Cinta FitRi 13

Flashback

Saat itu, Rio dalam perjalanan pulang dari kantor dengan keadaan khawatir akan kondisi istrinya yang habis di hina oleh ibunya dan gadis itu. Sambil menyetir mobil, ia mengatur nafasnya untuk menenangkan diri. Ia tidak mau Fitri melihat wajah marahnya. Tak terasa ia sudah sampai di halaman rumahnya. Sebelum keluar dari mobil, ia tak lupa menenteng oleh-oleh yang ia tadi beli untuk Fitri.

Klek!

Brak!

Rio keluar dari mobil kemudian menutup pintu mobil dengan kasar. Hatinya sudah sangat marah melihat istrinya diperlakukan seperti seorang pembantu di rumahnya sendiri.

“Nak, kamu sudah pulang?” Sapa Bu Vanessa seraya membukakan pintu untuk Rio yang sedang melepas sepatunya. Rio menutup rapat mulutnya, tidak ingin berkata kasar pada sang ibu.

“Fitri mana ya, Ma? Biasanya dia yang menyambut ku.” Tanya Rio pada ibunya dengan suara yang terdengar tidak ramah. Ketika masuk kedalam, ia melihat seorang gadis manis tersenyum padanya.

Rio menatapnya tajam karena sudah tau kelakuan aslinya.

“Lu siapa?! Seenaknya datang!” Ujarnya ketus. Gadis itu terperanjat mendengarnya namun, ia bisa mengontrol ekspresinya. Senyuman yang terlihat manis dan tulus itu tidak sirna, Ia malah berjalan mendekati Rio.

“Hai, Mas Rio. Aku–”

“APA?! MAS RIO?! lu pikir gua siapanya lu ya?! Keluar! Datang se–”

“Rio!”

Bu Vanessa tidak suka melihat Rio memperlakukan calon menantu pilihannya dengan buruk. Maka itu ia langsung menegurnya dan memberitahu bahwa gadis cantik itu adalah calon istrinya dan akan menjadi istri yang tepat baginya.

Gadis itu merasa diatas awan…. Hatinya dipenuhi bunga-bunga kebahagiaan karena selalu di bela dan di dukung untuk menjadi bagian dari keluarga Maheswari.

“Cewek mu-ra-han kayak gini mau jadi.. Oh Goodness! Pokoknya gak ada yang bisa ngalahin Fitri, My Best Woman ever!” Kata Rio sambil menatap sang ibu dan gadis itu bergantian.

“Kau!” Rio menunjuk wajah gadis itu dan mendekatkan jarinya. Gadis itu kini ketakutan melihat Rio yang berwajah merah dan matanya melotot tajam.

“Lu bukan siapa-siapa ya jadi…. Lu gak boleh seenaknya datang dan menikmati fasilitas di rumah ini! Lu cuma ulet yang kelaparan, jangan merasa diatas awan! Pengganggu! Murahan!”

Rio tidak peduli dengan kemarahan sang ibu. Ia akan berbuat apapun untuk menjaga kehidupan harmonis rumah tangganya. Tidak peduli meskipun diusir oleh keluarganya, yang penting ia hidup dengan wanita pilihannya yang sangat ia cintai.

Tes!

Air mata gadis itu mengalir, ia merasa sangat tersakiti oleh perkataan Rio. Pria itu benar-benar tidak kenal ampun jika ada yang mengganggu kebahagiaannya.

Bu Vanessa sudah sangat ingin memarahi Rio namun, merasa waktunya kurang tepat. Ia lalu mengajak gadis yang sedang menangis itu pulang.

Rio tersenyum senang, ia lalu menutup sekaligus mengunci pintu rumahnya. Setelah itu, ia merapikan barang-barang yang berserakan di ruang tamu. Dengan cara membuangnya ke tempat sampah. Ia sudah sangat marah dengan kelakuan ibunya dan gadis itu.

Hanya perlu 30 menit, Ruang tamu kembali lagi menjadi bersih dan rapi. Merasa sudah selesai, ia mencuci tangannya kemudian mencari istrinya.

Flashback off

“Sherina??? Sebentar! Kok namanya gak asing ya?” Kata Hendy yang tiba-tiba teringat sesuatu. Rio melihat asistennya melamun, langsung menegurnya.

“Ngapain lu bengong gitu? Paylater lagi?” kata Rio meledek. Hendy menggeleng pelan dengan ekspresi wajah yang serius.

“Bukan! Itu si.. Sherina… kayaknya pernah denger namanya.”

“Ooh itu… dia orang yang…”

Rio mengepalkan kedua tangannya lalu memasang wajah yang menunjukkan amarah.

“Dialah salah satu orang yang berusaha melenyapkan istriku. Dia juga merupakan otak dari kejadian ‘itu’. Takkan pernah ku lupakan hal itu!”

“Ha?! Ma-maksud kau.. Dia kenal ama bini lu?” tanya Hendy yang terkejut. Rio mengangguk kemudian menceritakan yang ia tau tentang gadis itu.

“Dia anaknya Pak Darmawan, pemilik salah satu villa di Bali. Pernah menjalin kerjasama dengan perusahaan bapak gua. Nah, Tuh bocah pernah satu sekolah sama Fitri. Dia yang selalu mengganggunya. Fitri yang gak ngapa-ngapain, tiba-tiba di bully. Itu ulah dia semua! Dia iri sama Fitri yang punya nilai plus di wajahnya, lebih cantik dari dia.”

Rio menceritakan semuanya dengan mata yang menunjukkan amarah mendalam dan dendam. Hendy sampai seram sendiri melihatnya.

“Liat aja nanti. Gua bakal bongkar semua borok nya. Sombong banget! Ngerasa paling suci.”

Hendy menyodorkan segelas kopi latte yang sebenarnya ia beli untuk dirinya. Namun, melihat sahabatnya sedang kepanasan, ia memberikannya.

“Emang gua punya kopi? Bukannya…”

“Udahlah! Minum aja. Gua lagi kepengen americano. Biar lu bisa fokus kerja lagi. Sementara, lupain si ulet keket itu.”

Tok! Tok!

“Permisi, Pak Satrio. Ada orang yang ingin bertemu dengan anda.” Kata seseorang dibalik pintu ruangannya.

Rio yang sedang menyesap kopi, mengerutkan keningnya. Seketika ia terbelalak, seakan telah melupakan hal penting.

“Masuk saja.” Balasnya sambil merapikan mejanya.

“Siapa?” Tanya Hendy dengan suara lirih. Rio menatap sahabatnya dengan senyuman yang penuh arti.

“Selamat pagi, Pak Satrio. Saya Ardi Samudra.” Kata pria dewasa yang tampan itu. Penampilannya sangat perfek dan menawan. Berdiri tegap menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi.

“Saingan lu datang.” Bisik Hendy sambil melirik Rio yang tersenyum.

“Silahkan duduk, Pak Ardi. Terimakasih sudah mau datang.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!