Bab 7 Kebohongan Yang Terbongkar

    Aldian segera ke kamar mandi setelah penemuannya tadi. Firasatnya mengatakan bahwa Haliza saat ini sedang datang bulan pura-pura. Dengan melihat bukti obat merah dan pembalut bersayap, Aldian yakin Haliza sedang mengelabuinya.

    "Berani macam-macam perempuan itu. Bodohnya juga aku, kenapa selama ini percaya-percaya saja. Baiklah, akan aku kerjain sekalian." Aldian sudah berebah di atas ranjangnya sembari melihat Hp nya.

   Tidak berapa lama Haliza masuk, dia buru-buru menuju lemarinya. Lalu kembali lagi dan kini menuju kamar mandi sembari memegang pembalut malam di tangan sebelah kirinya.

    Aldian tertawa kecut, kini dia tahu itu hanya akal-akalan Haliza saja. Haliza sengaja memperlihatkan pembalut supaya dilihat Aldian.

    "Liza, apakah kamu tidak khawatir dengan keadaanmu yang sebulan penuh datang bulan, tapi kamu tidak mencoba periksa ke Bidan?" Langkah Haliza tertahan di tengah-tengah antara kamar dan kamar mandi.

    "Kenapa harus khawatir, orang ini darah haid," jawab Haliza santai.

    "Setahuku, jika perempuan yang datang bulannya tidak teratur dan hampir sebulan penuh, itu salah satu tanda ada penebalan dinding rahim dan merupakan tanda menopause dini. Kamu tahu apa itu menopause, apalagi di umur kamu yang masih 25, kamu kayaknya termasuk ke dalam kriteria menopause terlalu dini," tutur Aldian membuat Haliza menjengit dan merinding takut.

    Kalau Aldian melihat wajah Haliza, sepertinya dia bisa melihat kalau saat ini Haliza tengah meringis ketakutan. Aldian tersenyum jahat sembari melihat reaksi Haliza dengan ujung matanya. Gerakan tubuhnya yang gelisah memperlihatkan bahwa saat ini Haliza sedang ketakutan.

    "Aku memang datang bulan kok. Memangnya kamu tahu dari mana bahwa salah satu tanda menopause itu seperti itu, Mas?" respon Haliza setelah beberapa detik terpaku.

    "Aku tahu dari mamaku juga beberapa teman aku yang dokter. Kamu sebaiknya periksakan saja keadaan kamu. Kalau kamu menopause terlalu dini, gimana aku mau punya anak dari kamu? Sedangkan kalau perempuan sudah menopause, itu artinya dia sudah tidak bisa produktif lagi rahimnya, alias tidak akan punya keturunan," tandas Aldian telak. Hal ini membuat Haliza semakin takut.

    Haliza buru-buru masuk kamar ganti untuk mengganti pembalutnya dengan pembalut malam yang lebar dan panjang. Sebab hari ini Haliza memang benar-benar mendapatkan haid pertama di bulan ini yang darahnya lumayan banyak dihari pertama dan kedua.

    Di kamar mandi Haliza termenung, kata-kata Aldian tadi tentang menopause, cukup membuatnya takut. Padahal seharusnya ia tidak perlu takut, sebab selama ini ia hanya pura-pura datang bulan tidak selesai-selesai hampir sebulan. Yang Haliza takutkan adalah, apabila kebohongannya justru jadi bumerang. Bagaimana kalau dia nanti benar-benar menopause dini akibat kebohongannya.

    Tapi kali ini Haliza benar-benar datang bulan. Kalau tiga minggu kemarin, ia memang hanya akal-akalan saja untuk menghindari Aldian supaya tidak minta jatah nafkah batinnya.

    Haliza keluar kamar setelah berganti pembalut. Ia berjalan menghampiri meja rias yang bersebelahan dengan ranjang.

    "Sudah ganti pembalutnya?" tanya Aldian membuat Haliza heran. Sejak ia masuk kamar mandi, Aldian bertanya seputar kewanitaan. Hal ini membuat Haliza tidak biasa.

    "Sudah, Mas." Haliza menyahut seperlunya, lagipula ia masih kepikiran dengan ucapan Aldian tadi mengenai menopause.

    "Bersiaplah, malam ini aku akan ajak kamu ke rumah temanku. Dia Danru di kesatuanku. Malam ini kebetulan ia mengundang ke acara lima tahun pernikahannya," ujar Aldian memberitahu.

    Tanpa membantah, Haliza pun bersiap, meskipun ia sebetulnya tidak nyaman dengan keadaan dirinya yang sedang datang bulan. Mau menolak, rasanya tidak enak dan takut.

    Kini mereka dalam perjalanan menuju rumah Danru, Aldian mempercepat laju mobilnya. Sementara Haliza terlihat sangat gelisah dan tidak tenang sejak ia duduk di samping Aldian.

    Beberapa meter lagi mobil Aldian tiba di kediaman Danru, tapi Haliza tiba-tiba mengeluh seraya meraba-raba bokongnya, sangat tidak nyaman.

    "Kamu kenapa, gelisah begitu?" Aldian menoleh dengan heran.

    "Mas, bisa tidak, aku tidak ikut ke dalam rumah teman kamu, soalnya datang bulan aku sepertinya rembes dan tembus kena rok," ujar Haliza mengungkapkan kegelisahan yang sejak tadi ia rasakan. Haliza tidak menduga, darah haidnya justru semakin keluar banyak saat posisinya duduk. Terlebih ini hari pertama haid, pantas saja darahnya banyak.

    "Ya Tuhan, kamu ini. Sandiwara apa lagi yang sedang kamu mainkan saat ini, setelah aku menemukan bukti kalau kamu ini hanya datang bulan bohongan? Sudah ngaku saja, saat ini kamu sedang berbohong bukan? Pura-pura haid dengan darah yang banyak."

    Haliza terhenyak, kenapa Aldian bisa tahu kalau dia pernah haid bohongan dalam tiga minggu terakhir ini? Apakah benar Aldian sudah menemukan bukti kebohongannya? Kapan dan di mana? Perasaan Haliza sudah sangat rapi menyembunyikan bukti kebohongannya.

    "Apa maksud kamu, Mas? Sandiwara apa? Aku benar-benar datang bulan dan ini yang tembus ini adalah darah haid." Haliza berusaha meyakinkan sembari mengangkat sedikit pantatnya. Dan benar saja, cairan merah yang sudah rembes dan tembus mengenai rok Haliza itu, benar-benar ciaran merah pekat mirip darah.

    "Mas, pulangkan aku, Mas. Aku mohon. Aku benar-benar haid dan tembus. Aku menunggu di sini saja dulu sampai kamu habis acara," ujarnya memberi solusi. Aldian tidak bicara lagi, ia nampak kesal dan masih belum percaya kalau kali ini Haliza benar-benar datang bulan.

    Aldian tidak mungkin tidak datang ke acara ulang tahun pernikahan teman sekantornya. Ia akan setor muka saja sembari basa-basi dan mengatakan kalau istrinya sakit. Tadinya Aldian berencana sekalian mengenalkan Haliza pada teman-temannya. Terlepas benar atau tidaknya Haliza datang bulan, tidak mungkin Aldian membawa Haliza menghadiri acara temannya dalam keadaan rok basah merah darah.

    Mobil Aldian parkir di salah satu parkiran yang sudah disediakan di depan halaman rumah Danru salah satu teman kantornya itu. Aldian turun dari mobil.

    "Kamu tunggu di sini sampai aku kembali," titahnya dengan sorot mata tajam. Di sana terlihat kemarahan yang ditahan. Haliza merunduk, dia benar-benar merasa takut dan bersalah. Tapi kali ini dia benar-benar datang bulan betulan.

    Setengah jam kemudian, Aldian sudah datang menuju mobil. Tanpa kata ia memasuki mobil, membanting pintu dan melajukan mobil dengan cepat seakan sudah tidak sabar ingin segera menuju rumah.

    Tiba di rumah, benar saja kemarahan Aldian sungguh tidak bisa dibendung. Ia meraih lengan Haliza lalu menghempasnya di atas sofa. Aldian marah, karena ia yakin kali ini Haliza lagi-lagi berbohong.

    "Tidak perlu banyak alasan dengan membohongiku pura-pura haid. Kamu ini sudah termasuk istri durhaka, membohongi suami kamu demi menghindar aku gauli. Kamu menghindari aku dengan cara datang bulan sepanjang bulan dan bodohnya aku percaya begitu saja sampai aku merasa khawatir dengan kondisi kamu. Andai saja aku tidak menemukan bukti kuat bahwa haid kamu ini adalah bohongan, mungkin sampai hari ini aku tidak akan tahu kalau kamu sedang membohongi aku." Aldian mendengus tanda ia benar-benar marah.

    Haliza ketakutan, tapi kali ini dia memang benar-benar datang bulan betulan. "Tapi kali ini, aku benar-benar haid, Mas. Aku berkata jujur," ujar Haliza mengakui.

Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Tidak Sengaja di Bandara
2 Bab 2 Nama Yang Hampir Sama
3 Bab 3 Pernikahan
4 Bab 4 Belum Apa-apa Sudah Beli Pembalut
5 Bab 5 Penolakan Aldian
6 Bab 6 Akal-akalan Haliza
7 Bab 7 Kebohongan Yang Terbongkar
8 Bab 8 Ketahuan Belum Move On
9 Bab 9 Sebelum Mencintaimu
10 Bab 10 Foto Masa Kecil Aldian
11 Bab 11 Kepulangan Aldian Yang Tidak Disangka
12 Bab 12 Marahnya Aldian
13 Bab 13 Bagai Singa Lapar dan Kasar
14 Bab 14 Paket Vitamin
15 Bab 15 Bertemu Halwa
16 Bab 16 Aldian Marah Lagi
17 Bab 17 Apatis
18 Bab 18 Malam Horor
19 Bab 19 Setelah Horor Terbitlah Romantis
20 Bab 20 Gara-gara Sempak dan Celana Dalam
21 Bab 21 Mantan Haliza
22 Bab 22 Perdebatan
23 Bab 23 Menemui Mantan Kekasih
24 Bab 24 Ingin Mengajukan Gugatan Cerai
25 Bab 26 Bukan Pil KB
26 Bab 26 Satu Kamar Lagi
27 Bab 27 Satu Ranjang Beda Selimut
28 Bab 28 Karma Sedang Menimpa
29 Bab 29 Keruh Lagi
30 Bab 30 Haliza Mengurung Diri
31 Bab 31 Harapan Haliza
32 Bab 32 Tidur di Sofa Kamar Aldian
33 Bab 33 Mangga Muda dan Hp Haliza yang Rusak
34 Bab 34 Sekamar Lagi
35 Bab 35 Kejutan dari Aldian
36 Bab 36 Ada Cemburu di Acara Persit
37 Bab 37 Mangga Muda Dicocol Garam
38 Bab 38 Paket Tespek
39 Bab 39 Garis Dua
40 Bab 40 Kado Surprise dari Haliza
41 Bab 41 Antusiasme Aldian
42 Bab 42 Haliza Dirawat
43 Bab 43 Anak Pertama Ingin Perempuan
44 Bab 44 Haliza Cemburu, Aldian Senang
45 Bab 45 Pemeriksaan Kandungan
46 Bab 46 Jadi Diri Sendiri
47 Bab 47 Gerak Jalan
48 Bab 48 Haliza Mual dan Lemas
49 Bab 49 Janji
50 Bab 50 Ngidam Sea Food
51 Bab 51 Aneh-aneh Saja
52 Bab 52 Kerinduan
53 Bab 53 Postingan Foto di Facebook
54 Bab 54 Melahirkan
55 Bab 55 Satu Tahun Kemudian (End)
56 Karya Baru Judul ; Pengobat Cinta Letnan Angkuh Yang Patah Hati
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Tidak Sengaja di Bandara
2
Bab 2 Nama Yang Hampir Sama
3
Bab 3 Pernikahan
4
Bab 4 Belum Apa-apa Sudah Beli Pembalut
5
Bab 5 Penolakan Aldian
6
Bab 6 Akal-akalan Haliza
7
Bab 7 Kebohongan Yang Terbongkar
8
Bab 8 Ketahuan Belum Move On
9
Bab 9 Sebelum Mencintaimu
10
Bab 10 Foto Masa Kecil Aldian
11
Bab 11 Kepulangan Aldian Yang Tidak Disangka
12
Bab 12 Marahnya Aldian
13
Bab 13 Bagai Singa Lapar dan Kasar
14
Bab 14 Paket Vitamin
15
Bab 15 Bertemu Halwa
16
Bab 16 Aldian Marah Lagi
17
Bab 17 Apatis
18
Bab 18 Malam Horor
19
Bab 19 Setelah Horor Terbitlah Romantis
20
Bab 20 Gara-gara Sempak dan Celana Dalam
21
Bab 21 Mantan Haliza
22
Bab 22 Perdebatan
23
Bab 23 Menemui Mantan Kekasih
24
Bab 24 Ingin Mengajukan Gugatan Cerai
25
Bab 26 Bukan Pil KB
26
Bab 26 Satu Kamar Lagi
27
Bab 27 Satu Ranjang Beda Selimut
28
Bab 28 Karma Sedang Menimpa
29
Bab 29 Keruh Lagi
30
Bab 30 Haliza Mengurung Diri
31
Bab 31 Harapan Haliza
32
Bab 32 Tidur di Sofa Kamar Aldian
33
Bab 33 Mangga Muda dan Hp Haliza yang Rusak
34
Bab 34 Sekamar Lagi
35
Bab 35 Kejutan dari Aldian
36
Bab 36 Ada Cemburu di Acara Persit
37
Bab 37 Mangga Muda Dicocol Garam
38
Bab 38 Paket Tespek
39
Bab 39 Garis Dua
40
Bab 40 Kado Surprise dari Haliza
41
Bab 41 Antusiasme Aldian
42
Bab 42 Haliza Dirawat
43
Bab 43 Anak Pertama Ingin Perempuan
44
Bab 44 Haliza Cemburu, Aldian Senang
45
Bab 45 Pemeriksaan Kandungan
46
Bab 46 Jadi Diri Sendiri
47
Bab 47 Gerak Jalan
48
Bab 48 Haliza Mual dan Lemas
49
Bab 49 Janji
50
Bab 50 Ngidam Sea Food
51
Bab 51 Aneh-aneh Saja
52
Bab 52 Kerinduan
53
Bab 53 Postingan Foto di Facebook
54
Bab 54 Melahirkan
55
Bab 55 Satu Tahun Kemudian (End)
56
Karya Baru Judul ; Pengobat Cinta Letnan Angkuh Yang Patah Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!