Setelah selesai menikmati crepes cake dan puding coklat buatan ibunya Arka, Kyra bersandar di kursi dengan wajah puas.
"Haaah, ini enak banget, Ma. Nggak nyangka bisa bikin crepes setipis ini. Kalau aku yang bikin, pasti tebalnya seperti martabak," ujarnya sambil tertawa.
Ibunya Arka tersenyum. "Ah, kamu itu bisa kalau belajar. Lain kali, main ke sini lagi, kita buat sesuatu yang lebih susah, ya."ucap ibunya.
Kyra mengangguk antusias, sementara Arka hanya meliriknya sambil menghela napas. "Kalau setiap minggu buat kue terus, nanti kita berdua jadi gendut, Ra," kata Arka dengan bercanda.
"Bilang aja kamu tidak mau bantu-bantu, dasar Arka!" balas Kyra sambil mendorong pundaknya ringan. Arka tertawa, menikmati bagaimana mudahnya mereka bergurau seperti ini.
Setelah selesai membereskan meja makan, mereka pindah ke ruang tamu. Kyra duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, sementara Arka merebahkan diri di lantai dengan posisi santai.
"Ra, hari ini kita tidak bermain sepedaan keliling kampung?" tanya Arka, menatap ke arah Kyra.
Kyra mendengus. "Kan tadi aku bilang panas, Arka. Kamu ini tidak mendengarkan aku bicara yah. " jawab Kyra kesal.
Arka mengangguk pelan, lalu tersenyum licik. "Kalau begitu, main kartu saja. Nanti yang kalah harus traktir es teh di warung depan bagaimana? "tanya Arka.
"Aku tidak bawa uang nih bagaimana!" Jawab Kyra dengan protes.
"Tenang saja, aku bayarin dulu. Tapi ingat, kalau kamu kalah, utang harus dibayar minggu depan," balas Arka sambil mengeluarkan setumpuk kartu remi dari meja kecil di sudut ruangan. Kyra mengerutkan kening, tapi akhirnya setuju.
Mereka bermain kartu sambil terus bercanda, saling meledek siapa yang lebih sering kalah. Kyra yang semula percaya diri akhirnya harus mengakui kekalahan setelah tiga ronde berturut-turut.
"Dasar curang! Kamu pasti mengintip lihat kartuku, ya?" tuduhnya sambil menunjuk Arka.
Arka hanya tertawa. "Itu namanya insting, Ra. Sudah, ayo traktir aku es teh. Aku haus banget nih. Jangan alasan macam macam lagi. " ucap Arka.
Meski kesal, Kyra tetap ikut ke warung depan. Di sepanjang perjalanan, mereka masih saling ejek. Kyra bahkan dengan sengaja menendang kerikil kecil ke arah Arka, tapi pria itu menghindar sambil tertawa.
Setelah memesan dua gelas es teh di warung kecil yang teduh, mereka duduk di bangku panjang kayu. Suasana siang itu cukup ramai, beberapa anak kecil bermain sepeda di sekitar jalanan, sementara orang dewasa terlihat berbincang santai.
"Ra, kamu ingat tidak dulu kita sering ke sini waktu kecil? Setiap sore selalu minta es teh, padahal uang jajan cuma cukup buat satu gelas," kenang Arka sambil tersenyum.
Kyra tertawa kecil. "Iya, dan ujung-ujungnya kita minum barengan dari satu gelas. Terus, kamu sering curang minum lebih banyak!" ucap Kyra.
"Itu namanya taktik bertahan hidup," jawab Arka sambil tertawa keras.
Setelah menghabiskan es teh, mereka berjalan santai kembali ke rumah Arka. Matahari sudah tidak terlalu terik, dan angin sore mulai terasa sejuk. Kyra merasa nyaman dengan rutinitas sederhana seperti ini.
Walaupun mereka sering bertengkar. Kyra tau Arka adalah sosok yang selalu ada buat dia. Sosok yang selalu melindungi dia dalam apa pun keadaan nya.
Saat sampai dirumah Arka, Kyra memperhatikan gambar gambar yang menempel didinding. Ada beberapa gambar Arka waktu kecil memeluk seekor anjing.
"Ra, masih ingat dengan Chiko?" tanya Arka tiba-tiba, datang dengan membawa dua gelas air.
Kyra tersenyum. "Ingat banget. Chiko itu anjing paling pintar yang pernah aku lihat. Yang gambarnya di foto itu kan? Dia bahkan tahu cara membuka pintu sendiri. "jawab Kyra.
Arka tertawa. "Iya, dia pintar banget. Tapi sejak dia tidak ada, rasanya rumah ini jadi sepi. Cepat bangeet dia mati Ra. "ucap Arka sedikit sedih.
Suasana tiba-tiba menjadi hening. Kyra tahu, meski Arka terlihat ceria, ada saat-saat di mana dia merindukan hal-hal kecil dari masa lalunya. Kyra menepuk pundaknya pelan. "Aku yakin Chiko bahagia di surga anjing sana," ujarnya mencoba menghibur.
Arka mengangguk sambil tersenyum kecil. "Mungkin. Kadang aku berharap bisa kembali ke masa-masa itu. Rasanya semuanya lebih sederhana."
Waktu berlalu cepat. Hari sudah mulai sore ketika Kyra memutuskan untuk pulang. "Aku harus pulang, Arka. Kalau tidak, nanti Mamaku bisa marah. " katanya sambil berdiri.
"Aku antar sampai depan kompleks, ya," tawar Arka. Kyra mengangguk, dan mereka berjalan santai menuju gerbang kompleks.
Sebelum berpisah, Arka menatap Kyra dengan ekspresi serius, sesuatu yang jarang terlihat darinya. "Ra, kamu tahu tidak? Aku bersyukur punya sahabat seperti kamu. Meski sering kita ribut, kamu selalu ada buat aku."
Kyra terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Aku juga, Arka. Kamu mungkin sering membuat aku kesal, tapi aku tahu kamu selalu peduli. Jangan pernah berubah, ya. Janji? "ucap Kyra.
Mereka pun saling tersenyum sebelum akhirnya berpisah. Kyra pun pulang ke rumahnya. Sementara Arka masih memperhatikan Kyra yang berlalu pergi semakin jauh.
Malam itu, Kyra berbaring ditempat tidurnya. Sambil merenungkan semua yang terjadi. Dia merasa hangat dihatinya, sepertinya persahabatan nya lebih dari seorang sahabat.
"Arka kan sahabatku. Tidak lebih dari itu," gumamnya pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Sementara itu, di kamarnya, Arka juga memikirkan hal yang sama. Kyra adalah sosok yang selalu membuat harinya lebih ceria. Meski sering bertengkar kecil, ia tahu Kyra adalah bagian penting dalam hidupnya.
"Apa aku benar benar suka dengan Kyra? " fikirnya.
Sambil menatap langit-langit dengan perasaan yang bercampur aduk. Tapi Kyra tidak mau menjadi pacar ku. Dia takut sesuatu yang buruk akan terjadi. "fikir nya lagi.
"Kyra Kyra. Padahal kamu tahu kalau kamu jadi pacar aku tentunya aku akan lebih perhatian dan lebih menjaga hubungan kita akan selalu baik. Ta.. tapi kamu menolak ku. " Ehhhmmmm... Bisiknya sambil menghela nafas.
Malam itu, dua sahabat yang berbeda tempat tidur memikirkan satu sama lain, tak menyadari bahwa mungkin, rasa cinta itu mulai berkembang.
Hari itu, Kyra dan Arka menghabiskan waktu bersama dengan penuh kehangatan dan tawa, seperti dua sahabat lama yang tak pernah kehilangan chemistry-nya.
Mereka memulai hari dengan mencicipi kudapan sederhana buatan ibu Arka hidangan yang tak mewah, tapi kaya akan rasa dan kenangan. Di meja makan, canda dan tawa memenuhi ruangan, menciptakan suasana hangat yang sulit dilupakan.
Dan bila malam hari nya, pikiran mereka mulai bermain main. Kyra mencoba menyakinkan perasaan yang berbeda itu hanya lah perasaan seorang sahabat.
Tapi, jauh di lubuk hati, dia tahu ada rasa yang telah berbeda. Di sisi lain, Arka juga bergelut dengan pikirannya sendiri. Keberadaan Kyra seperti mengisi kekosongan dalam dirinya, dan memberi ruang yang tak pernah ia sadari ada sebelumnya.
Tetapi baik Kyra maupun Arka lebih memilih untuk menjadi sahabat. Karena mereka takut kalau mencoba sesuatu yang baru itu. Persahabatan mereka akan pudar kalau salah langkah.
Tapi di balik keheningan malam itu, mereka tahu. Ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tak lagi bisa mereka abaikan, meski mereka belum siap untuk mengakuinya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments