Bab 12 Kebenaran yang Terkuak

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan pekerjaan di proyek Tanah Abang semakin mendekati titik krusial. Raka mulai menyadari bahwa ritme hidupnya telah sepenuhnya dikuasai oleh pekerjaan. Namun, di sela-sela kesibukan, hubungannya dengan Nadia kembali membawa warna dalam hidupnya yang penuh tekanan.

Pagi itu, Raka sedang memeriksa dokumen kontraktor di kantornya ketika sebuah pesan dari Nadia masuk ke ponselnya.

"Raka, nanti makan siang bareng, ya? Ada hal penting yang mau aku omongin."

Raka membaca pesan itu dengan alis terangkat. Nadia jarang bersikap terlalu serius dalam percakapan mereka, jadi pesan ini membuatnya sedikit penasaran.

**Pertemuan yang Membawa Kabar**

Tepat pukul satu siang, Raka bertemu dengan Nadia di sebuah warung makan kecil dekat lokasi proyek. Suasana warung yang sederhana itu terasa kontras dengan tekanan yang mereka hadapi sehari-hari.

“Ada apa, Nad? Kamu tadi bilang ada yang penting,” tanya Raka sambil meminum segelas es teh.

Nadia menghela napas panjang, wajahnya terlihat sedikit gugup. “Aku nggak tahu gimana cara ngomongnya, tapi aku rasa kamu perlu tahu sesuatu soal proyek ini.”

Raka mengerutkan kening. “Maksud kamu?”

Nadia mengeluarkan beberapa dokumen dari tasnya dan meletakkannya di atas meja. “Aku nggak sengaja nemuin ini waktu ngecek invoice supplier. Ada kejanggalan dalam pengadaan beberapa material di proyek ini. Harga yang tercantum di invoice jauh lebih tinggi dari harga pasar.”

Raka mengambil dokumen itu dan memeriksanya dengan seksama. Matanya terpaku pada angka-angka yang tidak masuk akal.

“Ini serius, Nad? Kamu yakin nggak ada kesalahan pencatatan?” tanyanya, meskipun dalam hati ia tahu Nadia bukan tipe orang yang ceroboh dalam pekerjaannya.

“Aku udah cek berkali-kali. Bahkan, aku cross-check dengan beberapa supplier lain. Ada pihak yang sengaja menaikkan harga, dan itu dilakukan dengan persetujuan dari oknum di manajemen proyek,” jawab Nadia dengan nada tegas.

Raka terdiam. Informasi ini seperti bom yang meledak di pikirannya. Jika benar ada kecurangan seperti ini, maka proyek yang sedang ia kerjakan penuh dengan korupsi yang melibatkan banyak pihak.

**Menyelidiki Lebih Dalam**

Malam harinya, Raka tidak bisa tidur. Dokumen yang diberikan Nadia terus terngiang di pikirannya. Ia mulai bertanya-tanya siapa yang terlibat dalam permainan kotor ini, dan sejauh mana dampaknya terhadap proyek mereka.

Keesokan paginya, Raka memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam. Ia mengumpulkan beberapa laporan keuangan proyek yang sebelumnya tidak pernah ia perhatikan secara detail. Ketika ia membandingkan data tersebut dengan informasi dari Nadia, semuanya mulai terlihat jelas.

“Ada banyak ketidaksesuaian,” gumamnya sambil mencoret-coret catatan di bukunya.

Namun, semakin dalam ia menyelidiki, semakin besar rasa takut yang menghantuinya. Ia tahu bahwa menyentuh masalah seperti ini bisa membahayakan dirinya, apalagi jika pihak yang terlibat memiliki kekuasaan besar.

**Dihadapkan pada Pilihan Sulit**

Beberapa hari kemudian, Raka memutuskan untuk menemui Pak Hasan. Ia merasa perlu membicarakan masalah ini dengan seseorang yang lebih senior, seseorang yang ia anggap bisa dipercaya.

“Pak Hasan, saya ingin bicara soal sesuatu yang penting,” katanya setelah masuk ke ruang kerja pria itu.

Pak Hasan mengangguk. “Apa yang ingin kamu sampaikan, Raka?”

Raka menjelaskan semua temuan yang ia dapatkan, termasuk dokumen dari Nadia dan analisis yang ia lakukan sendiri. Saat ia selesai berbicara, ekspresi wajah Pak Hasan berubah serius.

“Raka, kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan ini sangat berisiko, kan?” tanya Pak Hasan dengan nada rendah.

“Saya tahu, Pak. Tapi saya nggak bisa diam saja. Kalau dibiarkan, ini bisa menghancurkan proyek, bahkan karier kita semua,” jawab Raka tegas.

Pak Hasan menghela napas panjang, lalu bersandar di kursinya. “Saya sudah lama curiga ada sesuatu yang tidak beres, tapi tidak punya bukti yang cukup. Kalau kamu yakin dengan temuan ini, kita harus melaporkannya ke manajemen pusat. Tapi kamu juga harus siap dengan konsekuensinya.”

Raka merasa dadanya semakin berat. Ia tahu ini bukan keputusan yang mudah. Melaporkan masalah ini berarti ia harus melawan sistem yang sudah ada, dan risikonya bisa sangat besar.

**Tekanan yang Meningkat**

Beberapa hari setelah percakapan itu, Raka mulai merasakan perubahan di lingkungan kerjanya. Beberapa rekan mulai bersikap lebih dingin kepadanya, dan ia merasa bahwa pembicaraan tentang penyimpangan ini mulai bocor.

Di sisi lain, Nadia terus mendukungnya. “Kita harus tetap maju, Raka. Kalau kita nggak berani bicara, siapa lagi yang akan meluruskan ini?” katanya dengan nada penuh semangat.

Namun, tekanan itu benar-benar mencapai puncaknya ketika Raka dipanggil oleh salah satu atasan dari manajemen pusat.

“Raka, saya dengar kamu sedang menyelidiki sesuatu yang tidak seharusnya kamu sentuh,” kata pria itu dengan nada tajam.

“Maaf, Pak. Tapi saya hanya ingin memastikan bahwa proyek ini berjalan sesuai aturan,” jawab Raka dengan tegas.

“Dengarkan saya baik-baik. Jangan terlalu banyak ikut campur dalam hal yang bukan urusanmu. Fokus saja pada pekerjaanmu, atau kamu akan menyesal,” ujar pria itu sebelum pergi meninggalkan Raka dengan perasaan campur aduk.

**Keputusan Akhir**

Malam itu, Raka kembali merenung di kosannya. Ia tahu bahwa melanjutkan penyelidikan ini akan membawanya ke situasi yang lebih berbahaya, tetapi ia juga tidak bisa berpura-pura tidak tahu.

Setelah berjam-jam berpikir, Raka akhirnya memutuskan untuk melanjutkan langkahnya, tidak peduli seberapa besar risikonya. Ia merasa bahwa ini adalah ujian terbesar dalam hidupnya, dan ia tidak boleh mundur.

“Kalau gue berhenti sekarang, semuanya akan sia-sia,” gumamnya sambil menatap langit-langit kamar.

Dengan tekad yang semakin kuat, Raka bersiap untuk menghadapi hari esok—hari yang mungkin akan menjadi penentu nasibnya di proyek ini, atau bahkan dalam hidupnya.

Keesokan paginya, Raka bangun dengan perasaan campur aduk. Semalam, pikirannya dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi akibat pilihannya untuk terus menyelidiki masalah ini. Namun, ia tahu bahwa membiarkan korupsi berlanjut sama saja dengan mengkhianati prinsipnya sebagai seorang profesional.

Saat tiba di lokasi proyek, suasana tampak seperti biasa. Para pekerja sibuk dengan tugas masing-masing, dan suara mesin memenuhi udara. Namun, bagi Raka, semuanya terasa berbeda. Ia menyadari bahwa di balik hiruk-pikuk ini, ada permainan kotor yang sedang berlangsung.

Raka memutuskan untuk menemui Nadia lagi. Ia butuh dukungan dan masukan dari satu-satunya orang yang ia percaya sepenuhnya saat ini. Mereka bertemu di kantin kecil di dekat lokasi proyek.

“Kamu yakin mau terus maju, Raka?” tanya Nadia sambil menatapnya lekat-lekat.

“Aku nggak punya pilihan lain, Nad. Kalau aku berhenti sekarang, aku akan selalu merasa bersalah,” jawab Raka dengan nada serius.

Nadia tersenyum tipis.

“Aku akan bantu sebisa mungkin. Tapi kamu harus hati-hati. Orang-orang yang terlibat dalam ini pasti nggak akan tinggal diam.”

**Temuan Baru**

Setelah pertemuan itu, Raka semakin gencar menggali informasi. Ia mulai memeriksa lebih dalam dokumen-dokumen lama proyek dan mewawancarai beberapa rekan kerja yang ia anggap bisa dipercaya. Dari situ, ia menemukan pola yang menguatkan dugaan Nadia.

Setiap pembelian material dari supplier tertentu selalu memiliki markup yang tidak masuk akal. Bahkan, ada beberapa material yang tercatat dibeli tetapi tidak pernah sampai di lokasi proyek.

“Ini jelas permainan kotor,” gumam Raka sambil mencatat semua temuan itu di buku kerjanya.

Namun, semakin dalam ia menggali, semakin ia merasa bahwa ada sesuatu yang jauh lebih besar di balik semua ini. Data-data yang ia temukan mengarah pada keterlibatan beberapa nama penting di manajemen pusat.

**Tekanan dari Semua Sisi**

Beberapa hari kemudian, tekanan mulai datang dari berbagai arah. Salah satu rekan kerja Raka tiba-tiba mendekatinya dengan nada sinis.

“Gue denger-denger, lo lagi sibuk ngurusin hal yang bukan urusan lo, ya?” kata pria itu, yang bernama Ardi.

“Apa maksud lo?” tanya Raka, mencoba tetap tenang.

“Udah, lah. Fokus aja sama kerjaan lo. Jangan cari masalah,” ujar Ardi sebelum pergi dengan senyum licik di wajahnya.

Raka mulai merasa bahwa gerak-geriknya diawasi. Beberapa pekerja yang sebelumnya ramah kini tampak menjauh darinya, seolah takut ikut terseret dalam masalah yang ia ungkapkan.

Namun, tekanan terbesar datang ketika ia menerima panggilan dari nomor yang tidak dikenal.

“Raka, kami tahu apa yang sedang kamu lakukan. Saran saya, berhenti sekarang sebelum semuanya jadi lebih buruk buat kamu,” kata suara di ujung telepon.

“Siapa ini?” tanya Raka, meskipun ia tahu tidak akan mendapatkan jawaban.

Telepon itu langsung terputus, meninggalkan Raka dengan perasaan was-was.

**Sebuah Kejadian Tak Terduga**

Pada suatu malam, ketika Raka sedang dalam perjalanan pulang ke kosannya, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya. Ia mencoba tetap tenang, tetapi langkah-langkah kaki di belakangnya semakin mendekat.

Tiba-tiba, seorang pria tak dikenal muncul dari sudut jalan dan berdiri di depannya. Pria itu bertubuh besar, dengan wajah yang tampak tidak ramah.

“Lo Raka, kan?” tanya pria itu dengan nada mengintimidasi.

“Iya. Ada apa?” jawab Raka sambil berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang.

“Gue cuma mau bilang, lo nggak usah ikut campur soal proyek itu. Kalau lo masih keras kepala, jangan salahin gue kalau sesuatu yang buruk terjadi,” kata pria itu sebelum pergi meninggalkan Raka yang tertegun.

Ancaman itu membuat Raka sadar bahwa dirinya kini berada dalam bahaya nyata. Namun, bukannya mundur, ancaman itu justru semakin menguatkan tekadnya.

**Langkah Besar**

Keesokan harinya, Raka kembali menemui Pak Hasan untuk membahas langkah berikutnya.

“Pak, saya rasa kita harus melaporkan ini ke pihak yang lebih tinggi. Kalau dibiarkan, ini bisa menghancurkan integritas kita semua,” kata Raka tegas.

Pak Hasan mengangguk pelan. “Saya setuju, Raka. Tapi kita harus punya bukti yang cukup kuat. Kalau tidak, kita hanya akan menjadi sasaran mereka.”

Raka mengerti risiko yang mereka hadapi. Ia dan Pak Hasan mulai mengumpulkan semua dokumen yang relevan, termasuk data dari laporan keuangan, invoice, dan temuan lainnya. Mereka tahu bahwa ini bukan tugas mudah, tetapi mereka bertekad untuk melakukannya.

**Malam yang Sunyi**

Malam itu, Raka kembali ke kosannya dengan tubuh lelah tetapi hati yang sedikit lega. Ia tahu bahwa jalan yang ia pilih ini penuh dengan risiko, tetapi ia merasa bahwa ia berada di jalur yang benar.

Sambil menatap keluar jendela, ia melihat gemerlap lampu kota Jakarta yang tidak pernah padam. Ia tahu bahwa di kota ini, kebenaran sering kali dikalahkan oleh kekuasaan. Namun, ia tidak akan menyerah begitu saja.

“Jakarta mungkin keras, tapi gue nggak akan kalah,” gumamnya dengan penuh tekad.

Raka menutup matanya, bersiap untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di hari esok. Ia tahu bahwa perjuangannya baru saja dimulai.

Terpopuler

Comments

Aditya Warman

Aditya Warman

Tolong dong tor,jangan mengulang ngulang kalimat yg itu² aja ..boring bacanya...jakarta memang keras...jakarta memang keras...

2024-11-30

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 Bab 1 Selamat Datang di Jakarta
2 Bab 2 Kos Kosan di Gang Sempit
3 Bab 3 Jalan yang Berbeda
4 Bab 4 Titik Balik
5 Bab 5 Mencari Jalan Baru
6 Bab 6 Keringan dan Keberanian
7 Bab 7 Menghadapi Badai
8 Bab 8 Jalan Baru yang Berliku
9 Bab 9 Pilihan yang Tak Terduga
10 Bab 10 langkah Awal di Jalur Baru
11 Bab 11 Kejutan di Tengah Kesibukan
12 Bab 12 Kebenaran yang Terkuak
13 Bab 13 Konspirasi di Balik Pintu Tertutup
14 Bab 14 Langkah ditengah Ancaman
15 Bab 15 Persengkongkolan yang Terkuak
16 Bab 16 Kejaran Tanpa Henti
17 bab 17 Kejaran Berlanjut
18 Bab 18 Perpecahan dan Perlawanan
19 Bab 19 Perjuangan ditengah Bayangan
20 Bab 20 Pengejaran Terakhir
21 Bab 21 Pintu Gerbang Jakarta
22 Bab 22 Langkah Pertama
23 Bab 23 Labirin Jakarta
24 Bab 24 Jaringan Tak Terlihat
25 Bab 25 di Balik Bayang-Bayang
26 Bab 26 Langkah di Ujung Keputusan
27 Bab 27 Jaring yang Mengencang
28 Bab 28 Jejak di Tengah Kota
29 Bab 29 Langka Menuju Sarang
30 Bab 30 Titik Balik
31 Bab 31 Jalan Gelap Terbuka
32 Bab 32 Api Dalam Gelap
33 Bab 33 Perang Bayangan
34 Bab 34 Kepungan Tak Terduga
35 Bab 35 Jalan Tak Terlihat
36 Bab 36 Antara Dua Dunia
37 Bab 37 Titik Terendah
38 Bab 38 Dibalik Bayang-Bayang
39 Bab 39 Jejak di Tengah Gelap
40 Bab 40 Api di Tengah Hujan
41 Bab 41 Jejak Kegelapan
42 Bab 42 di Balik Bayang Jakarta
43 Bab 43 Pertempuran dalam Bayang-Bayang
44 Bab 44 Awal dari Akhir
45 Bab 45 Berlanjut
46 Bab 46 Perangkap Tak Terduga
47 Bab 47 Akhir dan Awal Baru
48 Chapter 2 Bab 48 Awal Baru
49 Bab 49 Hari Pertama Kerja Bengkel
50 Bab 50 Membantu Rina
51 Bab 51 Kehadiran Bayu
52 Bab 52 Bertemu Nadia
53 Bab 53 Pertarungan Bebas
54 Bab 54 Awal Hari yang Biasa
55 Bab 55 Melawan Ical
56 Bab 56 Dunia yang Lebih Gelap
57 Bab 57 Raka Memutuskan untuk Menerima Tawaran Arman
58 bab 58 Ikut Nadia
59 Bab 59 Adegan awal
60 Bab 60 Tatap Muka
61 Bab 61 Hari Pertandingan
62 Bab 62 Informasi dari Bayu
63 Bab 63 Pembicaraan Kecil
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Chapter 1 Bab 1 Selamat Datang di Jakarta
2
Bab 2 Kos Kosan di Gang Sempit
3
Bab 3 Jalan yang Berbeda
4
Bab 4 Titik Balik
5
Bab 5 Mencari Jalan Baru
6
Bab 6 Keringan dan Keberanian
7
Bab 7 Menghadapi Badai
8
Bab 8 Jalan Baru yang Berliku
9
Bab 9 Pilihan yang Tak Terduga
10
Bab 10 langkah Awal di Jalur Baru
11
Bab 11 Kejutan di Tengah Kesibukan
12
Bab 12 Kebenaran yang Terkuak
13
Bab 13 Konspirasi di Balik Pintu Tertutup
14
Bab 14 Langkah ditengah Ancaman
15
Bab 15 Persengkongkolan yang Terkuak
16
Bab 16 Kejaran Tanpa Henti
17
bab 17 Kejaran Berlanjut
18
Bab 18 Perpecahan dan Perlawanan
19
Bab 19 Perjuangan ditengah Bayangan
20
Bab 20 Pengejaran Terakhir
21
Bab 21 Pintu Gerbang Jakarta
22
Bab 22 Langkah Pertama
23
Bab 23 Labirin Jakarta
24
Bab 24 Jaringan Tak Terlihat
25
Bab 25 di Balik Bayang-Bayang
26
Bab 26 Langkah di Ujung Keputusan
27
Bab 27 Jaring yang Mengencang
28
Bab 28 Jejak di Tengah Kota
29
Bab 29 Langka Menuju Sarang
30
Bab 30 Titik Balik
31
Bab 31 Jalan Gelap Terbuka
32
Bab 32 Api Dalam Gelap
33
Bab 33 Perang Bayangan
34
Bab 34 Kepungan Tak Terduga
35
Bab 35 Jalan Tak Terlihat
36
Bab 36 Antara Dua Dunia
37
Bab 37 Titik Terendah
38
Bab 38 Dibalik Bayang-Bayang
39
Bab 39 Jejak di Tengah Gelap
40
Bab 40 Api di Tengah Hujan
41
Bab 41 Jejak Kegelapan
42
Bab 42 di Balik Bayang Jakarta
43
Bab 43 Pertempuran dalam Bayang-Bayang
44
Bab 44 Awal dari Akhir
45
Bab 45 Berlanjut
46
Bab 46 Perangkap Tak Terduga
47
Bab 47 Akhir dan Awal Baru
48
Chapter 2 Bab 48 Awal Baru
49
Bab 49 Hari Pertama Kerja Bengkel
50
Bab 50 Membantu Rina
51
Bab 51 Kehadiran Bayu
52
Bab 52 Bertemu Nadia
53
Bab 53 Pertarungan Bebas
54
Bab 54 Awal Hari yang Biasa
55
Bab 55 Melawan Ical
56
Bab 56 Dunia yang Lebih Gelap
57
Bab 57 Raka Memutuskan untuk Menerima Tawaran Arman
58
bab 58 Ikut Nadia
59
Bab 59 Adegan awal
60
Bab 60 Tatap Muka
61
Bab 61 Hari Pertandingan
62
Bab 62 Informasi dari Bayu
63
Bab 63 Pembicaraan Kecil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!