Chapter 15 - Di keroyok!!

Mereka berdua berjalan menuju lokasi terakhir tempat Alfan melihat geng itu.

Langkah Remy percaya diri, sementara Alfan dengan susah payah mengikutinya.

"Fan, lo inget wajah mereka gak?" tanya Remy sambil terus berjalan.

"Inget. Yang paling jelas, ada satu orang dengan tato naga di lehernya," jawab Alfan.

"Tato naga?" gumam Remy, matanya menyipit tajam.

Ketika mereka sampai di tempat yang dimaksud, suasana sudah sepi.

Tapi jejak darah dan barang-barang yang berserakan di tanah memberikan cukup petunjuk.

Remy membungkuk, mengambil pecahan botol yang masih berlumuran darah. "Sistem, tunjukkin mereka dimana." ucapnya dalam hati.

[376 meter ke arah selatan. Di sebuah gedung terbengkalai.]

"Mereka nggak jauh." kata Remy memberitahu Alfan, mulai berjalan menuju arah yang di tunjukkan sistem "Sini ikut gue."

Mereka bedua mulai berjalan ke selatan, seraya memperhatikan sekitar dengan waspada.

"Sistem, lo tau kekuatan gue sekarang apa gak?" tanya Remy dalam hati.

[Tentu saya tahu]

"Bisa ngalahin ratusan orang yang bawa sajam apa enggak?" tanyanya lagi.

[Tidak]

"Gitu ya," gumam Remy dalam pikiran, ingin membuat permintaan. "Kasih gue kemampuan berantem yang bisa ngalahin ratusan orang yang bawa sajam dong."

[Di mengerti. Host sekarang memiliki kemampuan bertarung yang mampu menghadapi seribu orang bersenjata sajam]

"Thanks." ucap Remy.

Setelah berjalan cukup lama, mereka berdua akhirnya sampai di depan lokasi.

Remy berhenti, menatap gedung di depan nya. Terdapat sebuah gedung tua kotor tak terurus.

"Mereka di sini." gumam nya, bergegas memasuki gedung. Di ikuti Alfan.

Ketika mereka sudah masuk ke dalam gedung, ratusan orang sudah berada di sana.

Tubuh Alfan sedikit bergetar karena ketakutan, mengepalkan telapak tangannya erat-erat.

Remy melirik Alfan, dia berkata. "Kalo takut, balik sekarang aja Fan. Gue sendirian juga bisa kok."

Seorang pria bertubuh besar, dengan rambut panjang bergaya mullet, berdiri di depan mereka, tangan terlipat di dada.

"Woi, duo cungkring, lo nggak salah jalan, ya?" suaranya berat, dengan nada meremehkan.

Remy menatap pria itu tanpa ekspresi, membuat suasana terasa dingin.

"Mau gue bacok lo?" pria itu bertanya, mendekati Remy dengan langkah lebar, matanya penuh dengan penghinaan

Dengan cepat, Remy memutar tubuhnya, dan dalam sekejap, dia melayangkan pukulan keras ke wajah pria itu.

Pukulan itu begitu cepat dan terarah, sampai pria besar itu hanya sempat mendelik sebelum terjatuh dengan keras ke lantai.

"Banyak bacot anjing," Remy berkomentar ringan, tangan kanannya memegang leher belakang.

Dia menatap yang lainnya, bertanya dengan suara dingin dan penuh kemarahan. "Lo pada taro mana kawan-kawan gue?!"

Melihat kejadian tersebut, mereka semua—ratusan orang—langsung berlari menuju Remy .

Remy berdiri tenang, mengamati ratusan orang yang berlari ke arahnya. Sementara itu, Alfan gemetaran, tapi tetap bersiap.

"Fan, jangan jauh-jauh dari gue," ujar Remy sambil melangkah ke depan, seolah-olah jumlah musuh di depannya tak ada artinya.

"Siapa takut?" Alfan mencoba terdengar berani, meski suaranya bergetar.

Gelombang pertama langsung menghampiri. Remy melompat, tubuhnya berputar di udara.

Kaki kanannya menghantam kepala salah satu lawan, sementara tangan kirinya mencengkeram leher musuh lain, melemparkannya ke arah yang ketiga.

Tubuhnya mendarat mulus, langsung melanjutkan dengan tendangan rendah yang membuat empat orang di depannya terjungkal.

"Fan! Mundur!" teriak Remy, menarik Alfan ke belakangnya.

"Lo nggak perlu ngelindungin gue terus tai!" Alfan mencoba maju, tapi langsung mundur lagi saat dua orang dengan senjata tajam mendekat.

Remy memutar badannya, menendang kedua senjata itu dari tangan musuh.

Pisau-pisau itu terlempar, memantul ke lantai. Dalam gerakan yang sama, dia menunduk untuk menghindari pukulan dan meluncur ke depan, menghantam perut lawan dengan siku.

Alfan mencoba menyerang satu lawan dengan pukulan, tapi musuhnya langsung membalas dengan tongkat kayu yang hampir menghantam kepalanya.

Sebelum tongkat itu mengenai, Remy muncul dari sisi kanan, mencengkram tongkat itu, lalu memutar tubuhnya dan menghantamkannya ke musuh.

"Fan, fokus buat nggak mati aja, ya," kata Remy dengan nada santai, meski dia terus bergerak cepat.

Tiga orang berlari bersamaan, masing-masing memegang benda tajam.

Remy melompat ke dinding, menapak dengan dua langkah akrobatik sebelum meluncur ke arah mereka, menghantam kepala salah satu dengan lutut.

Dia mendarat di atas bahu salah satu musuh lain, menjepit lehernya dengan kaki, lalu memutar tubuh hingga orang itu terjatuh keras ke lantai.

Alfan terhuyung ke belakang, dikejar oleh dua orang.

Remy menyadarinya dan berlari ke arah temannya, meluncur rendah di lantai dengan kaki terentang, menjegal lawan-lawan itu.

Mereka terjatuh dengan keras, dan Remy langsung berdiri, menendang satu di antaranya hingga terpental.

"Di bilang mundur aja anjing," kata Remy sambil melompat ke udara, menghindari serangan dari belakang.

Ratusan orang mulai menyerbu sekaligus. Remy memutar tubuhnya, tangannya mencengkram balok kayu di lantai.

Dengan senjata itu, dia menebas mundur beberapa musuh, memanfaatkan kekuatan dan kecepatannya untuk menciptakan ruang.

Tapi semakin banyak yang datang, semakin sulit bagi Remy untuk menjaga jarak.

Seorang pria besar mendekatinya dari sisi kanan, membawa linggis.

Remy melompat tinggi, mendarat di pundak pria itu, lalu menghantamkan balok kayu ke kepalanya.

Linggis itu terlepas, dan Remy memanfaatkannya, melempar senjata itu ke arah seorang musuh lain yang mencoba menyerang Alfan.

"Aduh, gue hampir aja kena tadi!" Alfan mengeluh, mencoba menghindari serangan lain.

"Apa gue bilang bangsat" balas Remy sambil melemparkan tendangan melingkar yang mengenai tiga orang sekaligus.

Seorang musuh yang membawa rantai logam menyerang Remy dengan ganas.

Remy berputar cepat, menangkap rantai itu di udara, dan menarik musuhnya dengan kekuatan penuh.

Orang itu terlempar ke depan, langsung dihantam oleh siku Remy.

Remy terus bergerak, melompat ke dinding, menendang ke arah musuh yang mencoba menyerangnya dari bawah.

Dia memanfaatkan gravitasi untuk memberikan lebih banyak kekuatan pada serangannya, membuat lawan-lawannya terpental seperti boneka kain.

Di tengah semua itu, Alfan terjebak di sudut ruangan. Dua orang mendekatinya dengan ekspresi licik.

Remy berlari cepat, tubuhnya melayang rendah, lalu menghantam mereka dengan bahunya.

Alfan, yang masih terlihat panik, hanya bisa terdiam.

"Fan, fokus napas aja. Gue urus semuanya," ucap Remy sambil berdiri tegak, menatap musuh yang terus datang.

Jumlah lawan semakin berkurang, tapi mereka yang tersisa mulai membawa senjata yang lebih berbahaya.

Remy memanfaatkan meja di ruangan itu, melompat ke atasnya, lalu meluncur turun dengan gaya parkour, menghantam lawan dengan sikunya di tengah jalan.

Empat orang dengan golok menyerbu sekaligus.

Remy bergerak cepat, menangkap tangan salah satu, memelintirnya hingga golok itu terlepas, lalu menggunakannya untuk melumpuhkan yang lain.

"Lo serius nggak capek, Rem?" Alfan bertanya, masih terengah-engah.

"Adrenalin, Fan. Gue bisa terus gini sampai pagi!" Remy tertawa kecil, meskipun tubuhnya sudah dipenuhi keringat.

Sisa-sisa lawan akhirnya ragu untuk maju. Mereka saling bertukar pandang, ketakutan mulai tampak di wajah mereka.

Namun, Remy tak memberi mereka waktu untuk berpikir.

Dia melompat maju, menghantam salah satu dari mereka dengan tendangan berputar yang membuatnya terkapar.

Dalam waktu kurang dari 15 menit, ratusan orang yang semula penuh percaya diri kini tergeletak tak berdaya di lantai.

Beberapa masih mengerang kesakitan, sementara yang lain sudah tak sadarkan diri.

Alfan, yang sejak tadi hanya menjadi beban, akhirnya duduk di lantai, terengah-engah. "Gila lo, Rem. Gue nggak tahu gimana lo bisa kayak gini."

Remy hanya mengangkat bahu, mengambil napas panjang. "Sistem yang bagus."

"Apaan tuh sistem?" tanya Alfan bingung.

Remy hanya tersenyum kecil, lalu menatap ke arah salah satu lawan yang masih sadar.

Dia mendekatinya perlahan, lalu mencengkram kerah bajunya.

"Di mana kawan-kawan gue?" tanyanya dengan nada dingin.

Pria itu hanya bisa mengangguk cepat. "Mereka... mereka ada di lantai atas... diikat..."

Remy melepaskannya, lalu berdiri. "Fan, ayo."

Alfan mengangguk, meski dengan tubuh yang masih lemas. "Gas!"

Terpopuler

Comments

acid

acid

novel ini asik. sumpah baru kali ini ketemu cerita yg gak membosankan..
semangat Thor

2025-03-13

0

Ahmad R Laros

Ahmad R Laros

np g d cacatin aja semus

2025-02-24

1

Rohmat setiawan

Rohmat setiawan

alfan beban cok..

2025-01-12

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 – Sistem All-in-One
2 Chapter 2 – Penghuni Baru Kost
3 Chapter 3 – Gitaris Terhebat Sepanjang Masa
4 Chapter 4 – Percakapan Antar CEO
5 Translate Bab 4
6 Chapter 5 - Salah kira
7 Chapter 6 — Panci Merah
8 Chapter 7 - Drama Single Seat
9 Chapter 8 - Win Streak
10 Chapter 9 - Reuni SMA
11 Chapter 10 - Ketahuan jadi CEO
12 Chapter 11 - Trinova Sounds
13 Chapter 12 - Main Futsal
14 Chapter 13 - Anak Bos Gangster
15 Chapter 14 - Masalah baru
16 Chapter 15 - Di keroyok!!
17 Chapter 16 - Kenalan lama
18 Chapter 17 - Jenguk Yudha
19 Episode Spesial — Alternatif Plot
20 Chapter 18 - Ketemu mantan
21 Chapter 19 - Ketauan jadi CEO kedua kalinya jir
22 Chapter 20 - Musuh bokap Laila dateng lagi
23 Chapter 21 - Bantai-Bantai
24 Chapter 22 - Ketemu pak Kaladin
25 Chapter 23 - Ngobrol sama Pak Kaladin
26 Chapter 24 - Kejar-kejaran sama polisi
27 Chapter 25 - Hacker Kostan
28 Chapter 26 - Usulan libur akhir tahun
29 Chapter 27 - Diskusi Liburan
30 Chapter 28 - Kejutan di Bandara
31 Chapter 29 - Kedatangan di Jepang
32 Chapter 30 - Eksplorasi Tokyo dan Kyoto
33 Chapter 31 - SELAMAT TAHUN BARU!!
34 Chapter 32 - Akhir Liburan
35 Episode Spesial - Highlight Liburan
36 Chapter 33 - Kebuntuan Riset
37 Chapter 34 - Terobosan
38 Chapter 35 - Deklarasi kemenangan
39 Translate Bab 35
40 Chapter 36 - Lagu Tiktok
41 Chapter 37 - Ngobrol sama Gojek
42 Chapter 38 - Rekaman Demo Niken
43 Chapter 39 - Pertanyaan aneh Niken
44 Chapter 40 - Penghuni Baru Kost(lagi)
45 Chapter 41 - Pertemuan Niken dan Claire
46 Chapter 42 - Obrolan Santai
47 Episode Spesial - Kehidupan Yudha
48 Chapter 43 - Berita Hoax
49 Chapter 44 - Kejatuhan Sementara
50 Chapter 45 - Rencana Pembalasan
51 Chapter 46 - Wawancara
52 Chapter 47 - Pertemuan dengan Predator Bisnis
53 Chapter 48 - Bawahan Baru
54 Chapter 49 - Kemampuan Liam & The Gank
55 Chapter 50 - Horor banget cik
56 Chapter 51 - Anomali
57 Chapter 52 - Yang terlupakan
58 Episode Spesial - Azareth Vaal'Zir
59 Chapter 53 - Awal
60 Chapter 54 - Siapa Orang Ganteng ini?
61 Chapter 55 - Kebenaran Dunia
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Chapter 1 – Sistem All-in-One
2
Chapter 2 – Penghuni Baru Kost
3
Chapter 3 – Gitaris Terhebat Sepanjang Masa
4
Chapter 4 – Percakapan Antar CEO
5
Translate Bab 4
6
Chapter 5 - Salah kira
7
Chapter 6 — Panci Merah
8
Chapter 7 - Drama Single Seat
9
Chapter 8 - Win Streak
10
Chapter 9 - Reuni SMA
11
Chapter 10 - Ketahuan jadi CEO
12
Chapter 11 - Trinova Sounds
13
Chapter 12 - Main Futsal
14
Chapter 13 - Anak Bos Gangster
15
Chapter 14 - Masalah baru
16
Chapter 15 - Di keroyok!!
17
Chapter 16 - Kenalan lama
18
Chapter 17 - Jenguk Yudha
19
Episode Spesial — Alternatif Plot
20
Chapter 18 - Ketemu mantan
21
Chapter 19 - Ketauan jadi CEO kedua kalinya jir
22
Chapter 20 - Musuh bokap Laila dateng lagi
23
Chapter 21 - Bantai-Bantai
24
Chapter 22 - Ketemu pak Kaladin
25
Chapter 23 - Ngobrol sama Pak Kaladin
26
Chapter 24 - Kejar-kejaran sama polisi
27
Chapter 25 - Hacker Kostan
28
Chapter 26 - Usulan libur akhir tahun
29
Chapter 27 - Diskusi Liburan
30
Chapter 28 - Kejutan di Bandara
31
Chapter 29 - Kedatangan di Jepang
32
Chapter 30 - Eksplorasi Tokyo dan Kyoto
33
Chapter 31 - SELAMAT TAHUN BARU!!
34
Chapter 32 - Akhir Liburan
35
Episode Spesial - Highlight Liburan
36
Chapter 33 - Kebuntuan Riset
37
Chapter 34 - Terobosan
38
Chapter 35 - Deklarasi kemenangan
39
Translate Bab 35
40
Chapter 36 - Lagu Tiktok
41
Chapter 37 - Ngobrol sama Gojek
42
Chapter 38 - Rekaman Demo Niken
43
Chapter 39 - Pertanyaan aneh Niken
44
Chapter 40 - Penghuni Baru Kost(lagi)
45
Chapter 41 - Pertemuan Niken dan Claire
46
Chapter 42 - Obrolan Santai
47
Episode Spesial - Kehidupan Yudha
48
Chapter 43 - Berita Hoax
49
Chapter 44 - Kejatuhan Sementara
50
Chapter 45 - Rencana Pembalasan
51
Chapter 46 - Wawancara
52
Chapter 47 - Pertemuan dengan Predator Bisnis
53
Chapter 48 - Bawahan Baru
54
Chapter 49 - Kemampuan Liam & The Gank
55
Chapter 50 - Horor banget cik
56
Chapter 51 - Anomali
57
Chapter 52 - Yang terlupakan
58
Episode Spesial - Azareth Vaal'Zir
59
Chapter 53 - Awal
60
Chapter 54 - Siapa Orang Ganteng ini?
61
Chapter 55 - Kebenaran Dunia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!