Chapter 9 - Reuni SMA

Malam mulai menyelimuti kota, lampu jalan perlahan menyala, dan suara mesin kendaraan terdengar samar-samar.

Di garasi, Alfan memeriksa BMW M4 Coupé-nya sambil menunggu Remy yang sedang memilih pakaian.

Yudha, seperti biasa, sudah lebih dulu berangkat dengan Ducati Panigale V4 merah mengilap yang dia ambil tadi siang.

"Cepet, Rem! Gue gak mau jadi orang terakhir yang dateng!" seru Alfan sambil menyalakan mesin mobilnya.

Remy keluar dari rumah dengan tampilan santai tapi memukau. Ia mengenakan baggy jeans berwarna abu abu, dipadukan dengan kaos oversized putih, dan sneakers putih bersih.

Dia menenteng jaket kulit hitam yang ia gantung di bahu dengan satu tangan.

"Udah siap nih," jawab Remy santai, masuk ke kursi sebelah Alfan. "Lo buru-buru amat, Fan. Santai aja."

Alfan melirik ke arahnya dan menggeleng kecil. "Santai-santai juga gue gak mau kalah keren sama lo, Rem."

Remy tersenyum tipis. "Gak usah iri, Fan. Kan budget lo gede."

"Budget besar tapi tetep kalah styling sama lo. Beda kelas, bos!" ujar Alfan dengan nada bercanda sambil menginjak pedal gas.

BMW M4 Coupé mereka meluncur mulus di jalan raya.

Mesin turbocharged-nya menderu pelan, memberikan sensasi tenang tapi penuh tenaga.

Remy membuka jendela sedikit, menikmati angin malam yang sejuk.

"Eh, si Yudha udah nyampe belum?" tanya Remy, menatap lampu kota yang berkilauan di kejauhan.

"Belum nge-chat sih. Tapi kayaknya dia udah otw dari tadi," jawab Alfan sambil mengecek HP-nya sekilas di lampu merah. "Lo liat aja, dia pasti udah pamer motor barunya ke orang-orang."

Remy tertawa kecil. "Biarin aja. Gengsi anak sultan."

Perjalanan mereka diisi dengan obrolan ringan hingga akhirnya BMW M4 Coupé memasuki area parkir tempat reuni.

"Eh, ini bukannya salah satu anak perusahaan PT Trinova Global ya." pikir Remy, matanya menatap restoran bernama Nostalgik.

[Host benar! Ini adalah salah satu anak perusahaan PT Trinova Global.]

"Kalo gitu, berarti ni resto punya gue juga kan ya." ucapnya dalam hati, berusaha sekuat tenaga untuk menahan senyumnya.

Tempat itu adalah sebuah restoran rooftop yang mewah, dengan pemandangan malam kota yang memukau.

Lampu-lampu gedung tinggi memantulkan cahaya di kaca mobil mereka saat Alfan memarkir kendaraan di area VIP.

"Rem, lo duluan deh," ujar Alfan sambil mematikan mesin. "Gue mau rapihin rambut dulu, takut kalah saing."

Remy mengangkat alis sambil tertawa. "Anjir, pede banget lo."

Remy melangkah keluar, jaket kulitnya kini dikenakan, melengkapi penampilannya yang semakin sempurna.

Alfan menyusul setelah memastikan rambutnya tampak rapi di kaca spion.

Mereka berjalan masuk ke dalam restoran, diiringi tatapan beberapa tamu yang jelas terpukau oleh penampilan mereka.

Di dalam, suara obrolan hangat dan tawa teman-teman lama mulai terasa. Beberapa wajah familiar langsung menyambut mereka.

"Eh, itu Remy sama Alfan, kan?" suara seorang pria terdengar dari tengah kerumunan. Semua mata langsung tertuju pada mereka.

"Wah, gila Rem! Fan! Lama banget gak ketemu!" salah satu teman lama mereka, Bima, menghampiri dengan ekspresi antusias.

Remy dan Alfan membalas sapaan itu dengan senyum santai.

Tapi mata Remy perlahan mencari sosok yang lain—Niken.

Dan di ujung ruangan, ia menemukannya. Niken berdiri dengan elegan, mengenakan dress hitam sederhana namun anggun, rambut panjangnya diikat rapi.

Wanita itu sedang berbicara dengan Yudha yang tampak santai bersandar di sofa, lengkap dengan jaket kulit dan aura anak sultan yang khas.

Remy terdiam sejenak, mencoba menenangkan degup jantungnya. "Tenang, Rem. Cuma reuni," pikirnya.

"Eh, itu dia si Niken," bisik Alfan di sampingnya, menyikut pelan. "Gas, Rem. Jangan kalah."

Remy hanya tersenyum tipis, berjalan perlahan menghampiri mereka.

Niken menyadari kehadirannya dan menghentikan percakapan dengan Yudha.

Tatapannya bertemu dengan Remy, senyum kecil muncul di wajahnya.

"Remy?" suaranya terdengar sedikit ragu, tapi hangat.

"Hai," jawab Remy santai, dengan senyum yang khas. "Udah lama ya gak ketemu."

Sebelum mereka melanjutkan perbincangan, tiba-tiba ada seorang pria yang merangkul pundak Remy.

"Remy, gimana kabar lo?" serunya, suaranya berat. "Gue kangen liat lo nyari masalah anjir."

Dia adalah Raul, tapi lebih sering di panggil gatot gara-gara badan besar full ototnya.

Remy menoleh ke arahnya, tatapan tajam di barengi senyuman kesal terlihat jelas di wajahnya.

"Anak ngentot!" teriaknya dalam hati, geram banget ini. "Lagi ada kesempatan buat ngobrol sama Niken juga."

Di tatap seperti itu oleh Remy, keringat dingin mulai berjatuhan dari dahi Raul.

Alfan dan Yudha dengan sigap langsung merangkul Raul, mengeluarkan senyuman sok asik mereka.

"Eh tot, ikut kita aj yuk kesana." ucap mereka berdua kepada Raul.

Raul yang kebingungan hanya mampu mengangguk, dan berjalan bersama mereka berdua menjauh dari Remy dan Niken.

Niken tertawa kecil melihat kejadian hal tersebut, wajah cantiknya terlihat lebih menawan saat itu.

"Gila," gumam Remy dalam hati, terpesona dengan kecantikan di depannya. "Niken tambah cantik aja loh."

Ada sedikit rasa canggung di antara mereka—sebuah jarak waktu dan kisah lama yang tak sempat terungkap.

Remy menatap Niken, mencoba mencari kata-kata untuk memecahkan kebekuan.

"Jadi, sekarang sibuk apa? Masih sama kayak dulu, suka bikin lagu-lagu?" tanyanya santai, mencoba mengarahkan pembicaraan.

Niken mengangguk pelan, senyumnya mengembang. "Iya, masih nyoba-nyoba. Gue lagi serius ngejalanin karier jadi penyanyi sekarang," jawabnya dengan nada bangga yang tidak berlebihan. "Baru rilis single pertama, tapi ya gitu deh, masih belajar banyak."

Remy mengangkat alis, kagum. "Seriusan? Penyanyi, ya? Wah, salut. Gue yakin lo bakal sukses, suara lo kan emang bagus dari dulu," katanya dengan nada tulus.

Niken tersenyum lebih lebar. "Makasih, Rem. Tapi ya... prosesnya gak gampang. Banyak hal yang harus dipelajari, apalagi soal panggung dan bikin lagu yang relate sama orang."

Remy mengangguk mengerti, tapi dalam hatinya sedikit terkejut.

Pria itu mengingat sosok Niken dulu, seorang gadis pemalu yang suka menyanyi kecil di pojok kelas saat semuanya sibuk ribut.

Dia tidak menyangka Niken akan punya keberanian sebesar ini.

"Lo pasti bisa," ujar Remy, menyilangkan tangannya di depan dada. "Lo itu tipe orang yang kalau udah niat, gak ada yang bisa ngelawan. Gue inget kok."

Niken terkekeh. "Masih inget aja lo. Dulu malah lo lebih sering bikin ribut di kelas. Gue sampe heran, gimana sekarang lo bisa berubah."

Remy menyeringai. "Ya, namanya juga proses. Gue udah gak sebandel itu, Nik. Dulu kan masih bocah bengal."

Mata Niken berbinar, penasaran. "Gue juga heran loh, Rem. Dulu lo selalu jadi yang paling depan kalau ribut. Sekarang jadi apa? Gue denger dari temen-temen, lo gak pernah cerita kerja apa."

Remy sedikit terdiam, senyumnya tetap santai. "Ah, gue mah kerjaannya cuma nyuruh nyuruh orang doang. Kalo enggak gitu yaaa.. cuma ngurusin dokumen sama tanda tangan, udah kayak tukang pos aja." jawabnya, sengaja menggiring pembicaraan ke arah yang ringan.

"Serius?" Niken memiringkan kepala, jelas-jelas penasaran. "Lo tuh, ya... dari dulu misterius banget. Gak pernah mau kasih tau soal kehidupan lo yang serius."

Remy tertawa kecil, mencoba mengalihkan perhatian. "Yah, dibandingin lo yang nyanyi di panggung, kerjaan gue mah gak seberapa menarik, Nik."

Niken tertawa mendengar jawaban itu, tapi sebelum sempat bertanya lebih jauh, suara musik di restoran mulai mengisi ruangan.

Salah satu teman mereka berteriak dari meja lain, "Niken! Nyanyi dong buat kita!"

Niken tampak sedikit ragu, tapi teman-temannya terus mendesak.

Alfan, Yudha dan Raul yang wajahnya tampak memar, sudah kembali, ikut menyoraki.

"Ayo, Nik! Show us what you got!" kata Yudha sambil bersiul, memancing perhatian semua orang.

Remy hanya berdiri di sana, tersenyum tipis. Ia tahu Niken mungkin gugup, tapi ia juga tahu perempuan itu tidak akan menolak kesempatan untuk menunjukkan bakatnya.

"Go ahead," ucap Remy pelan, menatapnya dengan penuh keyakinan. "Gue pengen banget liat lo perform."

Setelah beberapa detik ragu, Niken akhirnya mengangguk. "Oke deh, cuma satu lagu, ya."

Ia berjalan ke mikrofon yang disiapkan di tengah ruangan, disambut tepuk tangan dari para tamu.

Musik mulai mengalun pelan, dan suara Niken mengisi ruangan.

Lembut, penuh emosi, dan terasa seperti membawa semua orang ke dunia lain.

When you try your best, but you don't succeed....

When you get what you want, but not what you need....

When you feel so tired, but you can't sleep....

Stuck in reverse....

Semua orang terdiam, terpesona oleh penampilannya.

Bahkan Alfan, yang biasanya paling heboh, hanya bisa melongo kagum.

Remy berdiri di dekat meja, menatap Niken dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Dalam hati, ia merasa sedikit bangga, tetapi juga teringat pada masa-masa mereka dulu—saat semua ini terasa jauh dari mungkin.

Saat lagu selesai, tepuk tangan menggema. Niken kembali ke tempatnya, wajahnya sedikit memerah karena malu, tapi senyum di bibirnya tidak bisa disembunyikan.

"Keren abis gila Nik," ujar Remy pelan ketika Niken mendekat.

Niken tersenyum lembut. "Thanks, Rem."

Remy mengangguk, kali ini dengan senyum yang lebih hangat nan tenang.

"Terusin, Nik." katanya. "Paling satu tahun lagi gue udah punya temen penyanyi populer."

Yudha tiba-tiba udah di samping mereka berdua, "Temen apa temen nih Rem?" tanyanya seraya tersenyum usil.

Remy langsung menjitak kepala Yudha kuat-kuat.

"Anjing!" umpat Yudha kepada Remy, kedua tangannya memegang tempat ia di jitak. "Sakit bego."

Remy tersenyum, matanya berkilat licik. "Sorry ya yud, kaget gue." ketahuan banget tuh bohongnya.

Terpopuler

Comments

YUDA PANJAITAN

YUDA PANJAITAN

FIX YOU, Coldplay?

2025-02-08

1

ucup

ucup

santai broo

2024-12-22

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 – Sistem All-in-One
2 Chapter 2 – Penghuni Baru Kost
3 Chapter 3 – Gitaris Terhebat Sepanjang Masa
4 Chapter 4 – Percakapan Antar CEO
5 Translate Bab 4
6 Chapter 5 - Salah kira
7 Chapter 6 — Panci Merah
8 Chapter 7 - Drama Single Seat
9 Chapter 8 - Win Streak
10 Chapter 9 - Reuni SMA
11 Chapter 10 - Ketahuan jadi CEO
12 Chapter 11 - Trinova Sounds
13 Chapter 12 - Main Futsal
14 Chapter 13 - Anak Bos Gangster
15 Chapter 14 - Masalah baru
16 Chapter 15 - Di keroyok!!
17 Chapter 16 - Kenalan lama
18 Chapter 17 - Jenguk Yudha
19 Episode Spesial — Alternatif Plot
20 Chapter 18 - Ketemu mantan
21 Chapter 19 - Ketauan jadi CEO kedua kalinya jir
22 Chapter 20 - Musuh bokap Laila dateng lagi
23 Chapter 21 - Bantai-Bantai
24 Chapter 22 - Ketemu pak Kaladin
25 Chapter 23 - Ngobrol sama Pak Kaladin
26 Chapter 24 - Kejar-kejaran sama polisi
27 Chapter 25 - Hacker Kostan
28 Chapter 26 - Usulan libur akhir tahun
29 Chapter 27 - Diskusi Liburan
30 Chapter 28 - Kejutan di Bandara
31 Chapter 29 - Kedatangan di Jepang
32 Chapter 30 - Eksplorasi Tokyo dan Kyoto
33 Chapter 31 - SELAMAT TAHUN BARU!!
34 Chapter 32 - Akhir Liburan
35 Episode Spesial - Highlight Liburan
36 Chapter 33 - Kebuntuan Riset
37 Chapter 34 - Terobosan
38 Chapter 35 - Deklarasi kemenangan
39 Translate Bab 35
40 Chapter 36 - Lagu Tiktok
41 Chapter 37 - Ngobrol sama Gojek
42 Chapter 38 - Rekaman Demo Niken
43 Chapter 39 - Pertanyaan aneh Niken
44 Chapter 40 - Penghuni Baru Kost(lagi)
45 Chapter 41 - Pertemuan Niken dan Claire
46 Chapter 42 - Obrolan Santai
47 Episode Spesial - Kehidupan Yudha
48 Chapter 43 - Berita Hoax
49 Chapter 44 - Kejatuhan Sementara
50 Chapter 45 - Rencana Pembalasan
51 Chapter 46 - Wawancara
52 Chapter 47 - Pertemuan dengan Predator Bisnis
53 Chapter 48 - Bawahan Baru
54 Chapter 49 - Kemampuan Liam & The Gank
55 Chapter 50 - Horor banget cik
56 Chapter 51 - Anomali
57 Chapter 52 - Yang terlupakan
58 Episode Spesial - Azareth Vaal'Zir
59 Chapter 53 - Awal
60 Chapter 54 - Siapa Orang Ganteng ini?
61 Chapter 55 - Kebenaran Dunia
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Chapter 1 – Sistem All-in-One
2
Chapter 2 – Penghuni Baru Kost
3
Chapter 3 – Gitaris Terhebat Sepanjang Masa
4
Chapter 4 – Percakapan Antar CEO
5
Translate Bab 4
6
Chapter 5 - Salah kira
7
Chapter 6 — Panci Merah
8
Chapter 7 - Drama Single Seat
9
Chapter 8 - Win Streak
10
Chapter 9 - Reuni SMA
11
Chapter 10 - Ketahuan jadi CEO
12
Chapter 11 - Trinova Sounds
13
Chapter 12 - Main Futsal
14
Chapter 13 - Anak Bos Gangster
15
Chapter 14 - Masalah baru
16
Chapter 15 - Di keroyok!!
17
Chapter 16 - Kenalan lama
18
Chapter 17 - Jenguk Yudha
19
Episode Spesial — Alternatif Plot
20
Chapter 18 - Ketemu mantan
21
Chapter 19 - Ketauan jadi CEO kedua kalinya jir
22
Chapter 20 - Musuh bokap Laila dateng lagi
23
Chapter 21 - Bantai-Bantai
24
Chapter 22 - Ketemu pak Kaladin
25
Chapter 23 - Ngobrol sama Pak Kaladin
26
Chapter 24 - Kejar-kejaran sama polisi
27
Chapter 25 - Hacker Kostan
28
Chapter 26 - Usulan libur akhir tahun
29
Chapter 27 - Diskusi Liburan
30
Chapter 28 - Kejutan di Bandara
31
Chapter 29 - Kedatangan di Jepang
32
Chapter 30 - Eksplorasi Tokyo dan Kyoto
33
Chapter 31 - SELAMAT TAHUN BARU!!
34
Chapter 32 - Akhir Liburan
35
Episode Spesial - Highlight Liburan
36
Chapter 33 - Kebuntuan Riset
37
Chapter 34 - Terobosan
38
Chapter 35 - Deklarasi kemenangan
39
Translate Bab 35
40
Chapter 36 - Lagu Tiktok
41
Chapter 37 - Ngobrol sama Gojek
42
Chapter 38 - Rekaman Demo Niken
43
Chapter 39 - Pertanyaan aneh Niken
44
Chapter 40 - Penghuni Baru Kost(lagi)
45
Chapter 41 - Pertemuan Niken dan Claire
46
Chapter 42 - Obrolan Santai
47
Episode Spesial - Kehidupan Yudha
48
Chapter 43 - Berita Hoax
49
Chapter 44 - Kejatuhan Sementara
50
Chapter 45 - Rencana Pembalasan
51
Chapter 46 - Wawancara
52
Chapter 47 - Pertemuan dengan Predator Bisnis
53
Chapter 48 - Bawahan Baru
54
Chapter 49 - Kemampuan Liam & The Gank
55
Chapter 50 - Horor banget cik
56
Chapter 51 - Anomali
57
Chapter 52 - Yang terlupakan
58
Episode Spesial - Azareth Vaal'Zir
59
Chapter 53 - Awal
60
Chapter 54 - Siapa Orang Ganteng ini?
61
Chapter 55 - Kebenaran Dunia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!