Bab 9 Pilihan yang Tak Terduga

Pagi itu, Jakarta seperti biasa, penuh dengan hiruk-pikuk. Matahari baru saja menyembul dari balik gedung-gedung tinggi, tetapi suara klakson, pedagang kaki lima, dan kendaraan yang berlomba-lomba di jalanan sudah memenuhi udara. Raka, yang sedang bersiap untuk kembali ke proyek Tanah Abang, merasa ada sesuatu yang berbeda. Perasaan itu, meski samar, membuatnya sedikit gelisah.

Di lokasi proyek, suasana lebih sibuk dari biasanya. Pak Hasan memanggil semua pekerja untuk briefing pagi. Ia berdiri di depan, dengan sikap tegas seperti biasa, namun ada nada serius yang lebih dalam dari biasanya.

“Proyek ini menghadapi tantangan besar,” ujar Pak Hasan, sambil menatap para pekerja satu per satu. “Ada perubahan jadwal. Kita harus mempercepat pekerjaan, karena klien meminta semuanya selesai dua minggu lebih awal. Ini bukan permintaan mudah, tapi saya yakin tim kita mampu.”

Raka tertegun. Mempercepat pekerjaan berarti jam kerja lebih panjang, risiko kecelakaan meningkat, dan tekanan semakin besar. Ia menoleh ke Dimas, yang berdiri di sampingnya, tetapi temannya itu hanya menghela napas panjang.

“Gue udah kebayang, bakalan begadang terus nih,” bisik Dimas pelan.

Raka mengangguk, meski dalam hatinya ia merasa ragu. Apakah ia benar-benar sanggup menghadapi tekanan ini?

**Pilihan yang Sulit**

Saat jam istirahat siang, Raka duduk sendirian di sudut proyek. Di tangannya, ada secarik kertas yang baru saja diberikan oleh Pak Hasan. Itu adalah penawaran untuk mengambil posisi baru di proyek, sebagai asisten pengawas. Posisi itu berarti tanggung jawab lebih besar, tetapi juga gaji yang lebih tinggi dan peluang untuk naik karier.

Namun, ada satu hal yang membuat Raka bimbang. Jika ia menerima posisi itu, ia harus mengorbankan banyak waktu untuk belajar keterampilan teknis yang selama ini ia nikmati. Sebagai asisten pengawas, ia lebih banyak bekerja di kantor lapangan, mengurus laporan, dan mengawasi jalannya pekerjaan, daripada turun langsung menangani material seperti yang ia lakukan sekarang.

“Gimana menurut lo, Dim?” tanya Raka kepada Dimas, yang duduk di sebelahnya sambil mengunyah roti.

“Ini kesempatan bagus, bro,” jawab Dimas sambil menatap kertas di tangan Raka. “Jarang-jarang ada pekerja baru yang langsung ditawarin posisi kayak gini. Lo harus ambil. Ini bakal bikin karier lo melesat.”

“Tapi gue belum yakin, Dim. Gue suka kerja langsung di lapangan. Kalau gue jadi pengawas, gue bakal lebih banyak di belakang meja.”

Dimas tertawa kecil. “Lo tahu kan, nggak selamanya lo bakal bisa angkat-angkat material atau pasang kerangka baja. Cepat atau lambat, lo harus naik level. Ini waktunya.”

**Mendekat ke Keputusan**

Malam itu, di kosannya, Raka duduk termenung di depan meja kecil. Ia memandangi secarik kertas itu berulang kali, mencoba membayangkan seperti apa hidupnya jika ia menerima posisi itu.

Di satu sisi, ia tahu Dimas benar. Posisi itu adalah peluang besar yang mungkin tidak akan datang dua kali. Namun di sisi lain, Raka merasa belum sepenuhnya siap. Ia masih ingin belajar lebih banyak di lapangan, memahami detail teknis pekerjaan yang selama ini membuatnya merasa hidup.

Ia membuka ponselnya dan menghubungi ibunya di kampung. Saat suara lembut ibunya terdengar, semua beban yang ia rasakan sedikit berkurang.

“Gimana kerjaan kamu, Nak? Lancar?” tanya ibunya.

“Lancar, Bu. Tapi ada tawaran baru di tempat kerja. Kalau aku ambil, mungkin aku nggak akan terlalu sering kerja di lapangan lagi.”

“Kalau menurut ibu, ambil aja kalau itu baik buat kamu. Tapi ingat, jangan lupa sama apa yang bikin kamu bahagia. Kalau kamu merasa terlalu berat, nggak ada salahnya buat tetap di tempat yang bikin kamu nyaman.”

Kata-kata sederhana itu membuat Raka terdiam. Kebahagiaan. Ia sudah lama tidak memikirkan hal itu. Dalam beberapa bulan terakhir, hidupnya terasa seperti perlombaan tanpa akhir—mengejar target, membuktikan diri, dan bertahan di kerasnya Jakarta.

**Hari Penentuan**

Keesokan harinya, Raka kembali ke lokasi proyek dengan hati yang masih bimbang. Pak Hasan memanggilnya ke kantor kecil di sudut lokasi untuk membahas keputusan tentang tawaran itu.

“Jadi, bagaimana, Raka? Kamu mau ambil posisi ini atau tidak?” tanya Pak Hasan dengan nada serius.

Raka terdiam sejenak. Ia memikirkan semua yang telah ia lalui, semua pelajaran yang ia dapatkan, dan semua mimpi yang ingin ia capai. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, ia akhirnya menjawab.

“Saya akan ambil, Pak. Tapi saya minta satu hal.”

Pak Hasan mengerutkan kening. “Apa itu?”

“Saya tetap ingin sesekali turun ke lapangan, Pak. Saya ingin tetap belajar dari bawah, meskipun posisi saya berubah.”

Pak Hasan tersenyum tipis, sesuatu yang jarang terjadi. “Kamu punya semangat yang bagus, Raka. Baiklah, saya setuju. Tapi ingat, tanggung jawab kamu sekarang lebih besar. Jangan kecewakan saya.”

Raka mengangguk mantap. Ia tahu, keputusannya ini akan membawa perubahan besar dalam hidupnya. Namun, untuk pertama kalinya, ia merasa yakin bahwa ia telah memilih jalan yang benar.

**Refleksi di Malam Hari**

Malam itu, saat berjalan pulang, Raka merasakan angin malam yang hangat menyapa wajahnya. Jakarta tetap sama—gemerlap, penuh tantangan, dan tidak pernah berhenti bergerak. Namun, di dalam dirinya, ada sesuatu yang berubah.

Ia tahu, tanggung jawab barunya tidak akan mudah. Akan ada tekanan yang lebih besar, harapan yang lebih tinggi, dan mungkin juga lebih banyak kegagalan. Tapi ia siap. Jakarta telah mengajarinya untuk bertahan, dan kini ia merasa siap untuk melangkah lebih jauh.

Di bawah lampu jalan yang redup, Raka tersenyum. Ini adalah awal baru, babak baru dalam perjuangannya. Apa pun yang akan terjadi, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus maju, untuk tidak menyerah, dan untuk membuktikan bahwa ia bisa menjadi bagian dari kerasnya kota ini—tidak hanya sebagai penonton, tetapi sebagai pemain yang tangguh.

Langkah Raka semakin mantap saat mendekati kosannya. Malam itu, Jakarta terasa lebih hidup dari biasanya, seolah mengiringi langkah kecilnya menuju perubahan besar.

Di kepalanya, berbagai rencana mulai tersusun bagaimana ia akan menjalani tanggung jawab baru ini, bagaimana ia akan membuktikan bahwa keputusannya bukanlah kesalahan.

Sesampainya di kamar, Raka memandang jendela kecil yang selalu menjadi tempatnya merenung. Ia membuka jendela itu, membiarkan angin malam menyelinap masuk.

Jakarta, dengan segala kerasnya, kini terasa seperti medan tempur yang siap ia taklukkan.

“Gue nggak cuma mau bertahan di sini,” bisiknya pelan, seperti berjanji pada dirinya sendiri. “Gue mau menang.”

Di luar sana, kota tetap gemerlap, menyimpan jutaan mimpi yang sedang diperjuangkan. Dan di dalam kamar kecilnya, Raka memejamkan mata dengan satu keyakinan—jalan yang ia pilih ini mungkin sulit, tetapi ia tahu, di ujungnya ada cahaya yang sedang menunggunya.

Episodes
1 Chapter 1 Bab 1 Selamat Datang di Jakarta
2 Bab 2 Kos Kosan di Gang Sempit
3 Bab 3 Jalan yang Berbeda
4 Bab 4 Titik Balik
5 Bab 5 Mencari Jalan Baru
6 Bab 6 Keringan dan Keberanian
7 Bab 7 Menghadapi Badai
8 Bab 8 Jalan Baru yang Berliku
9 Bab 9 Pilihan yang Tak Terduga
10 Bab 10 langkah Awal di Jalur Baru
11 Bab 11 Kejutan di Tengah Kesibukan
12 Bab 12 Kebenaran yang Terkuak
13 Bab 13 Konspirasi di Balik Pintu Tertutup
14 Bab 14 Langkah ditengah Ancaman
15 Bab 15 Persengkongkolan yang Terkuak
16 Bab 16 Kejaran Tanpa Henti
17 bab 17 Kejaran Berlanjut
18 Bab 18 Perpecahan dan Perlawanan
19 Bab 19 Perjuangan ditengah Bayangan
20 Bab 20 Pengejaran Terakhir
21 Bab 21 Pintu Gerbang Jakarta
22 Bab 22 Langkah Pertama
23 Bab 23 Labirin Jakarta
24 Bab 24 Jaringan Tak Terlihat
25 Bab 25 di Balik Bayang-Bayang
26 Bab 26 Langkah di Ujung Keputusan
27 Bab 27 Jaring yang Mengencang
28 Bab 28 Jejak di Tengah Kota
29 Bab 29 Langka Menuju Sarang
30 Bab 30 Titik Balik
31 Bab 31 Jalan Gelap Terbuka
32 Bab 32 Api Dalam Gelap
33 Bab 33 Perang Bayangan
34 Bab 34 Kepungan Tak Terduga
35 Bab 35 Jalan Tak Terlihat
36 Bab 36 Antara Dua Dunia
37 Bab 37 Titik Terendah
38 Bab 38 Dibalik Bayang-Bayang
39 Bab 39 Jejak di Tengah Gelap
40 Bab 40 Api di Tengah Hujan
41 Bab 41 Jejak Kegelapan
42 Bab 42 di Balik Bayang Jakarta
43 Bab 43 Pertempuran dalam Bayang-Bayang
44 Bab 44 Awal dari Akhir
45 Bab 45 Berlanjut
46 Bab 46 Perangkap Tak Terduga
47 Bab 47 Akhir dan Awal Baru
48 Chapter 2 Bab 48 Awal Baru
49 Bab 49 Hari Pertama Kerja Bengkel
50 Bab 50 Membantu Rina
51 Bab 51 Kehadiran Bayu
52 Bab 52 Bertemu Nadia
53 Bab 53 Pertarungan Bebas
54 Bab 54 Awal Hari yang Biasa
55 Bab 55 Melawan Ical
56 Bab 56 Dunia yang Lebih Gelap
57 Bab 57 Raka Memutuskan untuk Menerima Tawaran Arman
58 bab 58 Ikut Nadia
59 Bab 59 Adegan awal
60 Bab 60 Tatap Muka
61 Bab 61 Hari Pertandingan
62 Bab 62 Informasi dari Bayu
63 Bab 63 Pembicaraan Kecil
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Chapter 1 Bab 1 Selamat Datang di Jakarta
2
Bab 2 Kos Kosan di Gang Sempit
3
Bab 3 Jalan yang Berbeda
4
Bab 4 Titik Balik
5
Bab 5 Mencari Jalan Baru
6
Bab 6 Keringan dan Keberanian
7
Bab 7 Menghadapi Badai
8
Bab 8 Jalan Baru yang Berliku
9
Bab 9 Pilihan yang Tak Terduga
10
Bab 10 langkah Awal di Jalur Baru
11
Bab 11 Kejutan di Tengah Kesibukan
12
Bab 12 Kebenaran yang Terkuak
13
Bab 13 Konspirasi di Balik Pintu Tertutup
14
Bab 14 Langkah ditengah Ancaman
15
Bab 15 Persengkongkolan yang Terkuak
16
Bab 16 Kejaran Tanpa Henti
17
bab 17 Kejaran Berlanjut
18
Bab 18 Perpecahan dan Perlawanan
19
Bab 19 Perjuangan ditengah Bayangan
20
Bab 20 Pengejaran Terakhir
21
Bab 21 Pintu Gerbang Jakarta
22
Bab 22 Langkah Pertama
23
Bab 23 Labirin Jakarta
24
Bab 24 Jaringan Tak Terlihat
25
Bab 25 di Balik Bayang-Bayang
26
Bab 26 Langkah di Ujung Keputusan
27
Bab 27 Jaring yang Mengencang
28
Bab 28 Jejak di Tengah Kota
29
Bab 29 Langka Menuju Sarang
30
Bab 30 Titik Balik
31
Bab 31 Jalan Gelap Terbuka
32
Bab 32 Api Dalam Gelap
33
Bab 33 Perang Bayangan
34
Bab 34 Kepungan Tak Terduga
35
Bab 35 Jalan Tak Terlihat
36
Bab 36 Antara Dua Dunia
37
Bab 37 Titik Terendah
38
Bab 38 Dibalik Bayang-Bayang
39
Bab 39 Jejak di Tengah Gelap
40
Bab 40 Api di Tengah Hujan
41
Bab 41 Jejak Kegelapan
42
Bab 42 di Balik Bayang Jakarta
43
Bab 43 Pertempuran dalam Bayang-Bayang
44
Bab 44 Awal dari Akhir
45
Bab 45 Berlanjut
46
Bab 46 Perangkap Tak Terduga
47
Bab 47 Akhir dan Awal Baru
48
Chapter 2 Bab 48 Awal Baru
49
Bab 49 Hari Pertama Kerja Bengkel
50
Bab 50 Membantu Rina
51
Bab 51 Kehadiran Bayu
52
Bab 52 Bertemu Nadia
53
Bab 53 Pertarungan Bebas
54
Bab 54 Awal Hari yang Biasa
55
Bab 55 Melawan Ical
56
Bab 56 Dunia yang Lebih Gelap
57
Bab 57 Raka Memutuskan untuk Menerima Tawaran Arman
58
bab 58 Ikut Nadia
59
Bab 59 Adegan awal
60
Bab 60 Tatap Muka
61
Bab 61 Hari Pertandingan
62
Bab 62 Informasi dari Bayu
63
Bab 63 Pembicaraan Kecil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!