Bab 16 Kejaran Tanpa Henti

Pagi hari tiba dengan kabut yang menyelimuti Jakarta. Kota ini seolah tidak pernah tidur, dan meskipun Raka, Nadia, dan Pak Hasan sudah berpindah tempat beberapa kali, perasaan mereka tetap terjaga oleh ketegangan yang tak kunjung hilang. Rumah aman yang mereka tempati saat ini adalah sebuah rumah kosong yang tidak lagi digunakan oleh pemiliknya. Lokasinya cukup jauh dari keramaian, namun masih dalam jangkauan jalur utama yang bisa menghubungkan mereka dengan KPK.

Raka duduk di meja, mengamati dokumen yang kini menjadi satu-satunya barang berharga yang bisa menyelamatkan mereka dari musuh yang tidak terlihat. Bayu, yang baru saja pulang setelah menghubungi beberapa orang penting, memasuki ruangan dengan wajah cemas.

“Kita nggak punya banyak waktu,” katanya langsung tanpa basa-basi. “Informasi baru yang gue terima, mereka mulai mengorganisir pasukan untuk mengejar lo. Ke mana pun lo pergi, mereka akan mengikutinya. Kita harus gerak cepat.”

Raka mengangguk, matanya berkilat tajam. “Kita nggak bisa terus bersembunyi seperti ini, Bayu. Bukti-bukti ini harus sampai ke KPK, dan kita nggak bisa mundur sekarang.”

“Lo bener, Rak,” jawab Bayu. “Tapi kita harus hati-hati. Kalau mereka tahu rencana kita, kita nggak akan sempat apa-apa. Kita nggak hanya melawan orang biasa, mereka punya jaringan yang luas.”

Raka berdiri dan berjalan ke jendela, menatap Jakarta yang tampak begitu jauh dan tidak terjangkau dari posisinya saat ini. “Mereka mungkin punya banyak orang, Bayu. Tapi kita juga punya kebenaran di pihak kita. Kita nggak bisa berhenti.”

Nadia yang sejak tadi diam, mendekat dan menyentuh lengan Raka. “Kita semua sudah jauh terlibat, Rak. Kita harus pastikan kalau bukti ini sampai ke tempat yang tepat.”

Raka menatap wajah Nadia, lalu mengangguk pelan. “Iya, Nad. Gue janji, kita akan keluar dari ini.”

**Rencana Terakhir**

Setelah berdiskusi panjang, mereka menyusun rencana. Bayu akan mengalihkan perhatian pihak yang mengincar mereka dengan menyebarkan informasi palsu dan menyusupkan orang-orang tertentu ke dalam jaringan yang bisa menambah kebingungannya.

Sementara itu, Raka, Nadia, dan Pak Hasan akan melanjutkan perjalanan mereka menuju KPK dengan jalur yang lebih aman dan tersembunyi. Mereka harus berpisah sementara dan bertemu di tempat yang telah disepakati.

Bayu memberikan instruksi terakhir. “Lo semua harus berhati-hati. Jangan sampai ada yang tahu rute kalian. Pak Hasan, lo ikut sama Raka dan Nadia. Gue akan memastikan jalur aman untuk kalian.”

Pak Hasan mengangguk, wajahnya terlihat serius. “Kita sudah terlalu jauh terlibat, Bayu. Kita harus pastikan bukti ini sampai ke tempat yang tepat.”

Setelah merencanakan semua dengan detail, mereka pun berangkat. Bayu memberikan dua motor cadangan yang akan membawa mereka ke jalur yang lebih aman. Dengan hati-hati, Raka, Nadia, dan Pak Hasan meninggalkan rumah aman itu, melintasi jalan-jalan kecil Jakarta yang sibuk.

**Kejaran yang Tak Terhindarkan**

Setelah beberapa jam perjalanan, saat mereka memasuki daerah yang lebih jauh dari keramaian, Raka merasa semakin cemas. Meskipun mereka sudah berhati-hati, ada sesuatu yang terasa tidak beres. Perasaannya semakin tertekan, dan ia mulai memperhatikan kendaraan yang melintas di jalan. Namun, tampaknya mereka tidak diikuti.

Tiba-tiba, ponsel Raka berdering. Ia mengangkatnya dengan cepat.

“Raka, mereka tahu!” suara Bayu terdengar di ujung telepon, terdengar sangat tegang. “Mereka udah melacak jejak kalian. Mereka tahu lo menuju ke KPK. Segera keluar dari jalur utama!”

Raka langsung memberi isyarat kepada Nadia dan Pak Hasan. “Cepat! Kita harus pindah jalur!”

Mereka segera berbelok ke jalanan kecil yang lebih sepi, namun rasa cemas terus menggelayuti pikiran Raka. Setelah beberapa menit berlalu, mereka melihat sebuah mobil hitam yang melintas dengan kecepatan tinggi, dan Raka menyadari itu adalah kendaraan yang mereka takutkan.

“Mereka di belakang kita,” kata Nadia dengan suara gemetar.

Raka menahan napas. “Kita harus tetap tenang. Jangan sampai mereka bisa mendekat.”

Namun, suara mesin kendaraan yang semakin mendekat membuat mereka semakin panik. Dalam sekejap, mobil hitam itu melaju lebih cepat dan menutup jalur mereka.

“Mundur!” teriak Raka. “Cepat, belok kiri!”

Tetapi, tiba-tiba mobil itu menghentikan langkahnya dan dua orang pria keluar dengan senjata terhunus. Mereka berjalan dengan penuh keyakinan, menghampiri Raka dan kelompoknya.

“Nggak bisa lo kabur kali ini, Raka,” kata salah satu pria itu sambil tersenyum sinis.

Raka merasakan ketegangan yang luar biasa. Sebelum situasi semakin memburuk, ia harus berpikir cepat. “Kalian tahu apa yang gue bawa, kan? Ini lebih besar dari yang kalian bayangkan.”

Pria itu tertawa kecil. “Gue nggak peduli apa yang lo bawa. Ini adalah peringatan terakhir buat lo.”

Raka menatap mereka dengan tajam, mencoba membaca situasi. Ia tahu, jika ia tidak bergerak cepat, mereka akan kehilangan kesempatan untuk menyelamatkan bukti yang bisa menghentikan segala persekongkolan ini.

Dalam momen yang penuh ketegangan ini, Raka tahu bahwa tidak ada lagi ruang untuk mundur. Dengan keputusan bulat, ia memberi isyarat kepada Nadia dan Pak Hasan untuk mundur perlahan. Ia sendiri melangkah maju, menghadapi para pria bersenjata itu dengan tekad yang tidak tergoyahkan.

“Lo salah, kalau lo pikir gue akan mundur,” kata Raka, matanya penuh keyakinan.

Raka berdiri tegap, matanya menatap tajam dua pria bersenjata yang menghadangnya di tengah jalan sepi. Mobil hitam mereka terparkir di belakang, menyekat jalan. Nadia dan Pak Hasan sudah mundur perlahan, siap untuk melarikan diri jika keadaan semakin buruk, sementara Raka tetap berdiri dengan penuh keyakinan.

“Lo pikir gue akan mundur?” kata Raka dengan suara datar, meskipun hatinya berdebar hebat. Ia tahu, ini adalah titik balik. Tidak ada jalan kembali.

Pria pertama, bertubuh kekar, tersenyum sinis. “Gue sudah bilang, Raka. Ini adalah peringatan terakhir.” Dia mengacungkan senjata ke arah Raka, jari-jarinya yang kekar sudah siap untuk menekan pelatuk.

Namun, Raka tidak menunjukkan tanda-tanda takut. Dalam sekejap, ia melompat ke samping, menghindari tembakan pertama yang meleset. Gerakan Raka cepat, penuh ketepatan. Ia tahu bahwa saat ini, semua yang dia latih selama bertahun-tahun, semua pengalamannya dalam bertahan hidup di Jakarta, akan diuji.

Pria kedua, yang lebih kurus dan gesit, bergerak cepat untuk mengejar. Namun, Raka sudah siap. Dengan cepat, ia menendang roda motor yang ada di dekatnya, membuatnya terjatuh dan menahan tubuh pria itu dalam satu gerakan. Raka menggunakan tubuh pria itu sebagai perisai, menghimpitnya dengan kuat hingga pria itu terjatuh, senjata terlepas dari tangannya.

Tembakan kedua pria itu terdengar, tapi Raka sudah bergerak dengan cekatan, bersembunyi di balik mobil yang terparkir, membuat para penyerangnya kesulitan untuk menembaknya. Namun, ini bukan pertarungan biasa. Ini adalah pertarungan untuk bertahan hidup, untuk memastikan bahwa kebenaran yang mereka bawa sampai ke KPK.

Raka bernafas cepat, jantungnya berdegup kencang. Saat pria kekar itu bergerak untuk mendekat, ia tidak memberikan ampun. Dengan cepat, Raka menarik pistol dari saku jaketnya dan mengarahkan senjata ke pria itu. “Berhenti!” serunya.

Pria itu terhenti sejenak, namun tetap menatap Raka dengan penuh kebencian. “Lo pikir lo bisa lari dari kami?” kata pria itu sambil tertawa sinis.

Tanpa memberi kesempatan untuk bertindak, Raka melesat maju, menendang kaki pria itu, dan memaksa senjata untuk jatuh. Dalam satu gerakan cepat, Raka menyarungkan senjatanya, lalu melancarkan serangan cepat dengan tinjunya ke perut pria itu, membuatnya terhuyung mundur.

Di saat yang sama, pria kedua kembali menyerang, mencoba menusuk Raka dengan pisau yang dibawanya. Namun, Raka sudah siap. Dengan cekatan, ia memblokir serangan pisau itu dengan lengan kanan, lalu menangkis serangan kedua dengan kaki kirinya. Dalam satu gerakan fluid, Raka melayangkan tendangan keras ke dada pria itu, membuatnya terlempar ke tanah.

Tak ada kata-kata lagi. Raka tahu, kalau dia tidak bisa mengalahkan mereka sekarang, maka bukti yang ia bawa akan jatuh ke tangan yang salah, dan perjuangannya akan sia-sia.

Dalam momen itu, seolah waktu berhenti. Raka berdiri tegak di tengah jalan, bernapas berat, menatap kedua pria yang terjatuh di kakinya.

Dengan langkah tenang, ia mendekat ke pria pertama yang terbaring lemah.

“Gue nggak akan biarkan kalian merusak hidup gue dan orang-orang di sekitar gue,” katanya pelan, sebelum berbalik dan berlari menuju Nadia dan Pak Hasan, yang sudah siap dengan motor mereka.

“Mereka nggak akan berhenti, Rak,” kata Nadia, dengan wajah cemas.

Raka mengangguk, matanya tajam menatap ke depan. “Gue tahu. Tapi mereka juga nggak tahu kalau kita nggak akan berhenti.”

Dengan semangat yang tak tergoyahkan, mereka melaju cepat meninggalkan tempat itu, menyisakan dua pria yang tergeletak di jalan, tak berdaya. Namun, ancaman tetap ada di depan.

Suara deru motor menghilang di balik kabut pagi yang masih menyelimuti Jakarta. Namun, ancaman yang mengintai masih jauh dari usai. Di balik perjuangan ini, ada sebuah kebenaran yang harus terungkap—dan Raka tahu, meski banyak rintangan yang harus dihadapi, ia tidak akan pernah menyerah.

Episodes
1 Chapter 1 Bab 1 Selamat Datang di Jakarta
2 Bab 2 Kos Kosan di Gang Sempit
3 Bab 3 Jalan yang Berbeda
4 Bab 4 Titik Balik
5 Bab 5 Mencari Jalan Baru
6 Bab 6 Keringan dan Keberanian
7 Bab 7 Menghadapi Badai
8 Bab 8 Jalan Baru yang Berliku
9 Bab 9 Pilihan yang Tak Terduga
10 Bab 10 langkah Awal di Jalur Baru
11 Bab 11 Kejutan di Tengah Kesibukan
12 Bab 12 Kebenaran yang Terkuak
13 Bab 13 Konspirasi di Balik Pintu Tertutup
14 Bab 14 Langkah ditengah Ancaman
15 Bab 15 Persengkongkolan yang Terkuak
16 Bab 16 Kejaran Tanpa Henti
17 bab 17 Kejaran Berlanjut
18 Bab 18 Perpecahan dan Perlawanan
19 Bab 19 Perjuangan ditengah Bayangan
20 Bab 20 Pengejaran Terakhir
21 Bab 21 Pintu Gerbang Jakarta
22 Bab 22 Langkah Pertama
23 Bab 23 Labirin Jakarta
24 Bab 24 Jaringan Tak Terlihat
25 Bab 25 di Balik Bayang-Bayang
26 Bab 26 Langkah di Ujung Keputusan
27 Bab 27 Jaring yang Mengencang
28 Bab 28 Jejak di Tengah Kota
29 Bab 29 Langka Menuju Sarang
30 Bab 30 Titik Balik
31 Bab 31 Jalan Gelap Terbuka
32 Bab 32 Api Dalam Gelap
33 Bab 33 Perang Bayangan
34 Bab 34 Kepungan Tak Terduga
35 Bab 35 Jalan Tak Terlihat
36 Bab 36 Antara Dua Dunia
37 Bab 37 Titik Terendah
38 Bab 38 Dibalik Bayang-Bayang
39 Bab 39 Jejak di Tengah Gelap
40 Bab 40 Api di Tengah Hujan
41 Bab 41 Jejak Kegelapan
42 Bab 42 di Balik Bayang Jakarta
43 Bab 43 Pertempuran dalam Bayang-Bayang
44 Bab 44 Awal dari Akhir
45 Bab 45 Berlanjut
46 Bab 46 Perangkap Tak Terduga
47 Bab 47 Akhir dan Awal Baru
48 Chapter 2 Bab 48 Awal Baru
49 Bab 49 Hari Pertama Kerja Bengkel
50 Bab 50 Membantu Rina
51 Bab 51 Kehadiran Bayu
52 Bab 52 Bertemu Nadia
53 Bab 53 Pertarungan Bebas
54 Bab 54 Awal Hari yang Biasa
55 Bab 55 Melawan Ical
56 Bab 56 Dunia yang Lebih Gelap
57 Bab 57 Raka Memutuskan untuk Menerima Tawaran Arman
58 bab 58 Ikut Nadia
59 Bab 59 Adegan awal
60 Bab 60 Tatap Muka
61 Bab 61 Hari Pertandingan
62 Bab 62 Informasi dari Bayu
63 Bab 63 Pembicaraan Kecil
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Chapter 1 Bab 1 Selamat Datang di Jakarta
2
Bab 2 Kos Kosan di Gang Sempit
3
Bab 3 Jalan yang Berbeda
4
Bab 4 Titik Balik
5
Bab 5 Mencari Jalan Baru
6
Bab 6 Keringan dan Keberanian
7
Bab 7 Menghadapi Badai
8
Bab 8 Jalan Baru yang Berliku
9
Bab 9 Pilihan yang Tak Terduga
10
Bab 10 langkah Awal di Jalur Baru
11
Bab 11 Kejutan di Tengah Kesibukan
12
Bab 12 Kebenaran yang Terkuak
13
Bab 13 Konspirasi di Balik Pintu Tertutup
14
Bab 14 Langkah ditengah Ancaman
15
Bab 15 Persengkongkolan yang Terkuak
16
Bab 16 Kejaran Tanpa Henti
17
bab 17 Kejaran Berlanjut
18
Bab 18 Perpecahan dan Perlawanan
19
Bab 19 Perjuangan ditengah Bayangan
20
Bab 20 Pengejaran Terakhir
21
Bab 21 Pintu Gerbang Jakarta
22
Bab 22 Langkah Pertama
23
Bab 23 Labirin Jakarta
24
Bab 24 Jaringan Tak Terlihat
25
Bab 25 di Balik Bayang-Bayang
26
Bab 26 Langkah di Ujung Keputusan
27
Bab 27 Jaring yang Mengencang
28
Bab 28 Jejak di Tengah Kota
29
Bab 29 Langka Menuju Sarang
30
Bab 30 Titik Balik
31
Bab 31 Jalan Gelap Terbuka
32
Bab 32 Api Dalam Gelap
33
Bab 33 Perang Bayangan
34
Bab 34 Kepungan Tak Terduga
35
Bab 35 Jalan Tak Terlihat
36
Bab 36 Antara Dua Dunia
37
Bab 37 Titik Terendah
38
Bab 38 Dibalik Bayang-Bayang
39
Bab 39 Jejak di Tengah Gelap
40
Bab 40 Api di Tengah Hujan
41
Bab 41 Jejak Kegelapan
42
Bab 42 di Balik Bayang Jakarta
43
Bab 43 Pertempuran dalam Bayang-Bayang
44
Bab 44 Awal dari Akhir
45
Bab 45 Berlanjut
46
Bab 46 Perangkap Tak Terduga
47
Bab 47 Akhir dan Awal Baru
48
Chapter 2 Bab 48 Awal Baru
49
Bab 49 Hari Pertama Kerja Bengkel
50
Bab 50 Membantu Rina
51
Bab 51 Kehadiran Bayu
52
Bab 52 Bertemu Nadia
53
Bab 53 Pertarungan Bebas
54
Bab 54 Awal Hari yang Biasa
55
Bab 55 Melawan Ical
56
Bab 56 Dunia yang Lebih Gelap
57
Bab 57 Raka Memutuskan untuk Menerima Tawaran Arman
58
bab 58 Ikut Nadia
59
Bab 59 Adegan awal
60
Bab 60 Tatap Muka
61
Bab 61 Hari Pertandingan
62
Bab 62 Informasi dari Bayu
63
Bab 63 Pembicaraan Kecil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!