Di sebuah ruangan bernuansa hitam abu-abu, beberapa orang dari jabatan yang berbeda menundukkan kepalanya karena di tatap oleh sang pemilik perusahaan.
Sebuah kejadian yang tidak diinginkan tiba-tiba terjadi. Seorang karyawan dari bagian pemasaran melakukan kecurangan, dan itu sangat tidak bisa ditolerir.
Satu persatu ditanya oleh Rio alias Satrio, sang pemilik perusahaan. Sedangkan asistennya, hanya bisa berdiri diam sambil menggeleng pelan.
“Ada aja masalah. Masa gak kapok sih?!” batinnya. Dirinya juga sudah lelah lembur, kini ada tambahan tugas untuknya.
“Saya tidak mau tau, semua laporannya harus sudah ada di tangan saya besok pagi! Lengkap dan detail! Saya tidak mentolerir kesalahan sekecil apapun itu!”
Setelah keluar dari ruangan yang menyesakkan dadanya, Rio berjalan cepat menuju ruangan pribadinya untuk menghubungi istrinya. Ia benar-benar membutuhkan hiburan dan Fitri lah hiburannya.
Ceklek!
Rio terperanjat melihat seorang wanita yang duduk manis di sofa ruangannya.
“Fitri!” Ujarnya senang. Rio masuk dengan berlari kemudian ia memeluk erat tubuh istrinya. Fitri hafal betul, kelakuan suaminya. Dari wajahnya, ia tau ada sesuatu yang tidak mengenakkan yang telah terjadi.
“Mas, duduk dulu ya. Dasinya dilepas dulu, biar bisa bernafas lega.” Fitri melayani suaminya dengan baik. Hatinya yang semula diselimuti oleh keraguan dan ketakutan, kini berganti dengan perasaan khawatir.
“Fitri, aku…”
“Mas capek, ya. Ini aku udah masak banyak spesial untuk kamu lho. Oh! Ini ada menu baru juga. Semoga kamu suka ya.”
Dengan cekatan, Fitri menghidangkan semua makanan itu. Ela menjauh dari mereka lalu pamit untuk duduk santai di kantin kantor.
“Kamu suapi aku, ya.” Fitri mengangguk sambil memperlihatkan senyuman manisnya.
“Ah! Kamu memang pandai membuat suami bahagia. Setelah makan-makan, kita pergi yuk!”
Fitri mengangguk setuju, ia lalu mulai menyuapi suaminya yang sedang mode manja. Sesekali Rio membuat candaan ringan. Ruangan itu kini dipenuhi oleh kehangatan dan kedamaian.
Fitri bersyukur, kali ini ia bisa mengendalikan rasa takutnya dan bisa menghibur suaminya yang kelelahan. Karena asik bercanda, makanan-makanan yang istrinya bawa sudah habis semua oleh Rio.
“Kamu bawa cemilan, gak?” Tanya Rio. Fitri menggeleng. Ia lalu mengajak istrinya keluar, ke toko kue milik teman kuliahnya dulu. Jaraknya tidak jauh dari kantornya.
“Dijamin enak dan kamu bakal ketagihan deh.”
“Waah! Aku penasaran dengan toko itu. Apakah disitu juga menjual cheesecake? Aku lagi kepengen kue itu.” Kata Fitri bersemangat.
“Aku gak tau, sayang. Kita lihat-lihat dulu ya. Semoga saja ada.”
Mereka mengobrol santai dan tertawa, melepas semua hal negatif yang bersarang di pikiran masing-masing.
“Makasih ya, mas. Kamu selalu tau apa yang aku butuhkan.” Kata Fitri.
“Aku yang harusnya berterimakasih. Hadirnya kamu, membuat hidupku semakin bewarna.”
~~```````````~~~
Seseorang berjaket Hoodie abu-abu dengan topi hitam, duduk di sebuah rumah makan sederhana menunggu temannya.
“Haaa….” Helaan nafasnya terdengar berat. Tangannya sedikit gemetar memegang selembar foto seorang perempuan cantik.
“Hey!”
Temannya datang tiba-tiba dan itu mengagetkannya.
“Fadil! Bikin kaget aja.” Protesnya sambil mengelap keringat yang bercucuran di wajahnya.
“Gak usah tegang gitu, Di. Gak asik lu.”
Temannya itu lalu mengeluarkan hpnya dari saku jaketnya kemudian memperlihatkan foto pada pria yang bernama Ardi itu.
“Mirip gak?” Tanyanya. Ardi lalu mencocokkan fotonya dengan foto yang temannya ambil.
“Ada miripnya. Jangan-jangan…. Ini… dia benar-benar masih hidup!” Ujar Ardi dengan suara yang tertahan. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu. Perkataan perempuan itu sebelum menghilang…
“Bang, aku pergi dulu ya. Mau pergi jalan-jalan sama temen-temen. Nanti kalau aku pulangnya telat, Abang tidur aja duluan. Gak usah tungguin aku.”
“Ya, ini dia! Dia masih hidup, Dil! Lihat, mereka mirip kan? Aku yakin dan sangat yakin! Aku melihatnya di mimpi. Faya terlihat bahagia dengan seseorang yang sangat mencintainya. Saat itu, aku memanggilnya namun dia tidak mendengar suaraku. Dia berjalan menjauh bersama orang itu.”
Ardi menceritakan mimpinya pada Fadil, teman baiknya. Pria itu terlihat senang dan bersemangat. Tanpa disadari, air matanya mengalir.
“Dia masih hidup, Dil. Mereka…. Saat itu, dengan ekspresi yang meyakinkan, mereka mengatakan padaku bahwa adikku sudah meninggal karena hanyut terbawa arus deras.”
Temannya yang bernama Fadil itu mendengarnya sambil diam-diam merekam suara Ardi dengan perekam canggih yang bentuknya mirip jam tangan.
“Ardi… Ardi. Kalau ku beritahu dia adiknya sekarang dimana, waaah! Bakalan heboh ni orang.” batinnya.
“Lu inget gak orang pertama yang kasih tau lu?”
“Inget! Wajah innocent nya yang telah memanipulasi banyak orang. Dan suara lembutnya yang menipu.”
Ardi mengepal kuat kedua tangannya sampai bergetar dengan wajahnya yang memerah.
“Sherina, perempuan itu! Dengan berderai air mata buaya, ia meminta maaf padaku. Dia bilang, kejadiannya begitu cepat. Tidak ada yang tau kalau adikku menghilang.” Ujarnya
“Yang membuat ku curiga, kenapa sampai nyasar ke arah hutan, ya? Katanya mereka pergi ke cafe aesthetic itu. Aku lupa namanya.”
Fadil tersenyum penuh arti menatap temannya.
“Kenny Cafe n Bar. Tempat kita dulu nongkrong siang-siang, habis ngerjain skripsi.. Kan gua sering traktir lu di sono. Eh tapi…. Dulu gak ada Bar nya. Namanya cuma Kenny Cafe.”
“Hah?!” wajah Ardi menegang mendengar nama itu. Fadil masih tersenyum misterius, ia agak senang mengerjai temannya.
“Hati-hati lho, Di. Tempat itu memang terlihat seperti cafe tapi, kalau di malam hari, ia berubah 180 derajat menjadi Bar yang tidak ramah.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments