~Happy Reading~
⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳
Aleena celingukan di rumah Jeevan. Mencari-cari di mana ruang makan berada. Setelah beberapa saat, akhirnya dia bisa menemukan tempat itu. Mendapati Jeevan yang sudah duduk manis di meja makan.
"Kenapa lama sekali?" tanya Jeevan berpura-pura ketus.
"Maaf Tuan Jee, aku ... emmm ... baju-baju yang Anda berikan semua bagus-bagus. Aku ... aku mencobanya satu persatu," Aleena mengakui dengan jujur sambil menarik kursi, lalu duduk.
Jeevan melihat Aleena sekilas pandang. Dalam hati dia memuji penampilan Aleena. Baju yang Aleena kenakan memang pas dan cocok sekali melekat ditubuhnya. Rambut Aleena yang dibiarkan tergerai membuat kecantikan alaminya lebih mengalir.
Wajah gadis ini jika dipoles sedikit dengan make-up, mungkin akan terlihat seperti bidadari. Gumam hati Jeevan tanpa sadar.
"Tuan Jee, apa Tuan yang memasak sendiri semua ini?"
Aleena bertanya karena dari tadi melihat rumah sepi, sepertinya tidak ada pembantu maupun orang lain di rumah itu. Sementara di meja makan, terhidang banyak makanan yang menggoda selera. Terlihat lezat dan menggiurkan di mata Aleena. Mungkin karena dia telah lama tidak makan dengan baik. Sebagai gelandangan, bisa makan roti dua kali sehari sudah sangat beruntung. Sepotong roti kecil yang entah bagaimana rasanya.
"Bukan," jawab Jeevan singkat dengan kebohongannya.
"Tapi sepertinya tidak ada orang lain di rumah ini?"
"Aku memesannya."
"Tapi ini tampak seperti masakan rumahan yang di olah ...."
"Jika kau tidak ingin makan, pergi dari sini!" potong Jeevan dengan kesal karena Aleena terus memberinya pertanyaan.
"Maaf ... Tuan Jee. Aku tidak akan bertanya lagi," Aleena berucap dengan kepala menunduk.
"Cepat makan!" perintah Jeevan.
"Baik, Tuan Jee ... terima kasih."
Jeevan tidak menyahut lagi. Dia sudah mulai mengunyah makanannya. Sementara Aleena mengambil nasi, lalu melihat lauk yang terhidang. Bingung memilih. Lebih tepat lagi Aleena ini memakan semuanya, tapi malu dengan Jeevan. Semua makanan yang ada di meja membuat Aleena mengeluarkan air liur dan ingin melahapnya.
"Ambil semua yang kamu ingin," ucap Jeevan seakan dapat membaca kenapa Aleena hanya terbengong dengan mulut menganga. Bukan karena tidak ingin makan, tetapi justru sebaliknya. Ingin memakan semua makanan yang ada.
"Terima kasih Mr. Jee ... jika begitu aku tidak akan sungkan lagi, hehhehe ..." ucap Aleena yang polos disertai tawa kecil. Dia kembali terlihat seperti anak kecil yang kegirangan di mata Jeevan.
Aleena mengambil beberapa lauk, daging dan sayur. Lalu melahapnya dengan cepat. Benar-benar seperti orang kelaparan. Dia sudah tidak peduli lagi dengan etika di meja makan yang dulu dia ketahui saat masih tinggal di rumahnya. Rasa malu Aleena pun telah menguap, tidak bisa menahan godaan aneka makanan yang dimasak Jeevan.
Aleena telah bersiap dengan piring keduanya. Menikmati makanan yang dia ambil, tak kalah lahap dengan yang tadi. Aleena, tidak sadar bahwa Jeevan yang duduk di depannya tengah memperhatikan tindakannya. Diam-diam Jeevan menyembunyikan senyumnya. Tingkah Aleena terlihat menggemaskan di mata Jeevan. Polos dan lucu.
"Tidak akan ada yang berebut makanan denganmu. Lebih baik kau makan dengan sedikit pelan," ucap Jeevan karena melihat Aleena terburu-buru. Sebenarnya, Jeevan lebih khawatir jika Aleena akan tersedak.
Aleena langsung berhenti menyuapi mulutnya sendiri. Dia nyegir, malu dengan kelakuannya. Ah, tapi dia benar-benar lapar. Sudah lama dia tidak merasakan "makan" seperti pagi ini. Bisa melahap apapun dengan bebas hingga puas.
"Maaf, Tuan Jee ..." hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Aleena setelah menelan makanan yang dia kunyah.
"Hahaha ... "Jeevan tak dapat menahan tawanya.
Aleena bingung. Tidak mengerti apa yang ditertawakan Jeevan. Apa ada sesuatu yang salah? Atau aneh? Aleena tidak tahu, hanya memandang Jeevan dengan kening berkerut.
"Taun Jee, apa yang lucu? Maaf, jika aku tidak sopan. Tidak seharusnya aku makan dengan rakus," Aleena tertunduk dengan wajah memerah.
"Bersihkan sisa makanan yang belepotan di dekat mulutmu!" kata Jeevan sambil melanjutkan menikmati makanannya. Dia terlihat tidak memperhatikan Aleena lagi.
Aleena meraba pipi dan sekitar mulutnya. Ada nasi yang menempel, juga bercak-bercak saus. Belepotan. Kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan Aleena. Membuat Aleena semakin malu dan bergegas meraih tisu. Membersihkan wajahnya.
Dasar anak kecil. Makan saja tidak bisa benar. Komentar Jeevan dalam hati.
Tapi ... seperti tadi juga tidak buruk. Polos, imut, menggemaskan. Kata hati Jeevan lagi. Kali ini disertai senyum di sudut bibir, tapi senyum itu tersamarkan karena Jeevan sedikit menunduk sembari mengunyah makanan.
"Bereskan semua ini setelah selesai makan, termasuk cuci semua piring yang kotor! Tidak ada yang geratis. Kau harus bekerja untuk menghidupi dirimu sendiri. Makanan dan pakaianmu tadi, semua dihitung sebagai hutang," ucap Jeevan dengan wajah serius. Dalam hati, Jeevan tertawa terbahak.
"Eh ... Tuan Jee, biasanya Anda sangat dermawan. Kenapa Anda menghitungnya sebagai hutang? Lagi pula, aku kan tidak minta dibelikan pakaian ..." rayu Aleena. Dia sedikit cemas kerena mengenali merk dagang dari baju yang diberikan Jeevan. Itu terlalu mahal. Tiga bulan gajinya dulu waktu bekerja, tidak cukup untuk membeli sepotong baju yang dia pakai.
"Bukankah aku sudah berjanji pada Anda semalam, aku akan bekerja apapun pada Anda. Tidak perlu digaji, asal aku bisa mendapat tempat tinggal dan bisa makan, itu sudah cukup," Aleena mencoba mengingatkan.
"Apa semalam aku menerimamu untuk bekerja padaku? Sepertinya tidak. Lagi pula, tidak mau baju itu juga tidak apa-apa. Kenapa dipakai? Harusnya kau telanjang saja," sewot Jeevan.
"Kau ..." Aleena meninggikan suara, wajahnya kembali memerah saat teringat drama bangun tidur yang memalukan.
"Kau berani membentakku?" Mata Jeevan sudah memicing, tidak suka dengan sikap Aleena.
"Tidak, Tuan. Bukan begitu. Maafkan saya. Maksud saya, Anda sudah mengizinkan saya tinggal di sini sejak semalam. Artinya Anda menerima saya. Jadi, tolong jangan menghitungnya sebagai hutang. Aku berjanji akan setia mengabdi padamu seumur hidup .... Saya tahu Anda sangat murah hati dan dermawan. Menolong seekor semut seperti saja, tentu hal yang mudah bagi Anda." Aleena mengiba. Kali ini Aleena berbicara dengan serius dan formal.
"Cih, ternyata kau sangat pandai menjilat dengan kata-kata manis," cibir Jeevan. "Bereskan meja makan dan cuci semua peralatan yang kotor. Bersihkan rumah juga. Aku sudah memberhentikan orang yang biasa bersih-bersih. Menyapu, mengepel, mencuci, memasak, dan semua pekerjaan rumah taggan lainnya, mulai sekarang kau semua yang kerjakan!" perintah Jeevan sambil bangkit dari duduknya, meninggal tempat makan. Dalam hati, dia tersenyum bangga penuh kemenangan.
"Baik, Mr. Jee .... Anda tidak perlu khawatir. Akan aku bereskan semuanya," ucap Aleena bahagia.
Hanya pekerjaan rumah tangga biasa. Itu hal mudah bagi Aleena. Dulu, dia selalu mengerjakan semua itu saat tinggal bersama paman dan bibinya. Ya, begitulah kehidupan Aleena di masa silam. Seorang nona muda yang menjadi pelayan di rumahnya sendiri. Bahkan, harus bekerja keras serabutan untuk bisa bertahan hidup.
Tidak membuang waktu, dengan cekatan Aleena membawa piring-piring kotor ke dapur. Sebuah kejutan menantinya. Ternyata sudah menumpuk banyak panci dan peralatan masak lainnya berada di bak cuci piring. Aleena kini menemukan dari mana semua makan lezat yang telah masuk ke perutnya berasal. Jika tidak ada orang lain di rumah itu, artinya benar, Jeevanlah yang memasak sendiri semuanya. Begitu logika Aleena.
"Jadi, benar-benar Anda yang memasak sendiri, Mr. Jee ... Seharusnya Anda menjadi seorang koki profesional, bukan pencuri ...." celoteh Aleena lirih. Hanya dia sendiri yang mampu mendengar ucapannya.
...****************...
Hai, readers tercinta yang Yoemi sayangi. Terimakasih untuk kesetiananya membaca semua novel yang Yoemi tulis. Jangan lupa untuk selalu dukung Yoemi, ya ....
✓ like
✓ komentar
✓ favorit
✓ rate 5
✓ dan jangan sungkan untuk kasih vote juga ya .... 🤗🤗🤗
Oke, kakak-kakak ... see you di episode selanjutnya. Klik profil Yoemi untuk membaca cerita menarik lainnya. Terima kasih 🌸🌸🌸
Selama manis dari dunia kata Yoemi ... Miss you all ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
aku suka jee
2020-12-02
0
Lovely
Alena anak emak...kerjakan apa yang dia perintahkan..dan ambilkan satu diamond untuk emak e
2020-11-16
0
yuni utami
mangaattt aleena.
pekerjaan rumah itu gak akan ada habisnya koq..
lakukan dg hati yg lapang yak..
pasti semuanya akan berjalan dg baik.
belum lagi nanti ditambahi tugas jaga toko membantu ray.
pasti capekkkknya bingiiitttzzz
2020-11-10
1