
Kejutan Baru
104
Pindah Kamar
105
Cucu Pertama Jatuh Sakit
106
Kabar Duka
107
Ada Apa Bos
108
Lelah
109
Tak Perduli Meski Kesakitan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!