Bab 8 Jalan Baru yang Berliku

Hari-hari setelah penyelesaian proyek besar itu terasa berbeda bagi Raka. Ia mulai dikenal sebagai pekerja yang tangguh dan bisa diandalkan, meskipun masih muda dan belum lama bekerja di dunia konstruksi. Beberapa rekan kerja, bahkan mandor proyek, mulai menghargai kontribusinya. Namun, seperti yang Dimas pernah katakan, dunia ini tidak pernah berhenti menguji batas seseorang.

Pagi itu, Raka baru saja tiba di lokasi proyek baru di daerah Tanah Abang. Proyek kali ini lebih besar daripada sebelumnya—sebuah pembangunan pusat perbelanjaan modern yang rencananya akan menjadi salah satu ikon baru Jakarta. Di lokasi, suasananya lebih sibuk dan tegang dibanding proyek sebelumnya. Wajah-wajah pekerja yang ia temui kebanyakan baru, dan atmosfernya terasa lebih formal.

Mandor baru mereka, Pak Hasan, adalah tipe pemimpin yang tegas dan tidak segan memberikan kritik keras jika ada yang tidak sesuai harapan. “Saya nggak peduli berapa lama kalian sudah kerja di proyek sebelumnya. Di sini, kita mulai dari nol lagi. Kalau nggak siap, lebih baik mundur sekarang!” katanya saat memberikan pengarahan pertama.

Raka menelan ludah. Ia tahu, bekerja di bawah tekanan Pak Hasan tidak akan mudah, tetapi ia memutuskan untuk menerima tantangan ini.

**Tantangan Baru di Proyek Baru**

Hari pertama di proyek itu terasa berat. Pak Hasan langsung meminta semua pekerja untuk memeriksa setiap detail desain dan memastikan tidak ada kesalahan dalam implementasi. Sebagai orang yang masih baru di proyek besar, Raka sering diminta mengerjakan tugas-tugas kecil seperti mengatur peralatan, memindahkan material, atau mencatat kebutuhan stok. Namun, ia tidak keberatan. Baginya, semua ini adalah bagian dari proses belajar.

Dimas, yang juga bekerja di proyek ini, mendekati Raka di sela-sela istirahat siang. “Gimana, bro? Udah mulai kebayang kerasnya kerja di sini?” tanyanya sambil menyeruput teh botol dingin.

Raka mengangguk pelan. “Pak Hasan galaknya beda ya, Dim. Gue nggak kebayang kalau gue bikin salah, bakal dimarahin kayak apa.”

Dimas tertawa kecil. “Santai aja. Asal lo nggak bikin kesalahan fatal, dia nggak akan terus-terusan galak. Lagian, dia cuma mau semua orang disiplin. Lo bakal terbiasa.”

Namun, hari itu tantangan baru datang lebih cepat dari yang Raka perkirakan. Saat sedang memindahkan tumpukan pipa besi, salah satu pipa yang ia angkat terlepas dari pegangan dan jatuh, hampir menimpa salah satu pekerja lain. Semua orang di sekitar langsung terdiam. Pak Hasan, yang kebetulan berada tidak jauh dari sana, berjalan mendekat dengan wajah tegang.

“Siapa yang jatuhin ini?” tanya Pak Hasan dengan nada dingin.

Raka mengangkat tangan dengan ragu. “Saya, Pak. Maaf, tadi saya nggak sengaja…”

Sebelum Raka selesai bicara, Pak Hasan memotong, “Kalau nggak bisa kerja hati-hati, lebih baik keluar dari sini. Ini proyek besar, bukan tempat untuk main-main!”

Kata-kata itu membuat Raka terdiam, sementara para pekerja lain hanya bisa saling pandang tanpa berani bicara. Rasa malu menyelimuti Raka, tetapi di dalam hatinya, ia tahu ia tidak boleh menyerah.

**Mencoba Membuktikan Diri**

Setelah insiden itu, Raka bekerja lebih keras dari sebelumnya. Ia ingin membuktikan bahwa ia mampu, bahwa ia tidak seperti yang Pak Hasan pikirkan. Setiap tugas yang diberikan kepadanya ia selesaikan dengan cermat, bahkan lebih cepat dari yang diharapkan.

Namun, tekanan dari Pak Hasan tidak kunjung reda. Setiap hari, Raka merasa seolah diawasi lebih ketat dibanding pekerja lain. Di satu sisi, ia merasa frustrasi, tetapi di sisi lain, ia menyadari bahwa ini adalah kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.

Salah satu momen penting datang ketika Pak Hasan meminta seseorang untuk memimpin tim kecil dalam pemasangan kerangka baja di lantai dua proyek. Raka mengangkat tangan, meskipun ia tahu risikonya besar. Ini adalah tugas yang membutuhkan presisi tinggi, dan sedikit saja kesalahan bisa berakibat fatal.

Pak Hasan menatap Raka dengan tatapan ragu. “Kamu yakin? Ini bukan tugas mudah. Kalau salah, tanggung jawabnya besar.”

“Saya siap, Pak,” jawab Raka dengan tegas.

Dengan arahan dari Dimas dan dukungan rekan-rekan lainnya, Raka mulai memimpin pemasangan kerangka itu. Ia memastikan semua pekerja mengikuti prosedur keselamatan dengan ketat, memeriksa setiap sambungan, dan memastikan tidak ada material yang cacat. Pekerjaan itu memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan, tetapi akhirnya selesai dengan hasil yang sempurna.

Pak Hasan yang datang memeriksa hasilnya terlihat sedikit terkejut. Ia tidak memberikan pujian secara langsung, tetapi dari anggukan kecil dan senyumnya, Raka tahu bahwa usahanya dihargai.

**Refleksi di Tengah Malam**

Malam itu, setelah hari panjang di proyek, Raka kembali ke kosan dengan perasaan campur aduk. Tubuhnya lelah, tetapi pikirannya penuh dengan berbagai hal—tentang tekanan dari Pak Hasan, tentang rasa malu yang masih ia rasakan karena insiden pipa besi, dan tentang keinginannya untuk terus maju.

Di luar sana, Jakarta masih bergeliat, meski perlahan-lahan mulai tenang. Jalanan yang biasanya ramai kini mulai lengang, hanya menyisakan beberapa kendaraan yang melintas. Raka duduk di jendela kecil di kosannya, memandangi lampu-lampu kota yang berkelip di kejauhan.

Ia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang. Di proyek baru ini, ia tidak hanya menghadapi tantangan fisik, tetapi juga tantangan mental. Namun, di balik semua itu, Raka merasa bahwa ia semakin menemukan siapa dirinya sebenarnya—seseorang yang tidak mudah menyerah, yang siap menghadapi apapun demi masa depan yang lebih baik.

“Jakarta emang keras,” gumamnya pelan. “Tapi gue nggak akan kalah.”

Dengan tekad yang semakin kuat, Raka menutup matanya, mencoba beristirahat sebelum kembali menghadapi kerasnya kota ini di pagi hari. Di luar sana, seolah seluruh Jakarta  sedang terlelap, tetapi Raka tahu, di hati kecilnya, ia tetap terjaga, siap untuk melangkah lebih jauh lagi.

Malam terus merayap, membawa kesunyian yang perlahan menelan hiruk-pikuk siang Jakarta. Meski tubuhnya terasa lelah, Raka merasa hatinya tetap menyala. Di tengah kegelapan malam, ia menemukan kekuatan baru—keyakinan bahwa setiap tantangan yang ia hadapi adalah bagian dari perjalanan panjang menuju impian yang ia cita-citakan.

Ia memandangi kota dari jendela kecil di kosannya. Lampu-lampu Jakarta berkilauan seperti bintang-bintang yang tersebar di lautan malam. Kota ini mungkin tak pernah benar-benar tidur, tetapi di tengah gemerlapnya, Raka merasa ada keheningan yang menenangkan.

“Besok adalah hari baru,” pikirnya sambil tersenyum tipis.

Raka menutup jendela, merapikan tempat tidur, dan memejamkan mata. Di luar, Jakarta terus hidup, namun di dalam dirinya, ia tahu ia telah memulai babak baru yang akan membawanya ke arah yang lebih besar. Apa pun yang akan datang, ia siap. Di kota ini, ia telah belajar, tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan. Dan ia berjanji, ia tidak akan menyerah.

Terpopuler

Comments

Heulwen

Heulwen

Dapat pelajaran berharga. 🧐

2024-11-29

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 Bab 1 Selamat Datang di Jakarta
2 Bab 2 Kos Kosan di Gang Sempit
3 Bab 3 Jalan yang Berbeda
4 Bab 4 Titik Balik
5 Bab 5 Mencari Jalan Baru
6 Bab 6 Keringan dan Keberanian
7 Bab 7 Menghadapi Badai
8 Bab 8 Jalan Baru yang Berliku
9 Bab 9 Pilihan yang Tak Terduga
10 Bab 10 langkah Awal di Jalur Baru
11 Bab 11 Kejutan di Tengah Kesibukan
12 Bab 12 Kebenaran yang Terkuak
13 Bab 13 Konspirasi di Balik Pintu Tertutup
14 Bab 14 Langkah ditengah Ancaman
15 Bab 15 Persengkongkolan yang Terkuak
16 Bab 16 Kejaran Tanpa Henti
17 bab 17 Kejaran Berlanjut
18 Bab 18 Perpecahan dan Perlawanan
19 Bab 19 Perjuangan ditengah Bayangan
20 Bab 20 Pengejaran Terakhir
21 Bab 21 Pintu Gerbang Jakarta
22 Bab 22 Langkah Pertama
23 Bab 23 Labirin Jakarta
24 Bab 24 Jaringan Tak Terlihat
25 Bab 25 di Balik Bayang-Bayang
26 Bab 26 Langkah di Ujung Keputusan
27 Bab 27 Jaring yang Mengencang
28 Bab 28 Jejak di Tengah Kota
29 Bab 29 Langka Menuju Sarang
30 Bab 30 Titik Balik
31 Bab 31 Jalan Gelap Terbuka
32 Bab 32 Api Dalam Gelap
33 Bab 33 Perang Bayangan
34 Bab 34 Kepungan Tak Terduga
35 Bab 35 Jalan Tak Terlihat
36 Bab 36 Antara Dua Dunia
37 Bab 37 Titik Terendah
38 Bab 38 Dibalik Bayang-Bayang
39 Bab 39 Jejak di Tengah Gelap
40 Bab 40 Api di Tengah Hujan
41 Bab 41 Jejak Kegelapan
42 Bab 42 di Balik Bayang Jakarta
43 Bab 43 Pertempuran dalam Bayang-Bayang
44 Bab 44 Awal dari Akhir
45 Bab 45 Berlanjut
46 Bab 46 Perangkap Tak Terduga
47 Bab 47 Akhir dan Awal Baru
48 Chapter 2 Bab 48 Awal Baru
49 Bab 49 Hari Pertama Kerja Bengkel
50 Bab 50 Membantu Rina
51 Bab 51 Kehadiran Bayu
52 Bab 52 Bertemu Nadia
53 Bab 53 Pertarungan Bebas
54 Bab 54 Awal Hari yang Biasa
55 Bab 55 Melawan Ical
56 Bab 56 Dunia yang Lebih Gelap
57 Bab 57 Raka Memutuskan untuk Menerima Tawaran Arman
58 bab 58 Ikut Nadia
59 Bab 59 Adegan awal
60 Bab 60 Tatap Muka
61 Bab 61 Hari Pertandingan
62 Bab 62 Informasi dari Bayu
63 Bab 63 Pembicaraan Kecil
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Chapter 1 Bab 1 Selamat Datang di Jakarta
2
Bab 2 Kos Kosan di Gang Sempit
3
Bab 3 Jalan yang Berbeda
4
Bab 4 Titik Balik
5
Bab 5 Mencari Jalan Baru
6
Bab 6 Keringan dan Keberanian
7
Bab 7 Menghadapi Badai
8
Bab 8 Jalan Baru yang Berliku
9
Bab 9 Pilihan yang Tak Terduga
10
Bab 10 langkah Awal di Jalur Baru
11
Bab 11 Kejutan di Tengah Kesibukan
12
Bab 12 Kebenaran yang Terkuak
13
Bab 13 Konspirasi di Balik Pintu Tertutup
14
Bab 14 Langkah ditengah Ancaman
15
Bab 15 Persengkongkolan yang Terkuak
16
Bab 16 Kejaran Tanpa Henti
17
bab 17 Kejaran Berlanjut
18
Bab 18 Perpecahan dan Perlawanan
19
Bab 19 Perjuangan ditengah Bayangan
20
Bab 20 Pengejaran Terakhir
21
Bab 21 Pintu Gerbang Jakarta
22
Bab 22 Langkah Pertama
23
Bab 23 Labirin Jakarta
24
Bab 24 Jaringan Tak Terlihat
25
Bab 25 di Balik Bayang-Bayang
26
Bab 26 Langkah di Ujung Keputusan
27
Bab 27 Jaring yang Mengencang
28
Bab 28 Jejak di Tengah Kota
29
Bab 29 Langka Menuju Sarang
30
Bab 30 Titik Balik
31
Bab 31 Jalan Gelap Terbuka
32
Bab 32 Api Dalam Gelap
33
Bab 33 Perang Bayangan
34
Bab 34 Kepungan Tak Terduga
35
Bab 35 Jalan Tak Terlihat
36
Bab 36 Antara Dua Dunia
37
Bab 37 Titik Terendah
38
Bab 38 Dibalik Bayang-Bayang
39
Bab 39 Jejak di Tengah Gelap
40
Bab 40 Api di Tengah Hujan
41
Bab 41 Jejak Kegelapan
42
Bab 42 di Balik Bayang Jakarta
43
Bab 43 Pertempuran dalam Bayang-Bayang
44
Bab 44 Awal dari Akhir
45
Bab 45 Berlanjut
46
Bab 46 Perangkap Tak Terduga
47
Bab 47 Akhir dan Awal Baru
48
Chapter 2 Bab 48 Awal Baru
49
Bab 49 Hari Pertama Kerja Bengkel
50
Bab 50 Membantu Rina
51
Bab 51 Kehadiran Bayu
52
Bab 52 Bertemu Nadia
53
Bab 53 Pertarungan Bebas
54
Bab 54 Awal Hari yang Biasa
55
Bab 55 Melawan Ical
56
Bab 56 Dunia yang Lebih Gelap
57
Bab 57 Raka Memutuskan untuk Menerima Tawaran Arman
58
bab 58 Ikut Nadia
59
Bab 59 Adegan awal
60
Bab 60 Tatap Muka
61
Bab 61 Hari Pertandingan
62
Bab 62 Informasi dari Bayu
63
Bab 63 Pembicaraan Kecil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!