~Happy Reading~
⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳
"Tuan Jee ..." ucap Aleena yang terperangah.
"Ingatanmu cukup baik, gadis kecil," seringai Jeevan.
"Bagaimana mungkin itu Anda? Maksudku, Mr. A dan dan Anda adalah orang yang sama?" Aleena menepuk-nepuk pipinya. Masih tak percaya dengan kenyataan yang dia temui.
"Jika kamu ingin menampar pipimu untuk bangun dari mimpi, mungkin aku bisa membantumu dengan sebuah tamparan lembut," sindir Jeevan.
"Tidak ... tidak, Tuan. Anda tidak perlu repot-repot. Aku yakin ini adalah kenyataan. Aku pasti tidak sedang bermimpi ..." ucapku sambil berpura tertawa kecil.
"Ingatlah untuk menutup mulutmu rapat-rapat tentang Mr. A. Di sini, namaku Jeevan. Atau, kau bisa memanggilku Mr. Jee seperti yang lainnya! Apa kau mengerti, pencuri kecil?"
"Tentu, tentu saja aku mengerti Mr. Jee. Tidak perlu khawatir tentang hal itu .... Lalu, apa ini artinya bahwa Tuan menerima saya?" tanya Aleena penuh semangat.
"Itu tergantung penampilanmu selama masa percobaan." Jeevan memegang dagu Aleena dan menatap gadis itu lekat.
Mata gadis ini menarik. Ujar Jeevan dalam hati.
"Masa percobaan?"
"Apa kau berpikir aku sudah percaya padamu? Jangan terlalu naif. Kau tidak akan bisa memperoleh kepercayaan semudah itu. Catat juga dalam otakmu! Jika kau berani macam-macam, berulah atau bahkan berkhianat, aku pastikan dirimu akan menemui kematian paling mengerikan. Aku sendiri yang akan memotong-motong tubuhmu, mencincangnya, lalu memberikannya pada anjing-anjing yang tengah kelaparan. Daging dan tulangmu, pasti akan terasa manis di mulut mereka," ancam Jeevan dengan senyum menyeringai. Membuat Aleena merinding ketakutan.
"Aku menyerahkan diriku dengan sukarela untuk menjadi tawananmu, Tuan Jee. Selamanya aku akan patuh dan setia. Itu sumpah janjiku," ucap Aleena dengan yakin.
"Cih .... Aku tidak percaya dengan kata-kata. Aku hanya percaya pada bukti dan tindakan." Jeevan melepaskan dagu Aleena kemudian berbalik, menuju sebuah sudut dinding.
"Aku pasti akan membuktikan janjiku, Mr. Jee. Aku akan selalu patuh."
"Kita lihat saja nanti." Jeevan menekan bagian tertentu dari dinding yang ada di depannya. Seperti membentuk sebuah pola. Lebih tepatnya sebuah kode rahasia.
Tiba-tiba, bagian dari dinding itu terbalik. Sebuah pintu terbuka. Aleena lagi-lagi hanya bisa memandangnya dengan takjub. Mulutnya menganga dan matanya berbinar.
"Ikuti aku! Akan ku tunjukkan kamarmu," ujar Jeevan.
"Iya, baik Tuan." Aleena merasa gembira.
Bisa tinggal lagi di dalam sebuah rumah. Memiliki kamar. Punya teman untuk bicara. Ini tentunya sesuatu yang telah jauh dari pikiran Aleena. Dia tidak menyangka, bisa merasakan semua itu lagi. Kehidupan jalanan yang keras, yang dia jalani, telah membuatnya lupa bagaimana rasa memiliki rumah dan kamar.
Dibalik tembok yang memiliki pintu rahasia tadi, ternyata adalah sebuah ruang perpustakaan. Aleena terpana saat melihat begitu banyak buku yang tersusun rapi di dalam rak.
"Tuan, apa aku nantinya juga boleh membaca buku-buku yang ada di sini?" tanya Aleena.
"Apa kau ingin menjadi kutu buku, atau pencuri profesional?" Jeevan balik bertanya.
"Apa aku bisa menjadi keduanya?" sahut Aleena dengan pertanyaan pula
"Cih ...." kata yang keluar dari mulut Jeevan.
Apa maksudnya? Apa itu artinya boleh? Atau tidak? Aleena sibuk menerjemahkan arti dari jawaban Jeevan.
"Kau bisa tidur di sini," ucap Jeevan setelah sampai di depan sebuah pintu kamar. "Jika kau ingin membersikan dirimu yang kotor itu dan berganti pakaian, kau bisa mengambil baju dari almari tengah. Tapi isinya adalah pakaian laki-laki. Tidak ada baju wanita di sini," lanjut Jeevan dengan ledekan dan pemberitahuan.
"Terima kasih Tuan Jee. Tidak masalah bagiku. Aku bisa memakai apapun." Aleena tersenyum. Dirinya benar-benar bahagia.
"Benarkah bisa memakai apapun? Kalau begitu, besok akan kusediakan bikini untuk kau pakai!" Jeevan langsung melangkah pergi usai berucap. Dia tidak memperdulikan Aleena yang terbengong tanpa bisa menyahut apa-apa.
Apa Tuan Jee seorang yang mesum? tanya batin Aleena.
"Ah, tidak mungkin dia akan membawakanku bikini. Tuan Jee pasti hanya sedang bercanda," celoteh Aleena pada diri sendiri. Dia lalu membuka pintu kamar.
Aleena benar-benar kegirangan melihat ranjang dengan kasur yang empuk. Dia segera berlari dan menjatuhkan diri di atas kasur. Dipeluknya pula bantal dan guling yang ada di atasnya. Sungguh terasa hangat bagi Aleena.
"Ini seperti mimpi .... Aku bisa kembali tidur di dalam sebuah kamar."
Aleena teringat bagaimana kehidupannya sebagai gelandangan selama ini. Dia hanya bisa tidur di emperan toko atau gang buntu bersama beberapa orang gelandangan lainnya. Tak ada kasur dan bantal, apalagi selimut. Tumpukan sampah layaknya kasur atau bantal bagi para gelandangan. Sementara itu, udara dingin adalah selimut yang setia mereka gunakan setiap malam.
Tanpa terasa, ada tetesan embun yang merembes dari mata Aleena. Dia menyekanya lalu tersenyum kecil. Dalam hati dia bersyukur bisa bertemu dengan Jeevan. Entah apa yang akan terjadi, hatinya telah bertekad untuk terus mengikuti Jeevan kemanapun dia pergi. Bagi Aleena, sosok Jeevan telah berubah menjadi seorang penyelamat bagi hidupnya.
Aleena bangkit dari tempat tidurnya. Dia melihat jam yang tergantung di dinding. Pukul tiga dini hari. Namun mata Aleena seakan tak juga merasakan kantuk. Dipandangnya baju yang dia kenakan. Ada noda darah. Tentu darah punya Jeevan yang tadi mengenai bajunya.
Aleena hendak melangkah menuju almari pakaian yang tadi disebutkan Jeevan. Namun langkahnya terhenti di depan cermin. Dia meraba wajahnya dengan pandangan fokus pada pantulan bayangannya sendiri. Betapa wajah gadis dalam cermin itu sungguh memprihatinkan. Kotor dan lusuh.
Aleena lalu menjangkau kembali tujuannya. Membuka almari pakaian. Isinya memang pakaian laki-laki semua. Tentu saja, Jeevan hanya tinggal sendirian di rumahnya. Mana mungkin ada pakaian wanita. Aleena kemudian mengambil sebuah kemeja dan membawanya ke kamar mandi. Dia ingin memberikan dirinya.
Aleena tak merasakan dinginnya air yang mengguyur tubuhnya. Baginya itu adalah aliran kesejukan. Sebagai gelandangan yang hidup di jalanan, mandi adalah hal yang jarang bisa dia lakukan. Sekarang dia bisa melakukannya dengan leluasa sesuka hati. Tentu itu membuatnya senang, tak perduli lagi dengan dinginnya air dini hari. Dia bahkan tak berpikir untuk menggunakan air hangat. Dalam benaknya, hanya ingin mandi. Membersihkan dirinya sebersih mungkin.
Setelah cukup lama berada di kamar mandi dan merasa bahwa dirinya telah bersih, Aleena mengenakan kemeja yang tadi dia ambil dari dalam almari. Aleena kemudian berdiri lagi di depan cermin. Kini dia tersenyum melihat bayangan yang berada di dalam cermin. Seorang gadis manis dengan wajah putih berseri berada di dalam cermin.
"Itu diriku," gumam Aleena.
Aleena benar-benar merasa bahagia malam ini. Dilemparkannya tubuh mungil miliknya ke atas kasur. Dia kemudian menarik selimut tebal. Menutup tubuhnya hingga sebatas leher. Kantuk dan lelah langsung menyergapnya. Membuat matanya terpejam dan dibuai mimpi yang indah dalam sekejap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Lovely
Emak Sukak...😍
2020-11-15
0
yuni utami
sedikit kebahagiaan utk aleena...bisa kembali ke rumah.
2020-11-10
1
ZasNov
Hai thor, aku mampir nih.. 😄
Bawa 10 like, Rate bintang 5 & klik favorit juga.
Bacanya nyicil ya.
Semoga sehat dan sukses sllu ya..
Lancar & semangat trs menulisnya.. 💙💙💙
2020-10-31
0