Rara tersadar, tubuhnya masih terasa sangat lemas,matanya memutar melihat sekitar, sambil memegang kepalanya perlahan dia mulai duduk dan tubuhnya reflek langsung berdiri mengingat janji pembayaran perawatan si mboknya.
Samar-samar dia mencoba menggingat semua yang terjadi, tak lama kemudian tangisnya pecah, dia melihat ke dinding sudah jam 4 pagi, berarti kemaren dia pingsan dan baru sadar sekarang.
Rara kebingungan, menangis meruntuki dirinya sendiri yang lemah, bu Rt terbangun mendengar tangisan Rara, membuatnya berjalan ke ruang tamu dan mendapati Rara menangis duduk meringkuk di kursi.
Bu Rt mencoba menenangkan Rara, mengelus rambutnya pelan, dan menyuruh Rara membersihkan dirinya dan kembali kerumah sakit di antar pak Rt.
Rara menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya, setelah selesai pak Rt mengantarkan Rara kerumah sakit menggunakan motor maticnya.
Sampai dirumah sakit Rara berlari menuju kamar perawatan mbok Darmi, Pelan Rara masuk ke kamar si Mboknya, perasaan cemas dan bersalah seolah memutar di kepalanya, bagaimana dia pingsan saat si mboknya benar-benar sangat membutuhkannya.
Rara menatap seisi ruangan dikamar itu, hanya ada 5 pasien, Tubuh Rara langsung lemas dan gemetar, si mboknya tidak ada diruangan itu, Rara berlari keluar menemui dokter yang merawat si mboknya.
Setelah mengetuk pintu dan sang Dokter menyuruhnya masuk, Rara bergegas masuk, Rara mulai menangis dan minta Maaf ke dokter karena tidak bisa mendapatkan uang untuk biaya perawatan si mboknya, dan dia menanyakan dimana si mboknya, apakah sedang masuk ke UGD lagi.
Dokter itu tersenyum dan menenangkan Rara, bu Darmi sudah di pindahkan ke ruang perawatan VVIP di rumah sakit ini, Rara kaget dan mulai menangis kembali.
"Dok...buat bayar perawatan aja saya gak ada uang, gimana dengan bayar sewa kamarnya dok?" tanya Rara sambil menangis.
Dokter tersenyum dan berkata.
"Seluruh biaya perawatan bu Darmi sudah dilunasi, katanya calon suami kamu Ra"
"Hahh calon suami dok?"
Akhirnya Rara teringat temennya tuannya bi Asih yang akan menikahinya.
"Sekarang kamar si mbok saya dimana dok?"
"Kamu naik lantai 3 kamar nomer 21" jawab dokter.
Rara segera mencari tangga untuk naik ke lantai 3, biarpun ada lift Rara masih takut menggunakannya, dia lebih memilih menaiki tangga biasa. Sampe di kamar no 21 dengan ragu-ragu Rara membuka kamar itu, pandangan Rara tertuju pada ranjang yang ada ditengah ruangan.
"Mbookkk...."
Rara berlari menghampiri si mboknya, Rara menangis memeluk si mboknya yang tidur di ranjang.
"Maafin Rara mbokk"
"Koe neng endi ae nduk? ( kamu kemana saja Nak? )" tanya mbok Darmi.
"Rara nginep nek omahe pak Rt mbok, udan deres Rara gak wani bali neng rumah sakit ( Rara nginep di rumah pak Rt mbok, hujan deras Rara gak berani kembali ke rumah sakit )" bohong Rara.
Mbok Darmi akhirnya bertanya kepada Rara tentang rencana pernikahannya dengan pria yang membayar perawatannya di rumah sakit, mbok Darmi merasa sangat bersalah karena dia Rara menikahi teman bosnya Asih.
Rara mencoba memberi pengertian kepada si mboknya bahwa dia iklhas menikah dengan tuan Mike, perlahan mbok Darmi mulai memahami penjelasan Rara, mbok Darmi hanya bisa berdoa semoga ini yang terbaik buat Rara, dan pria itu bisa mencintai dan menyayangi Rara.
"Tuan Mike nek endi mbok? ( tuan Mike kemana mbok?"
"Metu nduk jarene golek sarapan, si mbok binggung omongane aneh, si mbok ora mudeng ( keluar nak,katanya cari sarapan, si mbok binggung ngga ngerti , cara ngomongnya aneh )" jawab mbok Darmi
Rara kembali menatap ruangan kamar yang di tempati si mboknya, ruangan itu ada dua ranjang dan ada sofa ruang tamu lengkap dengan televisi dan kulkas.
"Iki mbayare piro, kok apik tenan kamare ( ini bayarnya berapa kok bagus sekali kamarnya)" gumam Rara.
Tak lama suara pintu kamar terbuka, Rara melihat ke arah pintu dan terkejut menatap pria yang masuk membawa dua kantong plastik dan menuju ke sofa. Rara berdiri dan menghampiri pria itu.
"Ngapunten...njenengan sinten nggeh? ( maaf kamu siapa?)" tanya Rara.
Mike terdiam dan mengernyitkan dahinya mendengar perkataan Rara.
"Haduhhh....kenapa semua orang disini pakai bahasa planet, tadi bu Darmi sekarang ini Rara juga begitu" gumam Mike dalam hati.
"Bisa bahasa Indonesia?" tanya Mike.
"Oohh iyoo bisa, mas ini anaknya calon suami Rara ya?" tanya Rara.
"Anak calon suami" Mike kembali di buat heran dengan perkataan Rara.
"Maksudmu?" tanya Mike lagi.
"Bukankah mas anaknya Tuan Mike calon suami Rara" ucap Rara
"Hahh...apaaa???"
Mike benggong kemudian menggelengkan kepalanya, apakah yang dia maksud Mike itu orangnya sudah tua dan mencari istri muda.
Rara juga terdiam sambil kembali menatap pria tampan di depannya itu dengan tatapan kebinggungan.
"Hhmmm...apakah bi Asih bilang kalau Mike itu sudah tua" tanya Mike kemudian.
"Ngga sih Rara hanya menebak karena bi Asih bilang teman tuannya bi Asih, pasti sudah tua kan?" jawab Rara polos.
"Hahahhahaaa...."
Mike tertawa mendengar perkataan konyol Rara, kenapa masih ada gadis sepolos Rara, tapi setelah dilihat lagi gadis itu memang manis.
"Apa ada yang salah mas?"
"Iyaa salah"
"Maaf salah Rara apa ya?"
"Salah mengenali orang" jawab Mike sambil tersenyum.
"Jadi mas bukan anaknya tuan Mike, trus mas siapa, ada perlu apa kesini?"
Lagi-lagi Mike dibuat tertawa dengan tingkah konyol Rara.
"Dengar ya Rara manis, aku bukan anaknya Mike, tapi aku adalah Mike"
Agak lama Rara mencerna omongan Mike tak lama kemudian dia tersenyum.
"Ohh jadi mas itu tuan Mike??"
"Itu baru benar" jawab Mike.
Rara tersenyum dan minta maaf sekaligus berterima kasih kepada Mike karena sudah membantu si mboknya. Kemudian Mike memberikan tas belanja kecil yang berisi kotak di dalamnya, pelan- pelan Rara membuka kotak itu dan terkejut melihat isinya.
"Ini apa tuan?"
"Itu handphone buat kamu biar gak susah dihubungi" tandas Mike.
"Tapi ini terlalu bagus, apa ada yang biasa saja seperti punya pak Rt? aku binggung pake yang begini tuan" ucap Rara sambil memperhatikan Handphone di tangannya itu.
Mike kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mendapati calon istrinya yang begitu polos dan lugu.
"Ini handphone keluaran terbaru Rara, nanti aku akan mengajarimu cara memakainya, oke?" jelas Mike.
Rara mengangguk pelan dan kembali meletakkan handphone itu ke kotaknya lagi, dia tidak menyangka bahwa calon suaminya itu masih muda dan tampan, bukan seperti bayangannya pria tua yang sudah mempunyai anak.
"Ini sarapan dulu" ucap Mike sambil menyerahkan makanan yang dia bawa.
Rara menerimanya dan mulai membukanya.
"Tapi si mbok apakah boleh makan makanan ini?" tanya Rara.
"Itu buat kamu, bu Darmi masih belum boleh makan selain makanan dari rumah sakit, lagian susah cari makanan enak disini, kebanyakan Guduk" jelas Mike.
"Guduk apa tuan"
"Itu makanan yang warnanya coklat rasanya agak manis"
"Ohhh maksud tuan Gudeg" tanya Rara heran.
"Ya, seperti itulah, kemaren aku makan itu" jawab Mike.
Rara tersenyum mendengar perkataan Mike, selain tampan,kaya, ternyata calon suaminya itu juga lucu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Sri Faujia
good lucu si rara lugu n polos
2021-11-28
1
Tiffa Yulan
top dech...
2021-11-02
0
Dilah Mutezz
kisahnya mike lebih lucu drii devan hahahahah
2021-09-26
0