Setelah momen mengharukan itu, mereka berdua berjalan pelan menuju taman tempat mereka biasa lepak bersama. Malam itu terasa berbeda. Tidak ada tawa, tidak ada canda seperti biasanya. Hanya ada kenyamanan yang tidak nyaman.
Kyra memandangi bangku kayu tua yang sering menjadi saksi kebersamaan mereka. Ia tersenyum pahit, mencoba menahan rasa sakit dihatinya.
“Arka, kamu ingat tidak saat kita pertama kali bertemu di sini? Apakah kamu masih mengingat semuanya?” tanyanya dengan suara gemetar.
Arka mengangguk, matanya menerawang ke arah langit. "Bagaimana aku bisa lupa? Tentu aku masih mengingatnya. Kamu marah besar karena aku merebut tempat favoritmu ini."sambil tertawa kecil.
Kyra tertawa kecil meskipun matanya belum berhenti. "Iya, aku pikir kamu sombong waktu itu. Tapi ternyata kamu hanyalah seorang anak yang tidak tahu aturan yah." sambil tersenyum dalam tangis.
Arka tersenyum tipis. "Dan lihat sekarang. Bangku ini jadi tempat kita menciptakan begitu banyak kenangan yang indah."ucap nya.
Kyra mulai menggenggam tangan Arka. Ia dapat merasakan kehangatan meskipun Ia tahu rasa itu akan segera hilang.
“Apakah ketika suatu hari kamu pergi lalu kembali dan aku sudah tidak ada untukmu, apakah kamu masih akan duduk di sini lagi menunggu ku? "tanya Kyra.
Dengan penuh rasa, Arka menatap ke dalam-dalam. "Aku akan selalu kembali ke sini, Kyra. Apa pun itu keadaannya. Karena setiap sudut tempat ini akan selalu mengingatkanku pada dirimu sendiri." Jawab Arka.
Malam itu waktu tampak terasa lama berlalu, seolah memberi waktu untuk mereka mengucapkan selamat tinggal dengan cara mereka sendiri.
Tetapi seiring pagi matahari mulai terbit, berbagai macam kenyataan yang selama ini mereka anggap tidak dapat dielakkan.Yah, hari perpisahan yang sudah ada didepan mata.
HARI PERPISAHAN
Keesokan paginya, rumah Arka dipenuhi dengan kesibukan. Barang-barang terakhir semua dimasukkan ke dalam mobil. Tidak ada sisa sisa yang tertinggal.
Hanya tampak barang barang buruk yang sudah jelek dan usang yang masih tertinggal.
Pagi itu Kyra datang lebih awal. Ia ingin menghabiskan waktu terakhir bersama Arka lebih lama lagi. Mereka berjalan menelusuri taman kecil yang ada ayunannya. taman tempat saksi mereka bermain bersama sama.
“Arka.. Kyra mulai bicara dengan suara gemetar memanggil nama Arka. “Aku takut ini akhir dari cerita kita. Aku ini takut jarak semua akan mengubah kita." ucap Kyra yang duduk di ayunan dengan pelan pelan.
Langkah Arka terhenti. Ia menatap Kyra dengan penuh keyakinan. "Aku juga takut, tapi aku percaya kalau kita memegang janji itu, kita pasti akan bertemu lagi. Ini bukan akhir, Kyra. Kamu harus yakin kita pasti bisa bersama lagi. "Ucap Arka memberi semangat.
Arka tersenyum kecil, meski hati terasa berat. Aku berjanji, aku akan kembali. Entah kapan pun itu. Aku pasti akan kembali. Kamu harus percaya pada ku Ra. Dan kamu harus menungguku. "ucap Arka lagi.
Mereka duduk di ayunan itu, saling memandang dan tersenyum. Arka turun dari ayunan dan menggenggam tangan Kyra. Hening melompat, hanya angin yang mengiringi kebersamaan mereka.
"Percayalah aku pasti akan kembali. Ucap Arka lagi. Didalam keheningan, mereka berdua membiarkan waktu berhenti dengan mengabaikan kenyataan yang sangat pahit yang sulit dihindari.
Dan ini adalah awal perjuangan Arka dan Kyra. menghadapi bagian untuk perpisahan. Pasalnya, janji yang mereka buat justru menjadi harapan yang tak berhujung, namun waktu dan jarak sudah mulai menantang kekuatan cinta mereka.
Janji ini yang akan membuat mereka cukup kuat untuk melihat kebenaran yang terus berubah. Dan akhirnya tiba lah saat Arka untuk pergi.
Kyra berdiri mematung, menatap punggung Arka yang perlahan menjauh. Ia ingin berlari, memanggil namanya, memintanya untuk tetap tinggal. Tapi ia tahu, itu hanya kemustahilan.
Arka berhenti sejenak, menoleh ke arah Kyra. Ia melambaikan tangan dengan senyum yang dipaksakan. "Jaga dirimu baik-baik, Kyra."
Kyra hanya bisa mengangguk, mencoba menelan tangis yang kembali memuncak. "Kamu juga, Arka."
Mobil perlahan bergerak, membawa Arka semakin jauh. Kyra tetap berdiri di sana, hingga bayangan mobil Arka itu hilang di balik horizon.
Hari-hari berlalu dengan lambat setelah kepergian Arka. Kyra merasa kehilangan sebagian dirinya. Ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan kegiatan lainnya, tetapi selalu ada celah yang membuat ingatan tentang Arka kembali menyeruak.
Setiap malam, Kyra menulis surat untuk Arka. Ia menuangkan setiap perasaannya, setiap rindu yang ia rasakan. Tetapi surat-surat yang Ia tulis tidak pernah Ia kirim. Ia hanya meletakkan surat surat itu dikotak kecil dibawah tempat tidur nya.
Sementara dikota Arka juga berjuang melawan perasaan rindunya. Walaupun banyak kegiatan dan aktivitas ia lakukan tetap saja bayangan nya selalu ingat tentang Kyra. Ia sering memandangi foto mereka berdua waktu kecil yang ia simpan di dompetnya.
"Aku akan kembali, Kyra," gumamnya setiap kali melihat foto itu.
"Janji itu," Kyra berbisik pelan di balkon kamarnya. "Aku harap kita bisa tetap menjaganya."
Namun jauh di dalam hati, Kyra tahu bahwa waktu dan jarak perlahan-lahan menguji kekuatan janji mereka. Apa yang dulu terasa nyata kini mulai memudar, menjadi bayangan samar yang sulit digapai.
Malam-malam panjang menjadi saksi bisu kesedihan mereka. Kyra, di dalam ruangan yang sunyi, sering memandang bintang-bintang, seolah mencari keberadaan Arka di antara kerlipnya bintang.
Ia bertanya-tanya apakah Arka melihat langit yang sama, memikirkan dirinya dengan kerinduan yang sama besar.
Di sisi lain, Arka menjalani hidupnya di kota. Kehidupan yang padat dikota namun bayangan masa lalu tentang Kyra tidak pernah hilang dalam ingatannya. Tiap malam ia membuka jurnal kecilnya dan menulis harapan untuk kembali kepadanya.
Setiap tulisannya ia simpan sebagai catatan, sebagai bukti janji cinta mereka yang selalu ada. Waktu berlalu. Bulan berganti minggu, janji tetap terdengar di hati. Meski jarak terpisah, mereka tetap saling menjaga perasaan satu sama lain.
Kyra menjaga kotak surat itu yang penuh dengan kalimat dan kata kata yang tak terucapkan, sementara di sisi lain Arka selalu menyimpan semua kenangan dalam hatinya.
Namun dibalik semua itu. Kyra dan Arka tahu hidup akan terus berjalan. Ada saat saat ketika rindu itu menyakitkan. Tetapi, di detik-detik terbelit, satu hal yang tetap mereka yakini cinta mereka memang pantas dipertahankan.
Suatu malam, Kyra menatap langit yang sama seperti tiap tiap malam sebelumnya, hanya dengan tekad yang berbeda. Ia mengulurkan surat terakhir yang tertulis untuk Arka.
Aku akan menunggu, betapapun sulitnya. Karena aku percaya kita akan menemukan jalan kembali," bisiknya. Dan di tempat lain, Arka mengamati foto mereka berdua, berjanji erat seolah Kyra benar-benar ada di sana.
"Aku akan kembali. Apa pun yang terjadi, aku akan kembali," gumamnya dengan keyakinan penuh. Keduanya tahu bahwa janji itu adalah kompas mereka,
Penuntun di tengah kabut waktu dan jarak. Kini, mereka hanya perlu percaya bahwa cinta sejati selalu menemukan jalan untuk pulang.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments