Bab 10 langkah Awal di Jalur Baru

Pagi itu, suasana proyek di Tanah Abang terasa lebih padat dari biasanya. Material baru datang, pekerja hilir mudik membawa peralatan, dan suara mesin memenuhi udara. Di tengah kesibukan itu, Raka berdiri dengan clipboard di tangan, mencoba menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai asisten pengawas.

Pak Hasan, seperti biasa, sudah memulai briefing pagi dengan nada tegas. Kini, Raka berdiri di barisan depan, bersama tim inti yang mengawasi pekerjaan. Meski ini adalah hari pertamanya menjalani tanggung jawab baru, ia sudah merasakan beratnya tekanan. Sebagai asisten pengawas, ia harus memastikan semua berjalan sesuai jadwal dan standar keselamatan, sesuatu yang dulu hanya ia saksikan dari kejauhan.

“Raka,” panggil Pak Hasan setelah briefing selesai. “Pastikan tim pemasangan baja di sektor tiga mulai kerja sesuai jadwal. Kalau ada kendala, lapor langsung ke saya.”

Raka mengangguk, meskipun hatinya sedikit gugup. Ini adalah tugas nyata pertamanya dalam peran ini. Ia berjalan menuju sektor tiga, di mana tim pemasangan baja sudah bersiap-siap.

“Pagi, teman-teman,” sapa Raka, mencoba terdengar percaya diri meski suaranya agak goyah. “Kita mulai pemasangan sesuai rencana ya. Pastikan semua alat sudah dicek dan jalur kerja aman.”

Beberapa pekerja mengangguk, sementara yang lain hanya melanjutkan pekerjaan mereka tanpa menoleh. Raka tahu, mendapatkan kepercayaan dari tim ini tidak akan mudah. Bagaimanapun, ia masih dianggap “anak baru” di posisi ini.

**Kekacauan Tak Terduga**

Satu jam berlalu, dan pemasangan baja berjalan cukup lancar. Namun, ketika tim hendak memindahkan kerangka baja besar menggunakan crane, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Tali pengikat kerangka tiba-tiba kendur, membuat kerangka itu bergoyang tidak stabil di udara.

“Berhenti! Hentikan crane-nya!” teriak Raka dengan panik.

Operator crane langsung menghentikan mesin, tetapi kerangka baja itu sudah mulai berayun perlahan. Salah satu pekerja yang berdiri terlalu dekat hampir terkena ujung kerangka yang meluncur ke arah bawah. Semua orang di sekitar terdiam, menahan napas.

Raka segera berlari ke arah pekerja itu. “Kamu nggak apa-apa?” tanyanya sambil memeriksa kondisi orang itu.

“Gue nggak apa-apa, tapi tali pengikatnya harus diganti,” jawab pekerja itu, masih terlihat kaget.

Raka segera menghubungi bagian logistik melalui walkie-talkie, meminta tali pengganti yang lebih kuat. Ia juga menginstruksikan tim untuk mundur sementara sampai situasi lebih aman.

Pak Hasan, yang kebetulan berada di lokasi lain, datang setelah mendengar laporan insiden itu. “Apa yang terjadi di sini?” tanyanya dengan nada tajam.

“Tali pengikat kerangka baja kendur, Pak,” jawab Raka. “Saya sudah minta penggantian tali dan menghentikan sementara pekerjaan di sektor ini.”

Pak Hasan menatap Raka sejenak, kemudian mengangguk. “Bagus. Selalu utamakan keselamatan. Tapi pastikan insiden seperti ini tidak terulang lagi. Kalau perlu, cek ulang semua alat sebelum mulai.”

Raka mengangguk. Meski hatinya masih berdegup kencang, ia merasa sedikit lega. Insiden itu tidak hanya menguji ketenangannya, tetapi juga membuktikan bahwa ia mampu mengambil keputusan cepat di bawah tekanan.

**Mencari Ritme Baru**

Seiring berjalannya hari, Raka mulai terbiasa dengan rutinitas barunya. Ia lebih banyak berinteraksi dengan tim teknis dan belajar memahami aspek manajemen proyek yang sebelumnya tidak pernah ia pikirkan. Namun, ia juga menyadari bahwa tanggung jawab baru ini datang dengan tantangan yang lebih besar.

Dimas, yang kini bekerja sebagai anggota tim teknis, sering mengolok-olok Raka setiap kali mereka bertemu.

“Liat nih, anak muda yang sekarang udah jadi bos kecil,” kata Dimas sambil tersenyum. “Gimana rasanya, bro? Udah mulai stres belum?”

Raka tertawa kecil. “Capek sih, Dim. Tapi gue ngerasa gue belajar banyak. Lo sendiri gimana? Masih betah di lapangan?”

“Betah banget. Gue mah belum cocok jadi kayak lo, ngurusin laporan atau ngecek ini itu. Gue lebih suka kotor-kotoran di sini.”

Percakapan sederhana itu membuat Raka merenung. Ia merindukan masa-masa ketika ia hanya fokus pada pekerjaan teknis tanpa harus memikirkan jadwal atau laporan. Namun, ia tahu bahwa langkah ini adalah bagian penting dari perjalanan kariernya.

**Pelajaran dari Pak Hasan**

Sore itu, setelah semua pekerjaan selesai, Pak Hasan mengajak Raka duduk bersama di kantor kecil mereka.

“Raka,” kata Pak Hasan sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. “Kamu sudah melewati hari yang berat hari ini. Tapi kamu tahu, inilah dunia kita. Di sini, setiap detik adalah ujian.”

Raka mendengarkan dengan saksama. Ia belum pernah melihat sisi lebih santai dari Pak Hasan.

“Sebagai pengawas, kamu bukan cuma memastikan pekerjaan selesai,” lanjutnya. “Kamu juga bertanggung jawab atas keselamatan orang-orang di sini. Satu kesalahan kecil bisa jadi bencana besar. Makanya, selalu berpikir beberapa langkah ke depan.”

Raka mengangguk. Kata-kata itu membuatnya sadar bahwa tanggung jawabnya jauh lebih besar daripada yang ia bayangkan sebelumnya.

**Refleksi di Malam Hari**

Malam itu, Raka kembali ke kosannya dengan tubuh yang lelah. Ia menatap langit dari jendela kecil, memikirkan semua yang telah ia lewati hari ini. Meski hari pertamanya sebagai asisten pengawas dipenuhi dengan tekanan dan insiden, ia merasa bangga pada dirinya sendiri.

“Jakarta memang nggak pernah kasih apa-apa dengan mudah,” gumamnya pelan. “Tapi gue nggak akan berhenti di sini.”

Di luar sana, lampu-lampu kota masih berkilauan, seperti mimpi-mimpi yang tak pernah padam. Dan di dalam kamar kecilnya, Raka memejamkan mata dengan keyakinan baru. Ia tahu bahwa jalan yang ia pilih ini tidak mudah, tetapi ia juga tahu bahwa ia semakin dekat dengan tujuan yang ia impikan.

**Langkah Awal di Jalur Baru**

Keputusan Raka untuk menerima posisi baru memang bukan keputusan yang mudah, tetapi semakin hari, ia semakin merasakan tantangan yang datang bersamanya. Di tengah proyek Tanah Abang yang terus berjalan, setiap langkah baru terasa semakin berat, tetapi juga semakin memantapkan dirinya.

Setiap hari, ia dihadapkan pada masalah yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Selain mengawasi jalannya pekerjaan, ia juga harus menjaga komunikasi antara tim lapangan dan manajer proyek. Kadang, perbedaan pemahaman antara keduanya membuat situasi semakin rumit.

Pada suatu sore, ketika Raka tengah mengumpulkan laporan dari tim pemasangan kaca, salah seorang pekerja datang terburu-buru menghampirinya.

“Bang Raka! Ada masalah di lantai 12! Kita butuh bantuan!”

Raka segera berlari ke lift, merasa ada yang tidak beres. Sesampainya di lantai 12, ia melihat ada beberapa pekerja yang tampak kebingungan. Salah satu pekerja lainnya sedang berusaha menenangkan situasi.

“Kerangka baja yang harus dipasang tadi nggak pas, Bang,” jelas salah seorang pekerja. “Tali pengikatnya nggak cukup kuat. Kalau dipaksakan, bisa bahaya.”

Raka menghela napas panjang. Ia memeriksa kerangka baja yang dimaksud dan segera menghubungi bagian logistik untuk mendatangkan material tambahan. Situasi ini sangat krusial, karena jika tidak segera diatasi, tidak hanya pekerjaan yang tertunda, tetapi keselamatan para pekerja juga terancam.

“Jangan panik. Saya sudah kontak bagian logistik. Semuanya akan segera dibereskan. Sementara itu, kalian mundur dulu dari area ini, biar aman,” perintah Raka dengan suara tegas.

Pekerja-pekerja itu mengangguk dan segera mundur. Raka berdiri di tempat itu, memandangi kerangka baja yang masih tergantung, merasa beban tanggung jawab semakin berat di pundaknya.

**Menghadapi Tekanan Lebih Besar**

Hari demi hari berlalu, dan semakin banyak tantangan yang datang. Raka mulai merasakan bahwa jabatan barunya bukan hanya tentang memerintah dan mengawasi, tetapi juga tentang menyelesaikan masalah yang datang tak terduga. Setiap keputusan yang ia buat memiliki dampak besar pada jalannya proyek.

Bahkan, terkadang ia merasa bahwa ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk berurusan dengan masalah yang lebih besar daripada menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.

Namun, ada satu kejadian yang benar-benar menguji kesabarannya.

Suatu pagi, saat ia sedang mengecek progres pekerjaan di lapangan, ia mendengar kabar bahwa salah satu tim pemasangan bahan bangunan mengalami kecelakaan ringan. Salah satu pekerja terjatuh dari ketinggian, meskipun tidak parah. Kejadian ini membuat suasana menjadi sangat tegang.

“Raka, cepat ke sana!” teriak Pak Hasan yang sudah menunggu di tempat kejadian. “Kita harus tangani ini dengan hati-hati.”

Raka segera berlari ke lokasi kecelakaan.

Ternyata, pekerja yang jatuh itu hanya mengalami luka lecet di tangan, tetapi keadaan mentalnya terguncang. Beberapa rekan lainnya tampak cemas, sementara Pak Hasan mulai berbicara dengan kepala tim untuk mengetahui penyebab kejadian.

Setelah memastikan bahwa pekerja tersebut baik-baik saja dan hanya memerlukan perawatan medis, Raka duduk di samping Pak Hasan. “Pak, kita harus lebih ketat dalam hal keselamatan. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi.”

Pak Hasan mengangguk. “Benar, Raka. Keselamatan itu nomor satu. Tapi ingat, kamu juga harus tegas dengan tim. Kalau ada yang melanggar prosedur, jangan ragu untuk menegur.”

Raka merenung mendengar kata-kata Pak Hasan. Dalam beberapa bulan terakhir, ia memang mulai belajar untuk lebih tegas, tetapi terkadang rasa takut akan membuatnya terlihat keras di mata rekan-rekannya. Ia berusaha seimbang, menjaga sikap agar tetap profesional, namun tidak kehilangan sisi kemanusiaan.

**Refleksi di Tengah Kesibukan**

Beberapa minggu setelah kejadian itu, Raka mulai lebih percaya diri dalam menjalankan perannya. Ia berusaha lebih matang dalam mengambil keputusan, meskipun tekanan dari segala sisi sering kali membuatnya merasa seperti berada di ujung jurang. Ia mulai belajar untuk tidak ragu dalam membuat pilihan, apalagi ketika keselamatan pekerja menjadi taruhan.

Namun, di tengah kesibukannya, Raka merasa bahwa ada sesuatu yang hilang—sesuatu yang ia lupakan. Waktu untuk dirinya sendiri. Ia terlalu tenggelam dalam pekerjaan sehingga melupakan untuk merawat dirinya. Dalam beberapa minggu terakhir, ia merasa sangat kelelahan. Kadang-kadang, bahkan saat tidur, ia terbangun karena memikirkan pekerjaan yang belum selesai.

Di satu sore yang agak sepi, Raka akhirnya menyadari bahwa ia harus memberi ruang untuk dirinya sendiri. Ia harus kembali meresapi hidup di luar pekerjaan. Sebuah keputusan untuk lebih menikmati waktu luangnya, meskipun dalam sekejap mata segala sesuatu bisa berubah di proyek besar ini.

Setelah selesai bertugas, Raka memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kawasan Tanah Abang. Di tengah kesibukan kota, ia berhenti sejenak di sebuah warung kopi kecil, menikmati secangkir kopi panas sambil memandang orang-orang yang berlalu-lalang.

“Ada kalanya kita harus berhenti sejenak, kan?” pikirnya, sambil tersenyum kecil. Ia tahu, hidup ini bukan hanya soal pekerjaan dan tanggung jawab. Terkadang, untuk bisa melangkah lebih jauh, kita perlu memberi waktu untuk berhenti dan beristirahat.

**Melangkah Maju dengan Kepercayaan Baru**

Sambil menikmati kopinya, Raka mulai merencanakan langkah selanjutnya. Jakarta memang keras, tetapi setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh. Ia tahu, kedepannya ia masih harus melalui banyak hal yang lebih sulit. Namun, ia kini percaya bahwa dirinya sudah lebih siap.

“Besok adalah hari baru,” katanya dalam hati, menyadari bahwa setiap hari adalah peluang untuk belajar dan berkembang. Dengan tekad baru, Raka tahu bahwa ia akan menghadapi semua rintangan yang ada, dengan kepala tegak.

Di tengah hiruk-pikuk Jakarta yang tak pernah tidur, ia merasa sedikit lebih tenang. Hari-hari keras akan datang, tapi ia yakin, dengan setiap langkah yang ia ambil, ia akan semakin dekat dengan impian yang selama ini ia perjuangkan.

Episodes
1 Chapter 1 Bab 1 Selamat Datang di Jakarta
2 Bab 2 Kos Kosan di Gang Sempit
3 Bab 3 Jalan yang Berbeda
4 Bab 4 Titik Balik
5 Bab 5 Mencari Jalan Baru
6 Bab 6 Keringan dan Keberanian
7 Bab 7 Menghadapi Badai
8 Bab 8 Jalan Baru yang Berliku
9 Bab 9 Pilihan yang Tak Terduga
10 Bab 10 langkah Awal di Jalur Baru
11 Bab 11 Kejutan di Tengah Kesibukan
12 Bab 12 Kebenaran yang Terkuak
13 Bab 13 Konspirasi di Balik Pintu Tertutup
14 Bab 14 Langkah ditengah Ancaman
15 Bab 15 Persengkongkolan yang Terkuak
16 Bab 16 Kejaran Tanpa Henti
17 bab 17 Kejaran Berlanjut
18 Bab 18 Perpecahan dan Perlawanan
19 Bab 19 Perjuangan ditengah Bayangan
20 Bab 20 Pengejaran Terakhir
21 Bab 21 Pintu Gerbang Jakarta
22 Bab 22 Langkah Pertama
23 Bab 23 Labirin Jakarta
24 Bab 24 Jaringan Tak Terlihat
25 Bab 25 di Balik Bayang-Bayang
26 Bab 26 Langkah di Ujung Keputusan
27 Bab 27 Jaring yang Mengencang
28 Bab 28 Jejak di Tengah Kota
29 Bab 29 Langka Menuju Sarang
30 Bab 30 Titik Balik
31 Bab 31 Jalan Gelap Terbuka
32 Bab 32 Api Dalam Gelap
33 Bab 33 Perang Bayangan
34 Bab 34 Kepungan Tak Terduga
35 Bab 35 Jalan Tak Terlihat
36 Bab 36 Antara Dua Dunia
37 Bab 37 Titik Terendah
38 Bab 38 Dibalik Bayang-Bayang
39 Bab 39 Jejak di Tengah Gelap
40 Bab 40 Api di Tengah Hujan
41 Bab 41 Jejak Kegelapan
42 Bab 42 di Balik Bayang Jakarta
43 Bab 43 Pertempuran dalam Bayang-Bayang
44 Bab 44 Awal dari Akhir
45 Bab 45 Berlanjut
46 Bab 46 Perangkap Tak Terduga
47 Bab 47 Akhir dan Awal Baru
48 Chapter 2 Bab 48 Awal Baru
49 Bab 49 Hari Pertama Kerja Bengkel
50 Bab 50 Membantu Rina
51 Bab 51 Kehadiran Bayu
52 Bab 52 Bertemu Nadia
53 Bab 53 Pertarungan Bebas
54 Bab 54 Awal Hari yang Biasa
55 Bab 55 Melawan Ical
56 Bab 56 Dunia yang Lebih Gelap
57 Bab 57 Raka Memutuskan untuk Menerima Tawaran Arman
58 bab 58 Ikut Nadia
59 Bab 59 Adegan awal
60 Bab 60 Tatap Muka
61 Bab 61 Hari Pertandingan
62 Bab 62 Informasi dari Bayu
63 Bab 63 Pembicaraan Kecil
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Chapter 1 Bab 1 Selamat Datang di Jakarta
2
Bab 2 Kos Kosan di Gang Sempit
3
Bab 3 Jalan yang Berbeda
4
Bab 4 Titik Balik
5
Bab 5 Mencari Jalan Baru
6
Bab 6 Keringan dan Keberanian
7
Bab 7 Menghadapi Badai
8
Bab 8 Jalan Baru yang Berliku
9
Bab 9 Pilihan yang Tak Terduga
10
Bab 10 langkah Awal di Jalur Baru
11
Bab 11 Kejutan di Tengah Kesibukan
12
Bab 12 Kebenaran yang Terkuak
13
Bab 13 Konspirasi di Balik Pintu Tertutup
14
Bab 14 Langkah ditengah Ancaman
15
Bab 15 Persengkongkolan yang Terkuak
16
Bab 16 Kejaran Tanpa Henti
17
bab 17 Kejaran Berlanjut
18
Bab 18 Perpecahan dan Perlawanan
19
Bab 19 Perjuangan ditengah Bayangan
20
Bab 20 Pengejaran Terakhir
21
Bab 21 Pintu Gerbang Jakarta
22
Bab 22 Langkah Pertama
23
Bab 23 Labirin Jakarta
24
Bab 24 Jaringan Tak Terlihat
25
Bab 25 di Balik Bayang-Bayang
26
Bab 26 Langkah di Ujung Keputusan
27
Bab 27 Jaring yang Mengencang
28
Bab 28 Jejak di Tengah Kota
29
Bab 29 Langka Menuju Sarang
30
Bab 30 Titik Balik
31
Bab 31 Jalan Gelap Terbuka
32
Bab 32 Api Dalam Gelap
33
Bab 33 Perang Bayangan
34
Bab 34 Kepungan Tak Terduga
35
Bab 35 Jalan Tak Terlihat
36
Bab 36 Antara Dua Dunia
37
Bab 37 Titik Terendah
38
Bab 38 Dibalik Bayang-Bayang
39
Bab 39 Jejak di Tengah Gelap
40
Bab 40 Api di Tengah Hujan
41
Bab 41 Jejak Kegelapan
42
Bab 42 di Balik Bayang Jakarta
43
Bab 43 Pertempuran dalam Bayang-Bayang
44
Bab 44 Awal dari Akhir
45
Bab 45 Berlanjut
46
Bab 46 Perangkap Tak Terduga
47
Bab 47 Akhir dan Awal Baru
48
Chapter 2 Bab 48 Awal Baru
49
Bab 49 Hari Pertama Kerja Bengkel
50
Bab 50 Membantu Rina
51
Bab 51 Kehadiran Bayu
52
Bab 52 Bertemu Nadia
53
Bab 53 Pertarungan Bebas
54
Bab 54 Awal Hari yang Biasa
55
Bab 55 Melawan Ical
56
Bab 56 Dunia yang Lebih Gelap
57
Bab 57 Raka Memutuskan untuk Menerima Tawaran Arman
58
bab 58 Ikut Nadia
59
Bab 59 Adegan awal
60
Bab 60 Tatap Muka
61
Bab 61 Hari Pertandingan
62
Bab 62 Informasi dari Bayu
63
Bab 63 Pembicaraan Kecil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!