Happy Reading
Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komentar kalian, reders tersayang ❤️
⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳
"Tuan Jee, maaf membuatmu menunggu," suara Aleena terdengar renyah di telinga Jeevan.
"Menarik ...." gumam Jeevan ketika melihat Aleena telah berdiri di dekatnya. Sejenak, panadangan Jeevan terpesona oleh penampilan Aleena.
"Apa, Tuan?" tanya Aleena yang tidak jelas dengan ucapan Jeevan.
"Lumayan tidak menyakiti mata," kilah Jeevan.
"Maksud Tuan?"
"Sosok burukmu sedikit tertutupi dengan baju dan make-up, menyelamatkan mata yang melihat dari rasa sakit," ledek Jeevan.
"Apakah saya seburuk itu?" Aleena meraba wajahnya.
"Tentu saja, nona kumal dan dekil."
Jeevan sudah mulai berjalan. Senyum tipisnya mengembang tanpa sepengetahuan Aleena.
"Aku sudah membersihkan diri, Tuan Jee. Mana ada aku masih kumal dan dekil?" protes Aleena sambil mengejar langkah Jeevan.
"Tetap saja bagiku terlihat kumal. Cepat masuk!" Jeevan menyuruh Aleena masuk ke mobil.
Aleena membuka pintu belakang mobil, hendak masuk.
"Kau pikir aku sopirmu!" bentak Jeevan.
"Maaf, Tuan Jee ..." Aleena menutup kembali pintu mobilnya.
"Duduk di depan!"
"Baik, Tuan," jawab Aleena patuh dengan wajah tertunduk.
Jeevan mulai memacu mobilnya. Sudah tentu tujuannya kali ini adalah toko jam miliknya.
"Kemana kita akan pergi, Tuan Jee?"
"Suatu tempat yang akan membuatmu berhenti jadi pemalas," ucap Jeevan datar. Pandangannya lurus ke depan, memperhatikan jalanan. Tak sedikitpun dia melihat Aleena.
"Kemana? Apa Tuan Jee akan mengajariku cara mencuri?" Aleena semakin bersemangat.
"Dasar Kumal bodoh! Kau belum pantas untuk itu. Satu hal lagi, jaga mulutmu dengan baik dan jangan singgung tentang pencurian atau Mr. A di luar rumah!"
"Baiklah, Tuan Jee ... aku mengerti. Tapi bisakah Anda memberitahuku kemana kita akan pergi?"
"Berisik!"
Jawaban yang keluar dari mulut Jeevan tidak memberi Aleena petunjuk apapun. Sesuatu yang justru membuatnya terdiam, tidak berani berkata-kata lagi. Aleena tahu, Jeevan mulai kesal karena dia terus bertanya dari tadi.
Eh, jalanan ini ... bukankah ini tempat yang kemarin malam? ujar Aleena dalam hati. Dia mengenali tempat tujuan Jeevan begitu memasuki area parkir My Time, toko jam milik Jeevan.
Mau apa ke sini? Apa dia berkerja di sini? Atau tempat ini adalah miliknya? Aleena hanya berani mengumandangkan pertanyaan dalam hati.
"Turun!" perintah Jeevan singkat.
Aleena mengikuti perintah Jeevan tanpa menyahut dengan suara. Begitu masuk ke dalam toko, kedatangan mereka disambut oleh seorang laki-laki dengan senyum terpampang lebar.
"Selamat pagi Mr. Jee ..." sapa Ryan pada tuannya.
"Pagi."
"Eh, Tuan Jee ... nona ini ...." Ryan heran karena Jeevan datang bersama seorang wanita.
"Si Kumal ini mulai sekarang akan membantumu melayani pelanggan. Kau bisa memberitahunya apa saja yang bisa dia lakukan."
Eh, jadi dia membawaku untuk bekerja di sini? batin Aleena.
"Wao, itu berita bagus Tuan Jee." Ryan tampak gembira.
"Berikan sarapan itu pada Ryan," perintah Jeevan yang tertuju pada Aleena.
"Baik, Tuan."
Jeevan sempat melirik Aleena sebentar. Kemudian dia beranjak menuju ruangannya, hendak memeriksa laporan yang pasti sudah dibuat Ryn kemarin.
"Selamat datang, Nona ...." Ryan menggantung ucapannya, dia lupa belum mengetahui nama gadis cantik di depannya.
"Aleena. Namaku Aleena," ucap Aleena sambil tersenyum dan mengulurkan tangan.
"Ryan."
Begitu mereka berkenalan dan berjabat tangan. Tanpa sadar, Ryan tak juga melepas tangan Aleena. Ryan juga terpesona dengan kecantikan Aleena hingga matanya enggan berkedip.
"Sudah lama bekerja di sini?" tanya Aleena sambil menarik tangannya, mengembalikan kesadaran Ryan.
"Iya ... aku sudah lama ikut Tuan Jeevan."
"Oh ... ini sarapanmu." Aleena memberikan bekal yang dia bawa untuk Ryan.
"Terima kasih. Seharusnya kau tidak perlu repot-repot, Nona."
"Panggil aku Aleena, tidak perlu pakai nona. Sekarang kita rekan kerja, bukan?" Aleena kembali tersenyum.
"Tentu saja. Jadi mengapa kau membawakan bekal untukku?"
"Tuan Jee yang menyuruhku. Sebelum tadi aku memasak terlalu banyak, lalu Tuan Jee marah padaku, jadi dia menyuruhku membawakan makanan untukmu," ucap Aleena pelan, setengah berbisik. Dia tersipu malu waktu bercerita.
"Eh, apa kau tinggal di rumah Tuan Jee?" Ryan terkejut.
"Iya, aku tinggal di rumah Tuan Jee."
Apa hubunganmu dengan Tuan? Apa kalian sepasang kekasih?" Ryan menggebu ingin memastikan. Dia tidak percaya, Tuannya yang dingin pada wanita tiba-tiba mengizinkan seorang gadis tinggal di rumahnya.
"Tidak ... bukan seperti itu." Aleena mengibas-ngibaskan tangannya, menyangkal perkiraan Ryan.
"Aku tunawisma dan butuh pekerjaan. Jadi aku berkerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Tuan Jee. Lalu karena aku butuh uang lebih, Tuan Jee membawaku ke sini juga untuk bekerja di siang hari," papar Aleena dengan menambahkan beberapa kebohongan.
"Oh, baguslah kalau begitu," ucap Ryan lirih.
Dalam hati, Ryan merasa lega dan senang mendengar pengakuan Aleena. Sesuatu yang baru Ryan pastikan, Aleena bukanlah kekasih Jeevan.
"Maaf, tadi kau bicara apa?"
Ryan memasukkan makanan ke mulutnya. Sambil mengunyah dia berkata, "Tuan Jee seorang yang dingin, jika marah sangat menakutkan. Tapi dia sebenarnya sangat baik hari."
"Iya, aku rasa dia memang sangat baik, meski sedikit ketus."
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Jeevan yang sudah berdiri di antara Ryan dan Aleena.
"Masakan Aleena sangat enak, Tuan Jee. Jika dia bisa membawakan bekal tiap hari, aku tidak perlu repot dengan sarapanku lagi. Hahahaha ..." Ryan tertawa sambil memandang Aleena dan memberi isyarat dengan kedipan mata.
"Itu ... aku bisa membuatkannya untukmu setiap hari," ucap Aleena sambil tersenyum.
Jeevan menatap Aleena tajam. Ada aroma ketidaksukaan yang terselip dalam mata Jeevan. Membuat Aleena merinding dan takut.
"Gadis dekil, bersihkan semua kaca dan sapu lantai. Setengah jam lagi toko buka! Ryan, usai sarapan, pergi ke gudang. Bantu aku memilah dan mengambil beberapa barang."
"Baik, Tuan Jee," sahut Ryan, sementara Aleena hanya mengangguk.
Tanpa membuang waktu, Aleena segera mengerjakan tugasnya. Hanya bersih-bersih, itu sudah terlalu biasa bagi Aleena. Ryan sendiri bergegas menuju gudang begitu menghabiskan sarapannya.
"Tuan Jee, mana yang harus kupilah?" tanya Ryan begitu sampai di gudang.
"Kemas saja barang-barang di sebelah sana. Lalu suruh kurir mengirim ke alamat pemesan. Barang yang sudah kuberi label hijau, dahulukan. Itu harus sampai pada pemesan hari ini juga."
"Baik, Tuan Jee. Aku mengerti."
Jeevan dan Ryan larut dengan pekerjaan mereka. Mereka cukup beruntung pagi ini karena ada Aleena yang membersihkan toko. Biasanya, Ryan akan kerepotan karena harus bersih-bersih dan membantu Jeevan mengemas atau mengecek pesanan arloji yang akan dikirim.
"Tuan Jee, apa Aleena punya hubungan yang spesial dengan Anda?" tanya Ryan disela pekerjaannya. Dia masih ingin memastikan lagi hubungan Aleena dan Jeevan.
"Dia pelayan di rumahku."
"Benarkah hanya itu saja? Tidak ada yang lebih?"
"Apa maksudmu?" Jeevan balik bertanya.
"Dia seperti bidadari. Jika Tuan tak memiliki hubungan dengannya, maka aku akan mulai mengejarnya," Ryan mengakui dengan jujur ketertarikannya pada Aleena.
"Coba saja jika kau memiliki kemampuan."
"Tuan Jee, wajahku tidak terlalu buruk. Aku juga seorang pemuda yang baik. Asal saingannya bukan Anda, aku pasti bisa menaklukkan hati Aleena ...."
"Cih ... kau terlalu percaya diri. Sepertinya dia lebih memilih menjadi budakku dari pada pacarmu."
"Apa maksud Tuan? Apa artinya Tuan menyukai dia? Atau dia yang menyukai Tuan? Atau kalian saling menyukai?" cerocos Ryan yang membuat Jeevan kesal.
"Aku tidak akan menyukai gadis dekil seperti dia!"
"Jadi, artinya aku bisa mengejar dia?" Ryan bersemangat.
"Apa kau memiliki nyali untuk berebut denganku?" pandangan Jeevan mulai nyalang.
"Tuan Jee, tadi Tuan sendiri yang berkata bahwa tuan tidak menyukainya. Artinya, aku tidak sedang berebut dengan, Tuan bukan?"
"Jika aku tidak menyukainya, bukan berarti aku akan melepasnya!" ucap Jeevan yang terdengar ambigu di telinga Ryan.
"Jadi, bagaimana sebenarnya hubungan Tuan dan Aleena?"
"Jika kau masih banyak bertanya, aku akan menggantimu dengan orang lain!"
"Tidak, Tuan ... aku paling setia padamu. Tuan Jee tidak akan seceroboh itu untuk memecatku," Ryan mulai menjilat.
"Segera bawa barang-barang itu ke depan dan hubungi kurir untuk mengantarnya."
"Baik, Tuan Jee. Akan segera Ryan laksanakan!" sahut Ryan dengan senyum nyengir.
"Satu lagi, sesuatu yang berada dalam genggamanku, jangan coba mengambilnya. Atau aku akan melakukan sesuatu yang dalam pikiranmu pun tak pernah terlintas, dan itu pasti bukan sesuatu yang baik."
Kata-kata Jeevan membuat Ryan semakin bingung. Dia tidak mengerti apa yang dimaksud Jeevan. Hanya saja, Ryan merasa untuk sesaat tadi, Jeevan berubah menjadi sosok menakutkan yang belum pernah dia lihat. Dalam pikiran, Ryan mengingatkan dirinya sediri. Entah siapa Aleena sebenarnya, tapi lebih baik tidak mengusik gadis yang tiba-tiba muncul bersama Tuannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Lovely
"Kita mau kemana Tuan?" tanya Aleena.
"Brisik!!!" oh me got..😱😱😱 seksi sekali suaranya..Aak Jee emak padamu😘
2020-11-17
1
Yennia Sa
bagus tor ceritanya walaupun ak agak lambat bacanya, semangat terus ya torrr💪💪💪
jangan lupa ya tor mampir kecerita ak juga.😄😄😊
2020-10-29
1
Berdo'a saja
punyaku ya punyaku jangan berani mengusik itulah kira"
2020-10-28
1