Chapter 6 — Panci Merah

Malam telah tiba, bulan berada di langit dengan kemiringan seolah menunjuk ke arah barat laut. Jika diibaratkan sebagai jam, sisi kiri Bulan, tepat di garis horizontal yang sejajar dengan pusatnya.

Gak paham? Intinya jam 21—9 malam—lebih beberapa menit.

Remy turun perlahan dari motor beat karbu milik seorang pria muda—driver ojek online.

Kemudian ia merogoh saku nya untuk membayar.

Remy mengeluarkan uang 100ribu rupiah, lalu memberikannya kepada driver online tersebut.

Pria itu langsung berjalan menuju gerbang kost, meninggalkan driver ojek dengan langkahnya yang santai.

"Eh, bang!" panggil driver ojek. "Uangnya kebanyakan ini."

Remy berhenti sejenak, menoleh ke belakang sambil berkata. "Ambil aja bang, saya lagi buru-buru."

Pria muda itu kebingungan, "Beneran bang? Makasih loh." dia mengangguk seraya tersenyum, sebelum akhirnya melesat pergi.

Remy tersenyum tipis melihat kepergiannya, kemudian mengarahkan kembali pandangannya ke depan.

"Setan!" teriaknya, terkejut karena Alfan yang tiba-tiba sudah berada di depan mukanya.

Alfan tertawa melihat ekspresi Remy. "Buru-buru banget nih Tuwan Ci e o?" tanyanya. Lebih ke sarkas inimah bukan pertanyaan.

Remy melangkah melewati Alfan, menghindarinya seperti belut.

"Gausah lebay Fan, lagi males gua." katanya, males ngeladenin Alfan yang lagi kayak gini.

Alfan berjalan di samping Remy, mengangguk beberapa kali. "Iyaaa maaf deehhh yaa.. Tuan Ci e o..."

Dia tertawa kecil sebelum pergi meninggalkan Remy untuk mengambil asbak di kamar Yudha, sedangkan Remy mengambil stop kontak listrik dari kamarnya.

Mereka berdua duduk di depan kamar Yudha, bengong sebentar.

Setelah keheningan itu, Alfan memulai pembicaraan namun segera di hentikan dengan Remy yang mengeluarkan rokok L.A Ice satu slop.

Mata Remy bersinar, menatap Alfan sangat tajam. "Mau ngomong sesuatu, Fan?" tuturnya dengan suara lembut namun menghanyutkan. Nahan napas dia, biar kerasa ngeri karena hening.

"Iya," jawab Alfan, membalikan tekanan Remy dengan senyuman ramahnya.

Remy mengeluarkan napas panjang, mengambil rokok sebatang lalu menaruhnya di mulut.

Telapak tangannya mengambil korek cricket yang tiba-tiba muncul di saku-nya, lalu membakar rokok di mulutnya.

"mwau nanywa apwa?" tanya Remy, suaranya sedikit tidak jelas karena ada rokok di mulutnya.

Alfan menoleh ke arah gerbang, "Tadi lo di jemput pake mobil kan?" tanyanya. "Kok pulang pake gojek."

"Fyuhhh~" Remy mengeluarkan asap dari mulutnya.

"Oh itu," dia mengangguk, mulai mengingat kejadian sebelumnya. "Gue gak mau naik mobil yang mahal, naik perhatian banget soalnya. Jadi yaa gue lebih milih naik ojek."

"Oalah, gitu doang?" ucap Alfan, sambil berpura-pura menguap.

Melihat reaksi temannya, Remy tersenyum. Tapi giginya yang mengeras terlihat jelas woi.

Dia mengarahkan ujung batang rokoknya ke arah lengan kiri Alfan. Sampe kena jir.

"Anjing panas!" teriak Alfan, lompat karena terkejut.

"HWHAHAHAHHAHA MAMPUS!!!" Remy tertawa lepas melihat Alfan yang mengelus-elus lengan kirinya karena kepanasan.

"Ketawa lo bangsat," umpat Alfan kepada kawannya.

Ctaang!

Sebuah panci memukul belakang kepala Remy dengan kuat, menimbulkan kebisingan.

"Argh!" jerit Remy kesakitan, memegang belakang kepalanya. Dia menoleh ke belakang, "Siapa yang mukul kepala gue..?!!" serunya.

"Ane, kenape?" suara wanita tua yang sangat mengintimidasi, dengan panci merah di telapak tangannya.

"Bu Sari...??" gumam Remy lirih, hampir tak terdengar.

Sangking mengintimidasinya, rasa panas di lengan kiri Alfan pun hilang, dia seketika menjadi bisu karena kedatangan Bu Sari.

"Lo pada kira ini jam berapa?" tanya Bu Sari kesal.

"Se-sembilan..?" jawab Remy terbata-bata.

"Terus kenapa berisik?!" tanya Bu Remy lagi, kemarahannya udah di puncak.

Laila keluar dari kamar. Rambutnya sedikit acak-acakan, namun malah terlihat menggoda di wajahnya yang cantik.

Intimidasi Bu Remy yang mematikan segera tergantikan dengan pesona sang dewi kecantikan Laila. Dramatis bener.

Perhatian duo sejoli itu segera teralihkan kepada Laila yang mengenakan piyama lucunya. Bu Sari juga teralihkan btw.

"CANTIK BANGET COK?!?" batin dua pria itu, hingga tak sadar mulut mereka terbuka perlahan.

"Woiii!!!" teriak Yudha dari luar kost, "Tolong bukain gerbang dong!"

Remy dan Alfan saling menatap satu sama lain, kemudian melirik Bu Sari yang kini tengah teralihkan teriakan Yudha.

Mereka berdua mengangguk. Dan tanpa banyak basa basi, mereka melesat secepat mungkin menuju gerbang kost.

"Eh, mau kemane lu pada!" ujar Bu Sari, segera berlari mengejar mereka berdua.

Laila tertawa kecil melihat kejadian tersebut, dia menganggapnya lucu. Padahal mah gak ada lucu-lucunya.

Remy dan Alfan tiba di gerbang kost sambil terengah-engah.

"Fan, buka gerbang cepetan!" Remy berbisik dengan nada mendesak.

"Lu kira gampang? Kuncinya nyangkut, Rem!" balas Alfan, tangannya gemetaran mencoba memutar kunci gerbang yang tampaknya lebih tua dari hubungan mereka dengan Bu Sari.

"Woi! keburu kita mati digoreng Bu Sari!" Remy hampir kehilangan kesabaran, melirik ke belakang hanya untuk melihat Bu Sari mengangkat pancinya tinggi-tinggi, seperti gladiator siap bertarung.

"Awas, sini gue!" Remy mendorong Alfan ke samping dan mengambil alih kunci.

Dengan satu tarikan penuh tekanan, akhirnya gerbang terbuka dengan suara kreet yang keras.

Di luar, Yudha berdiri dengan tangan penuh membawa sekantong besar martabak.

"Apa-apaan lu pada, buru-buru amat," ucap Yudha, bingung melihat keduanya tampak seperti dikejar anjing liar.

"Martabak, Bang?" Alfan menatap kantong di tangan Yudha, matanya langsung berbinar.

"Udah jelas, Fan. Masa kantong ginian isinya berlian?" balas Yudha sarkas, menyerahkan martabak itu ke Alfan.

Remy yang masih ngos-ngosan menoleh ke arah Bu Sari yang mulai mendekat.

Matanya melebar, lalu tanpa berpikir panjang, dia menarik lengan Yudha dan berbisik, "Bu Sari bawa panci merah, bro."

Yudha langsung bereaksi, "Bjir, serius lo?"

"Serius lah" kata Remy, sambil mendorong Yudha ke dalam kost sambil membawa martabak itu.

Namun, langkah mereka tertahan saat Bu Sari tiba tepat di belakang mereka, napasnya terengah-engah. Panci merahnya masih tergenggam erat.

"Apaan tuh?!" bentak Bu Sari, yang kini sudah berdiri di dekat mereka. Tatapan matanya setajam pisau dapur.

"Kami beli ini buat ibu!" kata Alfan cepat-cepat, dengan senyuman palsu selebar mungkin.

Dia memberikan sekantong besar martabak tersebut pada Bu Sari.

Bu Sari memandang mereka bertiga curiga, "Hmmm, kali ini saya maafin." ucapnya sambil menerima martabak tersebut. "Tapi jangan berisik lagi, ya!"

"Lo pada hati-hati napa lain kali," ujar Yudha. "Gue gak mau kena pentung panci."

"Lo nggak tau, kan?" Remy menepuk bahu Yudha dengan ekspresi serius. "Panci merah Bu Sari itu warisan. Katanya bisa ngeluarin aura intimidasi."

"Bohong lo," sahut Yudha skeptis.

Tapi Alfan mengangguk dramatis. "Percaya, bro. Gue udah lihat Remy tadi hampir mati gara-gara kena panci itu."

"Lebay abis," kata Yudha sambil berjalan masuk ke kost mereka.

Alfan dan Remy tertawa, kemudian ikut berjalan di sisi Yudha.

Episodes
1 Chapter 1 – Sistem All-in-One
2 Chapter 2 – Penghuni Baru Kost
3 Chapter 3 – Gitaris Terhebat Sepanjang Masa
4 Chapter 4 – Percakapan Antar CEO
5 Translate Bab 4
6 Chapter 5 - Salah kira
7 Chapter 6 — Panci Merah
8 Chapter 7 - Drama Single Seat
9 Chapter 8 - Win Streak
10 Chapter 9 - Reuni SMA
11 Chapter 10 - Ketahuan jadi CEO
12 Chapter 11 - Trinova Sounds
13 Chapter 12 - Main Futsal
14 Chapter 13 - Anak Bos Gangster
15 Chapter 14 - Masalah baru
16 Chapter 15 - Di keroyok!!
17 Chapter 16 - Kenalan lama
18 Chapter 17 - Jenguk Yudha
19 Episode Spesial — Alternatif Plot
20 Chapter 18 - Ketemu mantan
21 Chapter 19 - Ketauan jadi CEO kedua kalinya jir
22 Chapter 20 - Musuh bokap Laila dateng lagi
23 Chapter 21 - Bantai-Bantai
24 Chapter 22 - Ketemu pak Kaladin
25 Chapter 23 - Ngobrol sama Pak Kaladin
26 Chapter 24 - Kejar-kejaran sama polisi
27 Chapter 25 - Hacker Kostan
28 Chapter 26 - Usulan libur akhir tahun
29 Chapter 27 - Diskusi Liburan
30 Chapter 28 - Kejutan di Bandara
31 Chapter 29 - Kedatangan di Jepang
32 Chapter 30 - Eksplorasi Tokyo dan Kyoto
33 Chapter 31 - SELAMAT TAHUN BARU!!
34 Chapter 32 - Akhir Liburan
35 Episode Spesial - Highlight Liburan
36 Chapter 33 - Kebuntuan Riset
37 Chapter 34 - Terobosan
38 Chapter 35 - Deklarasi kemenangan
39 Translate Bab 35
40 Chapter 36 - Lagu Tiktok
41 Chapter 37 - Ngobrol sama Gojek
42 Chapter 38 - Rekaman Demo Niken
43 Chapter 39 - Pertanyaan aneh Niken
44 Chapter 40 - Penghuni Baru Kost(lagi)
45 Chapter 41 - Pertemuan Niken dan Claire
46 Chapter 42 - Obrolan Santai
47 Episode Spesial - Kehidupan Yudha
48 Chapter 43 - Berita Hoax
49 Chapter 44 - Kejatuhan Sementara
50 Chapter 45 - Rencana Pembalasan
51 Chapter 46 - Wawancara
52 Chapter 47 - Pertemuan dengan Predator Bisnis
53 Chapter 48 - Bawahan Baru
54 Chapter 49 - Kemampuan Liam & The Gank
55 Chapter 50 - Horor banget cik
56 Chapter 51 - Anomali
57 Chapter 52 - Yang terlupakan
58 Episode Spesial - Azareth Vaal'Zir
59 Chapter 53 - Awal
60 Chapter 54 - Siapa Orang Ganteng ini?
61 Chapter 55 - Kebenaran Dunia
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Chapter 1 – Sistem All-in-One
2
Chapter 2 – Penghuni Baru Kost
3
Chapter 3 – Gitaris Terhebat Sepanjang Masa
4
Chapter 4 – Percakapan Antar CEO
5
Translate Bab 4
6
Chapter 5 - Salah kira
7
Chapter 6 — Panci Merah
8
Chapter 7 - Drama Single Seat
9
Chapter 8 - Win Streak
10
Chapter 9 - Reuni SMA
11
Chapter 10 - Ketahuan jadi CEO
12
Chapter 11 - Trinova Sounds
13
Chapter 12 - Main Futsal
14
Chapter 13 - Anak Bos Gangster
15
Chapter 14 - Masalah baru
16
Chapter 15 - Di keroyok!!
17
Chapter 16 - Kenalan lama
18
Chapter 17 - Jenguk Yudha
19
Episode Spesial — Alternatif Plot
20
Chapter 18 - Ketemu mantan
21
Chapter 19 - Ketauan jadi CEO kedua kalinya jir
22
Chapter 20 - Musuh bokap Laila dateng lagi
23
Chapter 21 - Bantai-Bantai
24
Chapter 22 - Ketemu pak Kaladin
25
Chapter 23 - Ngobrol sama Pak Kaladin
26
Chapter 24 - Kejar-kejaran sama polisi
27
Chapter 25 - Hacker Kostan
28
Chapter 26 - Usulan libur akhir tahun
29
Chapter 27 - Diskusi Liburan
30
Chapter 28 - Kejutan di Bandara
31
Chapter 29 - Kedatangan di Jepang
32
Chapter 30 - Eksplorasi Tokyo dan Kyoto
33
Chapter 31 - SELAMAT TAHUN BARU!!
34
Chapter 32 - Akhir Liburan
35
Episode Spesial - Highlight Liburan
36
Chapter 33 - Kebuntuan Riset
37
Chapter 34 - Terobosan
38
Chapter 35 - Deklarasi kemenangan
39
Translate Bab 35
40
Chapter 36 - Lagu Tiktok
41
Chapter 37 - Ngobrol sama Gojek
42
Chapter 38 - Rekaman Demo Niken
43
Chapter 39 - Pertanyaan aneh Niken
44
Chapter 40 - Penghuni Baru Kost(lagi)
45
Chapter 41 - Pertemuan Niken dan Claire
46
Chapter 42 - Obrolan Santai
47
Episode Spesial - Kehidupan Yudha
48
Chapter 43 - Berita Hoax
49
Chapter 44 - Kejatuhan Sementara
50
Chapter 45 - Rencana Pembalasan
51
Chapter 46 - Wawancara
52
Chapter 47 - Pertemuan dengan Predator Bisnis
53
Chapter 48 - Bawahan Baru
54
Chapter 49 - Kemampuan Liam & The Gank
55
Chapter 50 - Horor banget cik
56
Chapter 51 - Anomali
57
Chapter 52 - Yang terlupakan
58
Episode Spesial - Azareth Vaal'Zir
59
Chapter 53 - Awal
60
Chapter 54 - Siapa Orang Ganteng ini?
61
Chapter 55 - Kebenaran Dunia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!