Gadis Tawanan
Happy Reading
⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳⏳
Di dunia ini, tidak akan ada yang namanya keabadian. Kecuali jika kamu mampu menorehkan namamu dalam dalam tubuh waktu. Catatan waktu akan lebih panjang dari batang umur dan lebih abadi dari memori manusia yang mudah pikun termakan usia. Sekali waktu mengukir namamu, sepanjang sejarah hingga dunia berakhir, akan ada manusia yang akan menyebut dan mengingatmu. Tak peduli catatan apa yang kau tinggalkan, entah baik atau buruk, tak ada beda. Detak waktu akan terus membawanya hingga waktu tak dapat lagi bergulir di dunia ini.
"Jelajahi Waktu Terbaikmu dan Abadikan Kisahmu" adalah selogan yang terpampang di dinding sebuah toko arloji bernama "My Time". Lelaki bernama lengkap Jeevan Aleser adalah pemilik dari toko ini. Orang-orang hanya mengenalnya dengan nama Jeevan, bahkan dia lebih familiar dipanggil Tuan Jee.
Meski cukup ramah, sebenarnya Jeevan adalah laki-laki pendiam. Dia tak pernah banyak bicara bahkan kepada pelanggannya. Hanya saja, dengan wajah tampan dan kharismatik yang dia miliki, Jeevan menjadi magnet tersendiri untuk pelanggan-pelanggan di tokonya, utamanya dari kaum hawa.
Toko arloji milik Jeevan, meski tak begitu besar tapi selalu ramai pengunjung. Pelanggannya tak hanya dari kalangan masyarakat biasa, tetapi juga dari kaum elit dan petinggi negara. Maklum saja, toko yang ukurannya tak seberapa besar ini mampu menyediakan arloji merk apapun yang dipesan pelanggan. Tentunya, semua barang yang dijual di sini adalah barang asli. Kerena itu, toko ini memiliki banyak pelanggan setia. Kualitas barang di toko ini tidak diragukan lagi.
Dalam menjalankan bisnisnya, Jeevan dibantu seorang karyawan bernama Ryan. Pemuda ini telah lama bekerja pada Jeevan dan sekaligus menjadi orang kepercayaan Jeevan. Jeevan percaya sepenuhnya pada Ryan untuk mengurus tokonya jika ia sedang berada di luar kota atau di luar negeri. Ryan tahu, tuanya memang memiliki hobi jalan-jalan di samping berbisnis. Sudah biasa bagi Ryan jika Jeevan tidak pulang beberapa hari lamanya.
"Tuan Jee, penjualan kita dibulan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Merk baru yang Tuan katakan memiliki kualitas bagus itu kini menjadi incaran para pelanggan. Anda benar-benar jeli membaca keinginan konsumen," ucap Ryan.
"Itu bagus jika penjualan meningkat," jawab Jeevan datar.
"Akhir bulan ini apa Tuan Jee jadi pergi ke luar kota?" tanya Ryan memastikan agenda majikannya.
"Tentu saja ... dan kau harus menjaga toko ini baik-baik," Jeevan menepuk bahu Ryan.
"Baik, Tuan. Saya mengerti."
Tak berapa lama, beberapa pelanggan datang. Dua orang gadis yang masih berseragam sekolah. Selain itu juga ada seorang laki-laki paruh baya dengan seorang pengawalnya. Laki-laki ini tampaknya orang penting.
"Ada yang bisa kami bantu, Tuan, Nona? Silahkan jika ingin melihat-lihat dulu," ucap Ryan dengan sopan.
"Kami ingin dilayani laki-laki tampan yang di sana," ucap salah satu gadis sambil menunjuk Jeevan yang duduk dibelakang meja kasir.
"Tentu saja, Nona. Mari silahkan ... Kalian ingin arloji yang seperti apa?" tanya Jeevan. Dia sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
Sementara itu, Rryan sibuk dengan laki-laki paruh baya yang datang hampir bersamaan dengan kedua gadis tadi. Laki-laki itu sepertinya pelanggan tetap. Dia mencari model terbaru dari merk arloji yang biasa dia pakai. Tidak butuh waktu lama Ryan menunjukkan barang yang diinginkan. Setelah melihat sebentar dan yakin, laki-laki tadi membayar arlojinya. Transaksi selesai. Ini sangat berbeda dengan dua gadis tadi. Akan butuh waktu "berjam-jam" untuk mereka menentukan pilihan.
"Kakak tampan, menurutmu mana yang lebih cocok untukku, yang ini atau yang ini?" tanya gadis satu.
"Apa ini akan elegan jika aku yang memakai?" tanya gadis satunya.
"Nona-nona, itu adalah barang bagus. Ini akan cocok untukmu dan yang ini untukmu," ucap Jeevan sambil tersenyum.
"Kakak tampan, siapa namamu?" salah satu gadis itu mengalihkan pembicaraan.
"Kalian bisa memanggilku Jee," Jeevan masih bersikap ramah.
"Kak Jee, apa punya waktu? Bagaimana jika kita pergi makan?"
"Maaf, aku masih harus bekerja di sini," jawab Jeevan.
"Sayang sekali, padahal ...."
"Aku bantu pasangkan ini di tanganmu, ini sangat cocok untukmu," potong Jeevan.
"Benarkah? Kalau begitu aku akan membeli yang ini ..." ucap si gadis sambil memandangi arloji di tangannya.
"Bagaimana denganku, Kak Jee?" rengek gadis satunya dengan manja.
"Emmm.... aku rasa kau akan cantik dengan yang ini," Jeevan menyodorkan sebuah arloji kecil model klasik tetapi manis.
"Aku akan menyukai apapun yang Kak Jee pilihkan asal Kak Jee juga memasangkannya di tanganku," ucap gadis berambut sebahu dengan centil.
"Tentu, dengan senang hati," ucap Jeevan.
Begitulah Jeevan memperlakukan pelanggan wanita yang datang ke tokonya. Sejengkel apapun dan semalas apapun dia bicara, dia akan tetap berujar manis dan memberi senyum hingga tak ada satupun pelanggan yang pulang tanpa membeli barang.
"Baiklah nona-nona, itu arloji kalian. Silahkan melakukan pembayaran di kasir," kata Jeevan dengan wajah yang manis.
Kedua gadis tadi berjalan menuju kasir. Ryan menyambut mereka.
"Ingin pakai kartu atau cash, Nona?" tanya Ryan.
"Aku pakai kartu," kata gadis pertama.
"Aku juga," jawab gadis kedua.
"Baik, Nona. Mohon tunggu sebentar." Ryan menggesek kartu yang yang diberikan. "Tolong pin nya, Nona," sambung Ryan.
Gadis berambut sebahu itu masukkan pin yang diminta. Transaksi selesai. Ryan kemudian memproses transaksi gadis satunya. Tak sampai satu menit transaksi berhasil. Ryan meyerahkan nota pembelian, box, dan kartu garansi.
"Terima kasih telah berbelanja, Nona. Kami selalu menunggu kunjungan kalian lagi," kata-kata prosedural yang harus diucapkan setelah pelanggan selesai melakukan pembayaran.
"Oke," jawab kedua gadis itu hampir bersamaan.
"Akhirnya mereka pergi juga," gumam Jeevan.
"Tuan sangat hebat. Setiap pelanggan yang Tuan tangani tidak pernah lolos," puji Ryan.
"Bekerjalah dengan baik. Pelanggan kita datang lagi."
"Baik, Tuan. Akan saya layani." Ryan beranjak menghampiri pelanggan yang baru masuk.
Jeevan tahu siapa yang datang. Ryan bisa mengatasi langganannya yang satu ini. Jeevan tidak perlu turun tangan. Dia kemudian melihat ponselnya. Membuka internet. Mencari sebuah berita.
Berbagai laman di media online ramai memuat pemberitaan tentang acara lelang berlian akhir bulan nanti. Akan ada beberapa berlian yang dilelang. Adapun yang menarik perhatian Jeevan diantara semuanya adalah keberadaan Merah Delima. Sebuah berlian berwarna kemerahan yang langka.
"Kau sangat indah," ucap Jeevan lirih. Matanya memandangi foto-foto berlian Merah Delima yang bertebaran di dunia maya.
"Tuan, apa Anda membaca berita online tentang pameran berlian?" tanya Ryan.
"Kenapa?" Jeevan balik bertanya.
"Akhir-akhir ini banyak pencurian barang antik dan berlian. Pencurinya sepertinya adalah orang yang sama. Dari pemberitaan yang beredar, selalu ditemukan simbol seekor singa yang memakai kalung berlambang huruf A di setiap lokasi. Orang-orang menyebut pencurinya sebagai Mr. A. Apa menurut Tuan dia akan muncul untuk mencuri di pameran nanti?"
"Mana aku tahu. Itu bukan urusan kita. Jangan buang waktumu untuk mengurusi hal yang bukan urusanmu!" ucap Jeevan.
"Maaf, Tuan. Saya hanya penasaran. Mr. A sangat hebat. Tak pernah tertangkap dan identitasnya sangat misterius," kata Ryan penuh kekaguman.
"Orang yang cerdas dapat melakukan apapun. Terlebih dia pasti dapat memanfaat waktu dengan baik. Memiliki waktu yang tepat untuk bertindak ... dan tidak akan tertarik mengurusi perkara orang lain," tutur Jeevan.
"Maaf, Tuan Jee. Sepertinya saya terlalu banyak mulut hari ini, hahaha ..." kelakar Ryan tapi tak lagi mendapat tanggapan dari Jeevan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Reylova
hadir thor...
2020-12-19
0
gugun
mampir
2020-12-07
0
(Hiatus 1 month)-Wulan
halo kak yoemi aku mampir bawa boomlike+rate buat kakak
2020-12-03
1