Rio menaruh istrinya di atas ranjang dengan perlahan kemudian duduk disampingnya dengan tatapan keheranan.
“Maksudnya apa? Eh, tadi kamu bilang apa ya?” Tanya Rio yang berharap dirinya salah mendengar.
“Itu… uumm…. Tadi ada gadis cantik yang datang. Kata Bu Vanessa, dia calon menantunya.”
Rio meremas bantal yang ia pegang guna menahan diri untuk tidak meluapkan amarahnya.
“Kalau memang benar, aku mundur–”
“Jangan! Gak ada kata perceraian ya! Aku gak mau denger hal menyebalkan itu lagi. Gak ada nikah lagi, istri kedua tuh gak ada! Istriku hanya kamu, Fitri. Gak usah dengerin omongan sesat orang lain!” Kata Rio dengan cepat memotong kata-kata istrinya.
Fitri menatap suaminya, ia sebenarnya juga tidak mau berpisah dengannya. Kini, satu-satunya orang yang menjadi keluarganya hanyalah Rio, suaminya. Ia sudah tidak memiliki orang tua atau saudara lagi.
“Kamu yakin, Mas? Dia itu cantik dan cerdas lho. Gak kayak aku. Penampilannya juga berkelas.”
“Iya! Penampilan berkelas, attitude NOL! Kalau dia memang CERDAS, dia takkan pernah merebut suami orang.” Sahut Rio dengan mood yang buruk.
Kruuuk!
Ditengah-tengah suasana yang menegangkan, perut Rio berbunyi karena memang dari tadi ia menahan lapar. Padahal, tadi di kantor sudah makan nasi Padang bersama asistennya.
“Oh! Kamu lapar ya, Mas? Maaf yaaa. Aku siapin makanan dulu ya.”
Fitri beranjak dari ranjangnya kemudian keluar dari kamar. Ketika sampai di dapur, ia menghangatkan makanan mahal yang ibu mertuanya beli tadi di microwave. Bukan untuknya, melainkan untuk Rio.
“Apaan itu?” Tanya Rio yang tiba-tiba berdiri di belakangnya. Fitri terkejut sampai memegang dadanya.
“Maaf, tapi itu apaan?” Tanya Rio lagi.
“Ini dari Bu–”
Dengan segera, Rio mengambil tempat makanan berukuran sedang kemudian mengambil makanan yang dihangatkan itu.
“Aku gak mau! Maunya buatan kamu.” Ujarnya kesal. Ia lalu keluar membawa makanan tersebut untuk diberikan kepada tukang bersih-bersih di komplek perumahan itu.
Fitri lalu membuka kulkas kemudian mengambil beberapa macam buah kemudian memotongnya menjadi seperti dadu. Setelah itu, ia membuat saus untuk potongan-potongan buah itu.
Tak memakan waktu yang lama, salad buah segar ala Fitri telah jadi.
“Nah! Ini yang aku mau! Kamu makan ini aja ya hehehe.” Ujar Rio seraya menyodorkan oleh-oleh yang ia beli tadi. Fitri tersenyum senang, melihat suaminya seperti anak kecil yang menemukan mainan baru.
“Oke. Mas, jangan mulai makan dulu yaa. Aku mau tuang dulu ke piring.” Kata Fitri sambil mengeluarkan dua buah piring berukuran sedang untuk menampung martabak yang lezat menggoda itu.
Rio beranjak dari duduknya kemudian dengan cekatan membantu istrinya menghidangkan makanan-makanan tersebut. Setelah selesai, mereka makan tanpa ada percakapan apapun. Masing-masing menikmati makan malam yang damai itu.
“Makasih ya, Mas.” Kata Fitri dengan suara lirih. Rio tidak menjawab namun, tersenyum tipis.
“Gak usah berterima kasih, itu sudah menjadi tugasku sebagai seseorang yang mencintaimu untuk membahagiakan mu.”
Brak!
“Sial\*n! Dia lagi, dia lagi! Kenapa harus si b4b1 itu! Jelas-jelas dia bukan orang baik dan mur4h4n! Aku yang sudah berusaha untuk menjadi seperti ini, tetap gak dianggap. Abang udah kayak orang di pelet sama si b4b1 itu. Udah m4t1 pun, masih aja ganggu!” kata Citra mengumpat sendirian di kamarnya.
Ia kesal karena merasa sang kakak pilih kasih dan tidak pernah mau mendengarkannya. Padahal, selama ini dialah yang paling disayang dan dimanja oleh kedua orangtuanya. Perempuan yang dipanggil Faya itu seringkali di anggap tidak ada karena karakternya yang keras dan malas belajar.
Maka dari itu, si Abang mencurahkan semua kasih sayang dan perhatian untuknya. Dan itu membuat Citra kesal. Ia ingin, semua orang memperhatikannya. Karena menurutnya, orang se-buruk Faya tidak pantas di sayang.
Srak!
Ia lalu membuka lacinya dengan kasar kemudian mengambil selembar foto berukuran sedang. Foto Faya yang mengenakan dress kupu-kupu berwarna Lilac, pemberian dari Abangnya. Dengan penuh kebencian, ia mencoret-coret foto tersebut kemudian menghancurkannya berkeping-keping.
“Perempuan terk\*tuk! Pembawa sial! Tinggallah di neraka selamanya! Jangan mengganggu hidupku!” Teriaknya dengan penuh kebencian dan dendam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments