VICTORY!!
Suara kemenangan dari Mobile Legend terdengar jelas di antra mereka bertiga.
"Gokil anjingg Rem!" seru Alfan, tersenyum sangat lebar.
"Gila cok, jago kali lo Rem" ujar Yudha kepada Remy, matanya menatap kagum.
Remy memberikan senyuman sombong kepada mereka. "Baru sadar lo pada?"
"Asli, baru sadar gue lo sejago ini maen jungler." balas Yudha kepada Remy, terdengar sedikit ejekan dari nada suaranya.
Alfan mengangguk setuju, "Iya anjir. ini aja pertama kalinya dalam seumur hidup gue win streak sampe tiga puluh kali." katanya. "Mana hampir semuanya di gendong jungler lo lagi."
Remy hanya tersenyum tipis mendengarnya. "Udah jelas gue jago lah," pikirnya. "Kan gue punya sistem All-In-one."
[Host kini memiliki kemampuan sebagai pemain Mobile Legend terhebat di dunia. Penguasaan seluruh hero, role, dan seluruh mekanisme dalam game telah mencapai level maksimal.]
Alfan menaruh handphone nya untuk mengisi daya, lalu merebahkan tubuhnya. "Tidur nyenyak kalo kaya gini-mah."
Yudha mengangguk seraya mengambil rokok menyala yang berada di asbak.
"Lo pada mau ikut reuni SMA apa engga?" tanya Yudha kepada kedua temannya.
"Gue ngikut Remy aja deh." balas Alfan.
Remy tampak kebingungan mendengarnya. "Reuni SMA?"
Alfan bangkit dari tidurnya, mereka berdua memandang Remy dengan tatapan aneh.
"Lo gak tau Rem?" tanya Yudha penasaran.
Remy mengangguk, "Kapan emang?" tanyanya.
"Nanti malem, Rem. Lo serius gak tau?" Yudha menghembuskan asap rokoknya dengan tatapan heran. "Grup alumni udah rame ngomongin itu dari minggu lalu."
Alfan menyeringai, menambahkan, "Sok sibuk jir sampe gak buka wa."
Remy hanya mengangkat bahu sambil menaruh ponselnya di meja. "Bukannya sok sibuk. Grupnya keramean, males baca satu-satu."
Alfan tertawa kecil. "Pantesan. Tapi serius, lo harus ikut. Kawan lama kita juga bakal dateng semua, si Niken juga."
Mendengar nama itu, Remy berhenti sejenak. "Niken?" gumamnya, seolah nama itu menyentuh memori yang lama terkubur.
"Iya, Niken. Crush lo dulu waktu kelas 11. Jangan pura-pura lupa," sindir Yudha sambil menyengir jahil.
Remy memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan rona di pipinya.
"Gue gak janji bakal dateng," jawabnya datar, meskipun ada sedikit rasa penasaran di dalam hatinya.
"Ah, elah! Lo harus dateng, Rem!" Alfan memukul bahunya pelan. "Kapan lagi pamer win streak tiga puluh kali? Gak ada yang ngalahin momen reuni SMA buat show off!"
Remy hanya menghela napas sambil memutar bola matanya.
"Ya udah, gue pikir-pikir dulu," akhirnya Remy menjawab. "Lagian nanti masih ada waktu, kan?"
"Ngeles amat lo," komentar Yudha sambil tertawa. "Tinggal dateng juga."
Kukuruyuk!
Suara ayam berkokok mulai terdengar di sekitar mereka.
Yudha melihat jam tangan di tangan kirinya. Jam menunjukkan pukul 04:47. "Udah pagi gini," ucapnya.
"Udah, gue tidur duluan ya," kata Alfan sambil bangkit menuju kamarnya.
Yudha mematikan rokoknya di asbak sambil melihat ke arah Remy yang masih memegang ponselnya. "Lo mau main lagi atau gimana, Rem?"
Remy mendesah pelan, meletakkan ponselnya ke lantai. "Enggak lah. Mata gue juga udah berat. Besok... eh, maksud gue nanti malam gue masih mikir-mikir soal reuni."
Yudha tersenyum simpul, mengangguk mengerti. "Kalau gue sih pasti dateng. Biar gimana, reuni itu nostalgia, bro. Ketemu kawan lama, cerita-cerita. Kadang lucu aja ngeliat orang yang dulu norak tiba-tiba sekarang jadi keren."
Remy tertawa kecil mendengar itu. "Atau malah kebalikannya."
"Exactly." balas Yudha. "Lo pikirin aja. Tapi kalau lo beneran gak dateng, gue bakal ngadu ke Niken."
"Anjir, ngapain?!" Remy menatap Yudha dengan ekspresi setengah panik.
"Ya biar dia yang maksa lo, kali aja efeknya beda." Yudha tertawa kecil, lalu pergi menuju kamarnya. "Udah, gue tidur dulu. Nanti sore gue kabarin lo lagi."
Remy hanya menggeleng pelan, dan ikut berjalan menuju kamarnya juga.
Nama Niken terus bergema di pikirannya, menghidupkan kenangan masa sekolah yang sudah lama ia kubur.
"Reuni, ya..." bisiknya, masuk ke dalam kamarnya.
Remy meletakkan tubuhnya di kasur, menarik selimut hingga menutupi hampir seluruh tubuhnya.
Matanya yang berat perlahan tertutup, membawanya ke dalam tidur yang tenang.
Kamar itu hening, hanya terdengar deru kipas angin yang berputar pelan.
Cahaya matahari yang mulai redup menyusup melalui celah-celah tirai.
Remy menggeliat, matanya perlahan terbuka. Ia menatap jam dinding di kamarnya, menunjukkan pukul 16:32.
Dengan enggan, ia bangkit dari tempat tidur, mengusap wajahnya untuk mengusir sisa kantuk.
Dia melangkah keluar kamar dan menemukan Yudha sedang duduk di sofa sambil menonton acara televisi.
Sebuah gelas kopi terletak di meja di depannya.
"Oi Rem," sapa Yudha santai tanpa mengalihkan pandangan dari layar.
"Iya," jawab Remy dengan suara serak. "Alfan mana?"
"Pergi bentar, mau beli makanan katanya."
Remy mengangguk sambil berjalan ke dapur untuk mengambil air minum.
Setelah meneguk beberapa kali, ia kembali duduk di sofa, menatap layar televisi tanpa minat.
Yudha melirik ke arahnya, kemudian berkata, "Gimana? Ikut gak nanti malam?"
Remy terdiam sejenak, meletakkan gelasnya di meja. "Gak tau, dateng kali."
Yudha tersenyum kecil, seperti sudah menduga jawaban itu. "Bagus deh."
Remy mendesah, setengah menyesal dengan keputusan itu.
Alfan datang sambil menenteng plastik berisikan tiga porsi bakso.
Dia menaruh baksonya di meja, lalu duduk bersama dua temannya.
"Gokil, bakso sapi fresh tuh keknya" ujar Remy, menatap bungkus plastik yang baru saja diletakkan Alfan di meja.
"Ya iyalah, siapa tau ini makanan terakhir gue sebelum ketemu temen SMA yang dulu suka ngutang," canda Alfan, membuka bungkus baksonya. "Lo bakal kaget si liat mereka, Rem."
Yudha ikut menimpali, "Iya, siapa tau si Niken udah jadi selebgram. Nanti Remy salting deh pas ketemu."
Remy mendengus, mengambil salah satu porsi bakso yang disodorkan Alfan. "Eleh tai, gapunya kerjaan lain apa kalian selain ngejek gue."
"Kerjaan kita ya cuma itu, Rem," jawab Alfan santai sambil mulai menyantap makanannya. "Terus, lo juga udah lama bat gak ngumpul sama mereka. Waktunya nostalgia, ege."
Remy terdiam, pikirannya kembali ke masa sekolah.
Kenangan tentang Niken dan dirinya bermain di lapangan, saling bercanda di kelas, dan tawa yang mereka bagi bersama membuat hatinya terasa sedikit hangat.
"Liat ae nanti," ujar Remy akhirnya, mencoba mengalihkan topik. "Mending makan dulu. Gue gak mau kelaperan pas malem."
Alfan tertawa, "Nah, itu dia. Yang penting tenaga ada, mau nostalgia atau gak urusan belakangan."
Ketiganya melanjutkan makan dengan obrolan ringan, di iringi dengan candaan sampah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ahmad R Laros
misi2 nya mna ga ada thor
2025-02-22
0
Fano Jawakonora
koq gak ada laporan ttg perusahaan ke Remy😀
2025-03-07
0
Ahmad R Laros
terlalu cepat enek remy nya thoor
2025-02-22
0