Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Rio yang diberitau dokter bahwa istrinya sedang hamil muda, segera membawanya ke rumah sakit. Perasaannya bercampur aduk antara bahagia dan cemas.
Bahagia karena istrinya mengandung anak pertamanya dan cemas karena kondisi istrinya mengkhawatirkan, terutama mentalnya.
Kini, pria itu menemani istrinya yang masih tertidur pulas di ranjang pasien. Tangan kanannya diinfus dan hidungnya dipasang selang oksigen. Rio tak tega melihatnya. Pria itu berkali-kali menahan air matanya untuk tidak mengalir.
“Pules banget, sayang. Kapan bangun? Aku kesepian lhoo..”
Rio terus mengajak ngobrol istrinya. Ia yakin, Fitri bisa mendengar suaranya dan suatu saat akan bangun. Karena terlalu lama menunggu, Rio yang awalnya terjaga, ia ketiduran sambil duduk dengan tangannya setia menggenggam erat tangan istrinya.
“Mas… bangun, Mas.”
Suara Fitri yang lembut mengusik tidur pulas Rio. Wanita itu sudah bangun beberapa menit yang lalu. Ia dikejutkan dengan suaminya yang tertidur sambil duduk. Hatinya tidak tega melihat pria kesayangannya tidur dengan posisi yang tidak nyaman.
“Hm? Oh… kamu sudah bangun? Kapan? Butuh sesuatu?” tanyanya dengan suara serak.
Fitri terkekeh, ia gemas melihat muka bantal suaminya. Tangan kirinya terulur untuk mengusap wajahnya.
“Terimakasih ya udah nemenin aku. Maaf aku udah–”
“Sayang….”
Rio bangkit dari kursinya lalu mendekap erat tubuh istrinya. Bayangan semalam kini terlintas di pikirannya. Saat itu ia sangat takut istrinya tidak akan bangun lagi.
“Kamu kenapa, sayang? Kalau ada masalah, kasih tau aku. Jangan diam dan memendamnya sendiri. Kamu kan gak sendirian, ada suami yang mau dengerin semua curhatan kamu. Aku merasa sangat gak berguna, sayang. Apalagi pas liat lengan kamu luka-luka begitu.” kata Rio sambil berkaca-kaca.
Hatinya hancur karena, merasa tidak berguna dan tidak bisa membahagiakan istrinya. Fitri merasa tertampar dengan omongan suaminya. Ia mengira bahwa yang dilakukannya sudah benar.
“Aku hanya tidak ingin menjadi beban bagi kamu, Mas. Kan Mas sudah capek kerja, aku gak mau–”
“Fitri! Pemikiran dari mana itu? Aku tiap hari selalu menunggu-nunggu curhatan dari kamu. Aku tau, kamu sudah memendam emosi-emosi yang sangat ingin kamu keluarkan. Kan suami istri harus saling terbuka dan menerima. Tapi, kamu malah berpikir seperti ini. Fitri, yang namanya kerja yaa capek lah! Yang gak capek itu tidur. Jadi, jangan berpikir seperti itu lagi, yaa. Kalau kamu pengen cerita, cerita aja. Aku siap kok dengerin semuanya.”
Kedua mata Fitri mengembun, air matanya sudah tertampung banyak dan terlihat akan tumpah. Rio akhirnya naik ke ranjang pasien lalu memeluk erat istrinya. Semua rasa cinta dan kasih sayang ia salurkan melalui pelukan hangatnya. Istrinya berusaha untuk tidak menangis namun gagal.
Fitri membalas pelukan suaminya lalu menangis terisak-isak. Rio merasa sakit mendengarnya. Ia tau apa yang telah terjadi pada istrinya.
“Aku akan selalu berusaha untuk membahagiakanmu karena kamu berhak mendapatkannya. Sekarang, kamu istirahat ya… kasihan anak kita.”
Ha?
Fitri melepas pelukannya kemudian mendongak menatap wajah suaminya yang tersenyum. Rio mencium pipi istrinya yang membuatnya gemas.
“Kamu sadar ga kalau akhir-akhir ini kamu banyak makannya dan badanmu semakin berisi?”
Fitri mengangguk pelan, wanita itu tidak sedih lagi soal tubuhnya yang ia anggap jelek. Karena hatinya sudah ditenangkan oleh suaminya.
“Itu karena ada anak kita disini.” Lanjut Rio sambil mengusap pelan perut istrinya. Fitri terdiam sejenak kemudian matanya terbelalak seperti menyadari sesuatu.
“Aku hamil, Mas?” Tanya Fitri dengan ekspresi terkejutnya. Rio mengangguk kemudian mencium wajah Fitri yang masih terpaku diam. Tanpa Rio sadari, istrinya kembali merasa gelisah.
“Aku belum siap.”
☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Di sebuah rumah sederhana, seorang pria dewasa berkacamata duduk di ranjangnya dengan mata yang fokus menatap laptopnya.
Tok tok!
“Nak, sudah jam 10 lhoo. Kamu belum sarapan.” Kata seorang wanita paruh baya yang merupakan ibunya.
Tidak ada sahutan dari dalam, sepertinya pria itu sangat sibuk dan fokus sampai tidak mendengar suara ketukan pintu dan sang ibu.
Beberapa saat kemudian, pria itu menghela nafasnya kemudian meletakkan laptop di sampingnya.
“Haaahh! Badanku rasanya kaku banget. Udah jam berap– haha! Aku lupa kalau belum sarapan.” Ujarnya sambil melihat jam dindingnya.
Ia pun turun dari ranjangnya lalu menghampiri meja belajarnya, yang menjadi saksi bisu seberapa keras ia belajar sampai berada di titik ini. Ia mengambil sebuah bingkai foto seorang gadis cantik dengan tubuh yang sedikit berisi. Gadis yang sangat ia sayangi dan ia lindungi dulu.
“Mereka bilang, kamu telah meninggalkan dunia ini namun, Aku yakin kamu masih hidup.. Aku pernah melihatmu di mimpiku. Kamu bersenang-senang dengan seorang laki-laki. Aku tak tau dia siapa tapi, kalau dia membuatmu bahagia, aku senang dan lega.”
Hiks!
Pria itu yang awalnya tersenyum, kini menangis sambil memeluk foto gadis itu. Ia sangat berharap… gadis itu masih hidup dan tinggal bahagia bersama pasangan hidupnya. Seperti yang ia lihat di mimpinya.
Setelah menangis, ia mengembalikan foto itu ke tempat semula. Tak lupa menutupnya dengan kotak rahasia yang ia buat sendiri.
“Abang mau sarapan dulu yaa. Nanti kita ngobrol lagi.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments