BAB 20. BABAK DALAM PERJALANAN

Kyra tetap berdiri di tempatnya, menatap ke arah Arka yang semakin menjauh. Udara malam berembus lembut, membawa aroma tanah basah setelah hujan sore tadi. Suasana di hatinya tak kalah mendung. Ia tahu ini bukan perpisahan selamanya, tapi tetap saja rasanya menyakitkan.

Arka menoleh sekali lagi sebelum benar-benar pergi. Tatapan mereka bertemu, dan dalam diam, mereka mengucapkan kata-kata yang tidak perlu diucapkan dengan suara. Kita akan baik-baik saja.

Hilangnya Arka dari pandangan membuat Kyra menghela napas panjang. Dadanya sesak. Ia berusaha menguatkan diri, mengingatkan dirinya sendiri kalau ini bukan akhir, tapi awal perjalanan mereka yang baru.

Tanpa Arka, hidup Kyra terasa hampa. Biasanya pagi-pagi ada pesan darinya, nanyain udah sarapan apa belum, atau ngingetin bawa payung kalau hujan. Sekarang, ponselnya sunyi senyap. Rasanya sepi banget.

Bukan berarti Arka bener-bener hilang dari hidupnya, kok. Mereka masih kontak lewat pesan dan telepon, cuma nggak sesering dulu. Arka kan sibuk di kota barunya, jadi ya harus menyesuaikan. Eh, suatu malam, Kyra lagi duduk di kamar, liatin foto mereka berdua di ponsel, tiba-tiba Arka telepon.

Kriiinnnggg...

Kriiinnnggg...

Kriiinnnggg...

“Halo, Kyra.” Suara Arka terdengar lelah, tapi tetap hangat.

“Hai, Arka. Gimana harimu?”jawab Kyra.

“Lumayan sibuk. Aku harus beradaptasi dengan lingkungan baru, tugas sekolah, dan segalanya. Tapi aku baik-baik saja Ra.” Apakah kamu juga baik? "Tanya Arka.

Kyra tersenyum kecil. “Ya, Arka aku baik. Baguslah kalau begitu. Jangan lupa istirahat, ya.”jawab nya.

Arka tertawa pelan. “Kamu juga. Jangan terlalu sering begadang hanya karena sibuk dengan tugas atau membaca novel sampai pagi yah Ra.”ucap Arka.

Kyra tersipu. Arka masih mengingat kebiasaannya itu. “Aku usahakan, Arka.”jawabnya singkat.

Obrolan mereka mengalir begitu saja, seperti biasa. Meskipun terpisah oleh jarak. Tapi mereka masih bisa tertawa dan bercanda dan saling berbagi cerita. Walaupun mereka tahu LDR itu sangat lah tidak mudah.

DI SISI LAIN DIKOTA.

Di kota, suasana baru menyambutnya. Malam itu, di kamarnya, Arka memegang foto Kyra. "Aku tak akan menyerah," bisiknya. Ia akan menjaga hubungan dengan Kyra, walau hanya melalui jarak dan waktu.

Jarak membuat segalanya sulit, tapi setiap pesan Arka adalah cahaya kecil yang menghangatkan hatinya. "Aku sedang belajar untuk ulangan nanti Ra. Doakan aku, ya," tulis Arka suatu malam. Kyra tersenyum, membalas.

"Tentu, Arka. Aku yakin kamu akan berhasil. Aku selalu mendukungmu jangan lupa doakan aku juga yah." balasnya. Percakapan singkat itu menjadi penguat, tapi kesibukan Arka mulai meningkat.

Bulan demi bulan berlalu. Arka semakin tenggelam dalam kesibukannya, dan Kyra juga mulai disibukkan dengan persiapan untuk ujian akhir. Komunikasi di antara mereka mulai berkurang. Tidak ada lagi telpon dan video call setiap malam Bahkan pesan singkat juga tidak ada.

Kyra mengerti mungkin Arka memang sibuk. Tapi perasaan hatinya yang merindukan Arka tidak bisa bohong. Ingin rasa dia yang menelpon dulu. Tapi Ia takut akan menggangu Arka.

Suatu malam, Kyra memberanikan dirinya untuk menelpon Arka duluan.

Kriiinnnggg...

Kriiinnnggg...

Kriiinnnggg...

“Halo?” Suara Arka terdengar lebih berat dari biasanya.

“Hai, Arka... Kamu sibuk yah? ”Tanya Kyra.

Arka terdiam sejenak sebelum menjawab, “Iya, maaf, aku lagi banyak tugas. Bisa kita bicara lain kali Ra?”

Kyra mencoba tersenyum meskipun hatinya mencelos. “Oh... Oke. Nggak apa-apa. Semangat, ya Arka. ”ucap Kyra.

Namun ntah mengapa airmatanya jatuh membasahi pipi. Ia merasakan ada yang berbeda dari Arka. Setelah panggilan berakhir, Kyra menatap ponselnya lama. Ada sesuatu yang berbeda. Arka terdengar lebih jauh, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara emosional.

Pesannya berkurang, panggilannya jarang. Kyra mencoba memahami, tapi khawatir mulai menggerogoti hatinya. Apakah perasaan Arka masih sama? Suatu malam, menunggu pesan yang tak kunjung datang, Kyra mengirim pesan duluan.

"Apa kabar, Arka? Aku merindukanmu." Beberapa jam berlalu tanpa balasan.

Paginya, hanya pesan singkat dari Arka, "Maaf, Kyra. Aku sibuk. Aku juga merindukanmu." jawabnya singkat.

Kyra menghela napas. Sesuatu berubah, walau ia tak tahu apa itu. Mungkin Arka memang sibuk, butuh waktu beradaptasi. Fikirnya yang tidak mau seuzon terhadap Arka.

Tapi dalam hatinya, ia tahu jarak tak hanya memisah kan mereka secara fisik, tapi mulai menguji janji mereka. Arka di kota, merasakan tekanan yang semakin berat. Tugas sekolah, tuntutan pergaulan, dan lingkungan baru membuatnya berjuang keras.

Ia tak bermaksud mengabaikan Kyra, tapi dunianya berubah. Suatu malam, ia menatap layar ponselnya, melihat nama Kyra. Ia ragu, lalu mengetik, "Aku tak pernah melupakanmu, Kyra. Tapi aku takut… aku mulai berubah. Aku takut aku tak bisa menjadi Arka yang sama." Arka pun menghapus pesan itu.

Bagaimana ia bisa mengatakan itu pada Kyra? Ia tahu Kyra menunggunya, percaya padanya. Tapi ketakutan itu ada. Malam itu, Arka tidur gelisah. Di kampung halaman, Kyra menatap langit malam, berdoa agar jarak tak merenggut janji mereka.

Di antara waktu dan ruang, hati mereka tetap terikat, walau perlahan mereka menyadari bahwa tak semua janji bertahan tanpa perjuangan. Hari-hari berlalu, dan jarak semakin terasa di antara mereka.

Kyra masih menunggu, masih berharap, tapi balasan Arka makin jarang. Kadang cuma pesan singkat, kadang tidak ada sama sekali. Malam sunyi, Kyra duduk di taman, tempat favorit mereka. Ia memegang surat Arka, surat lama yang disimpannya rapi.

"Aku janji akan kembali," baca Kyra, kalimat terakhir di surat itu. Ia genggam erat-erat, berharap janji itu masih ada artinya.

Di kota, Arka di kamarnya, menatap ponselnya penuh rasa bersalah. Ia ingin menghubungi Kyra, ingin tau kabar Kyra, masih menunggunya atau tidak? Tapi semakin lama, ia semakin takut. Mereka masih memiliki rasa sayang, masih terikat kenangan dan janji. Tapi jarak dan waktu terus menguji.

Akankah mereka bertahan? Atau janji itu perlahan memudar ditelan waktu? Dibawah langit yang sama mereka saling berdoa berharap Tuhan akan mempertemukan mereka kembali.

Malam yang semakin larut dan Kyra masih terpaku duduk ditaman. Sambil melamun dengan memegang sebuah surat daru Arka yang masih dalam genggamannya, tetapi hatinya mulai bertanya apakah janji itu masih berarti bagi Arka? Atau hanya kenangan yang semakin memudar?

Ia ingin percaya, ingin tetap berharap, tetapi ketidak pastian mulai mengikis keyakinannya. Jemarinya ragu-ragu di atas layar ponsel. Sudah beberapa kali Ia ingin mencoba menghubungi dan mengirim pesan pada Arka. Namun lagi lagi Ia takut mendapatkan jawaban yang sama. Jawaban yang tidak enak didengar.

Dan diota Arka sedang duduk dimeja belajar nya Dan menatap buku buku yang terbuka dimeja. Ia menatap kosong buku buku itu. Pikirannya bukan pada ujian yang semakin dekat, tetapi pada Kyra. Ia rindu. Sangat. Tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang berubah sesuatu yang ia sendiri tidak bisa pahami.

********

Akankah cinta Dan perasaan mereka akan baik baik saja???

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!