Cinta FitRi 5

Suasana di ruangan bewarna hitam silver itu sangat hangat dan damai. Rio dan Fitri menikmati momen romantis mereka dengan makan siang berdua saja tanpa diganggu siapapun.

Namun hal itu tidak berlangsung lama karena Rio penasaran dengan luka cakar yang terdapat di lengan istrinya.

“Siapa yang menyakitimu? Kamu kenapa gak cerita sama aku?” Tanya Rio khawatir.

“Tadi gak sengaja aja, Mas. Lenganku gatal, lalu ku garuk.” Jawabnya berbohong. Tidak mungkin ia akan menceritakan yang sebenarnya.

“Tunggu ya… aku mau ambil salep dan plester.” Pria itu pun bergegas menuju kamar pribadi yang ada di ruangan kerjanya. Tak lama, ia mengambil kotak berukuran sedang berwarna putih.

Setelah itu, ia menyuruh istrinya untuk duduk di pangkuannya kemudian mengoleskan salep itu.

“Aduuh! Pasti perih ya.”

“Enggak, Mas. Aku gak apa-apa.” Sahutnya sambil menyunggingkan senyumnya. Ia tidak mau merusak momen romantis yang berharga ini.

“Kamu temani aku sampai sore, yaaa. Aku banyak banget kerjaan hari ini. I need you, baby.” Ujarnya memohon setelah menempelkan plester ke lengannya yang terluka.

Fitri mengangguk, ia juga sangat ingin menemaninya bekerja.

Jam istirahat pun selesai, Rio kini kembali bekerja. Pria itu bekerja sambil tersenyum lebar karena ditemani oleh istrinya yang masih duduk manis diatas pangkuannya. Sebenarnya, Fitri ingin turun karena khawatir dipergoki oleh karyawan yang masuk.

“Sayang, aku mau kue buatan kamu doong. Kamu bawa, kan?”

“Mas belum kenyang?”

“Belum lah. Tenagaku yang keluar, kan banyak. Jadi, makannya harus banyak juga.”

Akhirnya Fitri turun dari pangkuannya kemudian mengambil sebuah kotak dari paperbag biru yang ia bawa tadi.

Tadaa!

Sebuah kue berbentuk persegi panjang, berwarna coklat tua dengan aneka topping.

Rio berbinar-binar melihatnya. Kalau ada karyawan yang melihat tingkahnya itu, bisa-bisa harga dirinya turun sebagai pemimpin perusahaan (hahaha)

“Mas terusin aja kerjaannya. Biar aku suapi yaa.” Kata Fitri seraya menyodorkan sepotong kecil kue brownies. Rio menurut saja. Ketika kue itu masuk kedalam mulutnya, tangannya tiba-tiba berhenti mengetik kemudian mengalihkan pandangannya ke arah istrinya yang tersenyum.

“Enak banget, sayang! Aku mau lagi. Kita makan berdua, yaa.” Fitri tentunya tidak mau menolak. Mumpung ada waktu untuk bermesraan, kenapa harus di sia-siakan? Ruang kerja itu penuh dengan kehangatan, kedamaian dan kebahagiaan.

Mereka mengobrol, bercanda, tertawa sampai tak sadar…. Sudah berada di kamar pribadi Rio. Ya, pria muda itu sudah menahan gairah yang bergejolak tiba-tiba sejak kedatangan istrinya.

Kini, ruangan itu di penuhi dengan suara desahan mereka yang bersahutan.

Tok tok!

“Permisi, Pak Satrio.”

Seorang karyawan perempuan mengetuk pintu ruangannya. Ia menunggu beberapa saat menunggu sahutan dari atasannya.

“Hai, Rumi. Ngapain?” Sapa Hendy, sahabat sekaligus asisten Rio.

“Ini.. mau minta tandatangan Pak Satrio.” Sahut Rumi. Hendy pun mengetuk pintu lagi dan hasilnya sama, tidak ada sahutan dari dalam.

“Siniin deh. Biar nanti aku yang kasih ke Satrio nya.” Karyawan perempuan itupun mengangguk, ia lalu pamit untuk kembali ke ruang kerjanya.

Sedangkan Hendy, pria itu menatap sinis ruang kerja temannya. “Kayak gak tau aja lu ngapain. Cih! Mentang-mentang udah punya istri.” Gerutunya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️

“Ah… ah… Mas. A-aku udah capek banget.” Kata Fitri sela-sela acara asyik-asyik itu(tau kan?😁)

Gimana gak capek? Udah 3 jam lamanya mereka beraktivitas seperti itu di berbagai tempat. Fitri yang tubuhnya kecil tentu tidak sekuat suaminya yang bertubuh tinggi dan kekar.

“Aduh…. Maaf ya. Soalnya aku gak puas puas. Maaf ya sayang. Aku lupa.” Ujar Rio sambil menenggelamkan wajahnya di dada istrinya. Tak lupa, tangannya iseng-iseng meremas benda kenyal kesukaannya.

Fitri yang kelelahan, langsung tertidur pulas dengan keadaan masih polos. Tenaganya benar-benar dikuras habis oleh suami perkasanya. Rio kasihan melihat istrinya yang kelelahan. Ia pun berinisiatif untuk memandikan istrinya yang lemas.

Sejam kemudian, pasangan itu sudah segar dan memakai pakaian baru. Fitri masih saja tertidur pulas. Rio akhirnya meninggalkannya lalu kembali bekerja.

Ketika sudah duduk di meja kerjanya dan memeriksa email di handphone nya, ia terkejut dengan banyak panggilan tak terjawab dari asistennya, Hendy. Ada juga puluhan spam chat darinya. Bisa dibayangkan betapa kesal sahabat sekaligus asistennya, menunggu jawaban darinya.

Rio, dengan wajah santainya melakukan panggilan Videocall.

“Hendy. Hahahaha!”

Tawanya sudah tak tertahankan lagi. Hendy yang sedang dikelilingi oleh tumpukan kertas, menatapnya tajam.

“BOS GILA KAU!” teriaknya kemudian mengakhiri panggilan tersebut. Rio tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi sahabatnya kemudian ia membuka pintu ruangannya yang ia kunci otomatis.

Benar saja, Hendy dengan wajah kusamnya masuk membawa tumpukan file yang harus Rio baca dan tandatangan.

“Stop staring at me. I’m gonna treat ya.”

“Halah! Gak mempan. Lu mah sengaja bikin jiwa jomblo gua meronta-ronta. Gak lucu, Sat!”

“Ya gua kan udah lembur, butuh mood booster.”

Hendy memperhatikan penampilan sahabatnya, ia pun seakan tau sesuatu, menganggukkan kepalanya.

“Habis begituan lu ya?!”

Rio tidak menjawab, ia hanya tersenyum lebar. Tak perlu dijelaskan dengan kata-kata, Hendy sudah paham.

Cek lek!

Pintu kamar Rio terbuka lalu Fitri keluar dengan penampilan yang berbeda. Sang suami tidak sadar karena sedang fokus membaca dokumen sedangkan Hendy terbelalak karena terkejut melihat wanita cantik seperti ibu peri keluar dari kamar sahabatnya.

“Iiih! Bidadari! Cantik banget.” Ujarnya sambil tersenyum. Fitri celingukan mencari keberadaan suaminya, ia merasa gugup dan tidak nyaman dipandang intens oleh Hendy.

“Gua potong ya gaji lu!” Kata Rio yang tidak terima istrinya ditatap pria lain. Hendy pun tersadar kemudian meminta maaf.

“Sayang, come here.” Rio merentangkan kedua tangannya untuk mengajaknya duduk diatas pangkuannya. Fitri berjalan cepat menghampirinya kemudian duduk dengan nyaman diatas pangkuan suaminya lalu memeluknya.

“Aku lapar, mas.” Kata Fitri dengan suaranya yang lemas. Rio pun mengambil handphone-nya lalu memesan makanan kesukaan istrinya.

“Aku mau dessert juga yaa. Cheesecake dan strawberry shortcake kayaknya enak.” Katanya lagi. Rio tersenyum, ia senang istrinya banyak meminta. Karena biasanya Fitri sungkan untuk meminta sesuatu padanya. Wanita itu khawatir di cap buruk oleh suaminya.

“Halo, Nyonya.”

“Ya xxx. Ada berita apa?”

“Perempuan itu datang kesini.”

“Ooh Baguslah! Berarti dia sudah berani melawan saya. Baik, terimakasih atas infonya. Lanjutkan tugasmu. Ingat! Jangan menyakitinya. Hanya mengawasi lalu melaporkan padaku, mengerti?”

“Mengerti, Nyonya.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!