Bab 2 Nama Yang Hampir Sama

    Terpaksa Haliza kembali ke rumah, setelah dengan nada marah sang papa menghubunginya dan menyuruhnya pulang. Rasa kecewa itu kian bertambah, setelah di bandara, Haliza tidak mendapatkan penjelasan dari Ardian, kenapa dia memutuskan tali kasih diantara mereka. Padahal Ardian sempat membicarakan keseriusannya untuk membawa hubungan itu ke jenjang pernikahan.

    "Aku belum menemukan jawaban atas sikapmu itu, Mas. Sebelum aku mendapatkan jawaban itu, maka hidupku tidak akan merasa tenang. Apa salahku, Mas, sehingga kamu melukai perasaanku?" Sepanjang jalan Haliza meneteskan air mata, mengingat hubungannya bersama kekasih kandas begitu saja.

    Tiba di rumah, kedatangannya sudah disambut oleh kedua orang tuanya.

    "Akhirnya kamu pulang Liza. Siapkan diri kamu, nanti malam sehabis Isya, keluarga calon suami kamu akan datang kemari untuk melamarmu." Pak Hasan langsung mengatakan inti dari topik pembicaraan, sehingga membuat Haliza terbelalak tidak percaya.

    "Apakah Papa tidak salah, secepat itu Liza dijodohkan? Liza tidak mau, apalagi dengan abdi negara yang Mama dan Papa ceritakan tadi siang." Haliza langsung menolaknya mentah-mentah, dia tidak terima jika dirinya dijodohkan dengan seorang abdi negara.

    "Kamu pasti nanti akan menyukainya setelah tahu siapa dia," ujar Bu Hana merasa yakin kalau sang anak akan suka jika nanti melihat siapa calon suaminya.

    "Tidak, Liza tidak akan suka. Setampan apapun dia." Masih dengan tampikannya, Haliza bergegas menuju kamarnya di lantai dua dengan kaki dihentak, menandakan dia sangat kecewa.

    Hanin sang kakak yang kebetulan datang bersama anak dan suaminya, dengan pengertian mengikuti sang adik semata wayangnya. Dalam kondisi seperti ini, ia harus bisa memberikan rasa nyaman dan support.

    "Mbak boleh masuk?" Tanpa menunggu diijinkan, Hanin sudah memasuki kamar sang adik, Hanin duduk di tepi ranjang di samping Haliza yang terlihat sangat kalut.

    Hanin meraih bahu sang adik untuk sekedar memberi kekuatan.

    "Mbakkk," sedihnya. Tanpa dikomando Haliza memeluk Hanin sembari menangis. Untuk beberapa saat Hanin membiarkan sang adik menangis untuk menumpahkan segala perasaan dongkol dan unek-unek di dalam dadanya.

    Sepuluh menit kemudian, tangisan itu berubah isak. Hanin melerai pelukan sang adik lalu meraih kedua bahunya yang diarahkan menghadapnya. Hanin menatap sang adik dalam, mencoba memberi kekuatan dan semangat.

    "Mbak, aku nggak mau dijodohkan dengan lelaki itu. Aku tidak suka abdi negara, demi apapun aku tidak suka. Meskipun papa dan suami Mbak seorang abdi negara, tolong jangan tularkan hal itu ke aku. Aku tidak mau, papa justru seolah-olah punya obsesi kalau anak perempuannya harus menikah sama Tentara, mentang-mentang papa seorang tentara," rajuknya masih terisak.

    Hanin menggeleng, dia tidak setuju dengan ucapan sang adik. Papanya tidak seperti itu, dan tidak berobsesi kalau anak-anak perempuannya harus nikah sama tentara.

    "Nggak, papa nggak begitu. Contohnya Mbak. Mbak dapat Mas Daffi bukan karena papa. Mbak justru dapat sendiri. Awalnya mbak juga kurang suka, tapi karena mas Daffi sangat baik dan perhatian akhirnya mbak menyukai dia dan tidak lama dari itu kami menikah tanpa mengenal pacaran lama," terang Hanin menceritakan awal mula dirinya menikah dengan Daffi yang notabene seorang tentara juga.

    "Jadi, buang pikiran buruk kamu seperti itu tentang papa maupun tentang anggota TNI. Yang jelas tidak semua anggota TNI buruk. Di setiap lini kehidupan, entah pekerjaannya apa dan pangkatnya apa, semua sama. Ada sisi baik juga ada sisi buruk."

    "Tapi, aku tetap nggak mau dijodohkan dengan lelaki itu. Lagipula aku masih belum bisa melupakan Mas Ardian. Dia belum memberi penjelasan kenapa dia pergi dan memutuskan hubungan kami," sergah Haliza lagi menunjukkan keengganannya.

    "Kamu harus move on dari laki-laki itu, sebab dia tidak baik. Benar apa yang pernah mama dan papa bilang, kalau Ardian itu memang pernah kepergok jalan dengan seorang perempuan sangat mesra. Bahkan mbak juga pernah melihat dia keluar hotel bersama perempuan seumuran kamu saat mbak dan Mas Daffi keluar kota." Hanin mencoba menjelaskan kenapa Ardian memutuskan hubungan dengan sang adik.

    "Kalau memang mas Ardian pernah kepergok keluar dari hotel bersama seorang perempuan, kenapa Mbak tidak memberitahu waktu itu, kenapa baru sekarang Mbak katakan?" cecar Haliza kecewa.

    "Mbak, sudah pernah katakan sama kamu. Tapi saat itu kamu seakan tidak mau dengar mbak. Kamu marah dan bilang kalau mbak ngada-ngada. Tentu kamu masih ingat bukan mbak pernah cerita tapi kamu marah?" Hanin mencoba mengingatkan Haliza kembali terkait info tentang Ardian yang saat itu ditolak mentah-mentah oleh sang adik.

    Haliza sejenak berpikir mengingat kembali apa yang pernah kakaknya katakan dulu. Haliza geleng kepala lalu meremas rambutnya, saat itu dirinya tidak percaya dengan apa yang pernah Hanin sampaikan padanya tentang Ardian yang kedapatan keluar dari sebuah hotel dengan seorang perempuan seumuran dengannya.

    "Jalani dulu perjodohan ini, dia lelaki yang baik dan sopan sama orang tua. Bahkan dia juga memiliki seorang adik perempuan yang sangat dia sayang. Jadi, menurut mbak, lelaki itu tidak akan buruk untukmu, meskipun kamu tidak menyukainya," bujuk Hanin sebelum dia mengakhiri keberadaan dirinya di kamar sang adik.

    Sekuat apapun Haliza menolak, pada akhirnya sebuah pertemuan itu terjadi juga. Keluarga pria yang ingin melamar Haliza, malam itu benar-benar datang. Rumah mereka yang sebetulnya bertetangga masih di komplek yang sama, hanya beda gang saja, membuat kedatangan mereka menjadi lebih mudah karena dekat.

    Sedangkan Haliza, meskipun pria tentara yang akan melamarnya itu dikatakan sebagai tetangga di komplek perumahan yang sama, tapi dia sama sekali tidak mengenal sosok pria itu.

    Berbalut gaun long dress berwarna krem, Haliza tampil sangat cantik dan elegan. Hanin sang kakak yang merias wajah Haliza tadi, sampai Haliza terlihat sangat cantik. Pada dasarnya Haliza memang cantik dan anggun.

    Haliza menunduk sampai tamu yang akan melamarnya tiba. Pak Hasan dan Bu Hana menyambut kedatangan tamunya dengan ramah dan istimewa.

    "Silahkan, calon besan dan mantu," sambut Pak Hasan ditimbrungi Bu Hana. Sepertinya antara dua keluarga itu sudah sama-sama saling kenal dekat, sebab dari obrolan mereka sudah tidak canggung lagi.

    Hanin menghampiri Haliza supaya menghampiri ruang tamu dan menyambut calon mertua dan calon suami.

    "Ini hanya baru sebatas pembicaraan, kan Mbak? Tapi kenapa justru seperti sebuah lamaran?" kaget Haliza tidak mengerti.

    "Hampiri dulu mereka, ini perintah papa." Hanin meraih lengan Haliza lalu dibawanya menuju ruang tamu.

    "Itu anak saya. Dia memang sedikit pemalu. Dunianya hanya habis dengan bekerja dan bekerja. Jadi, tidak sempat untuk bergaul di komplek perumahan ini," tutur Bu Hana memperkenalkan Haliza pada calon besannya.

    Aldian yang berada di samping papanya sekilas menatap ke arah Haliza yang menunduk.

    "Tidak salah lagi, gadis yang di bandara siang tadi. Pantas saja aku merasa kenal, rupanya dia Haliza. Cantik juga sih, tapi apakah dia sebaik Halwa cinta masa kecilku?" Aldian membatin sembari dengan sekilas membayangkan sosok Halwa yang dia kagumi.

    "Silahkan Nak Aldian, kami persilahkan. Apa maksud dan tujuan Nak Aldian beserta mama dan papanya datang ke gubug kami," ucap Pak Diki merendah.

    Haliza mendongak, ia terkesiap saat sang papa menyebutkan sebuah nama yang justru mengingatkan dirinya pada sosok pria yang sudah menorehkan luka di hatinya.

    "Aldian? Kenapa namanya hampir mirip?" batinnya kaget.

Terpopuler

Comments

Titik Sofiah

Titik Sofiah

lanjut lanjut Thor

2024-10-20

1

Lendra malayu

Lendra malayu

hadiirr thorrr

2024-10-20

1

Suci Rahmawati

Suci Rahmawati

lanjut

2024-10-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Tidak Sengaja di Bandara
2 Bab 2 Nama Yang Hampir Sama
3 Bab 3 Pernikahan
4 Bab 4 Belum Apa-apa Sudah Beli Pembalut
5 Bab 5 Penolakan Aldian
6 Bab 6 Akal-akalan Haliza
7 Bab 7 Kebohongan Yang Terbongkar
8 Bab 8 Ketahuan Belum Move On
9 Bab 9 Sebelum Mencintaimu
10 Bab 10 Foto Masa Kecil Aldian
11 Bab 11 Kepulangan Aldian Yang Tidak Disangka
12 Bab 12 Marahnya Aldian
13 Bab 13 Bagai Singa Lapar dan Kasar
14 Bab 14 Paket Vitamin
15 Bab 15 Bertemu Halwa
16 Bab 16 Aldian Marah Lagi
17 Bab 17 Apatis
18 Bab 18 Malam Horor
19 Bab 19 Setelah Horor Terbitlah Romantis
20 Bab 20 Gara-gara Sempak dan Celana Dalam
21 Bab 21 Mantan Haliza
22 Bab 22 Perdebatan
23 Bab 23 Menemui Mantan Kekasih
24 Bab 24 Ingin Mengajukan Gugatan Cerai
25 Bab 26 Bukan Pil KB
26 Bab 26 Satu Kamar Lagi
27 Bab 27 Satu Ranjang Beda Selimut
28 Bab 28 Karma Sedang Menimpa
29 Bab 29 Keruh Lagi
30 Bab 30 Haliza Mengurung Diri
31 Bab 31 Harapan Haliza
32 Bab 32 Tidur di Sofa Kamar Aldian
33 Bab 33 Mangga Muda dan Hp Haliza yang Rusak
34 Bab 34 Sekamar Lagi
35 Bab 35 Kejutan dari Aldian
36 Bab 36 Ada Cemburu di Acara Persit
37 Bab 37 Mangga Muda Dicocol Garam
38 Bab 38 Paket Tespek
39 Bab 39 Garis Dua
40 Bab 40 Kado Surprise dari Haliza
41 Bab 41 Antusiasme Aldian
42 Bab 42 Haliza Dirawat
43 Bab 43 Anak Pertama Ingin Perempuan
44 Bab 44 Haliza Cemburu, Aldian Senang
45 Bab 45 Pemeriksaan Kandungan
46 Bab 46 Jadi Diri Sendiri
47 Bab 47 Gerak Jalan
48 Bab 48 Haliza Mual dan Lemas
49 Bab 49 Janji
50 Bab 50 Ngidam Sea Food
51 Bab 51 Aneh-aneh Saja
52 Bab 52 Kerinduan
53 Bab 53 Postingan Foto di Facebook
54 Bab 54 Melahirkan
55 Bab 55 Satu Tahun Kemudian (End)
56 Karya Baru Judul ; Pengobat Cinta Letnan Angkuh Yang Patah Hati
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Tidak Sengaja di Bandara
2
Bab 2 Nama Yang Hampir Sama
3
Bab 3 Pernikahan
4
Bab 4 Belum Apa-apa Sudah Beli Pembalut
5
Bab 5 Penolakan Aldian
6
Bab 6 Akal-akalan Haliza
7
Bab 7 Kebohongan Yang Terbongkar
8
Bab 8 Ketahuan Belum Move On
9
Bab 9 Sebelum Mencintaimu
10
Bab 10 Foto Masa Kecil Aldian
11
Bab 11 Kepulangan Aldian Yang Tidak Disangka
12
Bab 12 Marahnya Aldian
13
Bab 13 Bagai Singa Lapar dan Kasar
14
Bab 14 Paket Vitamin
15
Bab 15 Bertemu Halwa
16
Bab 16 Aldian Marah Lagi
17
Bab 17 Apatis
18
Bab 18 Malam Horor
19
Bab 19 Setelah Horor Terbitlah Romantis
20
Bab 20 Gara-gara Sempak dan Celana Dalam
21
Bab 21 Mantan Haliza
22
Bab 22 Perdebatan
23
Bab 23 Menemui Mantan Kekasih
24
Bab 24 Ingin Mengajukan Gugatan Cerai
25
Bab 26 Bukan Pil KB
26
Bab 26 Satu Kamar Lagi
27
Bab 27 Satu Ranjang Beda Selimut
28
Bab 28 Karma Sedang Menimpa
29
Bab 29 Keruh Lagi
30
Bab 30 Haliza Mengurung Diri
31
Bab 31 Harapan Haliza
32
Bab 32 Tidur di Sofa Kamar Aldian
33
Bab 33 Mangga Muda dan Hp Haliza yang Rusak
34
Bab 34 Sekamar Lagi
35
Bab 35 Kejutan dari Aldian
36
Bab 36 Ada Cemburu di Acara Persit
37
Bab 37 Mangga Muda Dicocol Garam
38
Bab 38 Paket Tespek
39
Bab 39 Garis Dua
40
Bab 40 Kado Surprise dari Haliza
41
Bab 41 Antusiasme Aldian
42
Bab 42 Haliza Dirawat
43
Bab 43 Anak Pertama Ingin Perempuan
44
Bab 44 Haliza Cemburu, Aldian Senang
45
Bab 45 Pemeriksaan Kandungan
46
Bab 46 Jadi Diri Sendiri
47
Bab 47 Gerak Jalan
48
Bab 48 Haliza Mual dan Lemas
49
Bab 49 Janji
50
Bab 50 Ngidam Sea Food
51
Bab 51 Aneh-aneh Saja
52
Bab 52 Kerinduan
53
Bab 53 Postingan Foto di Facebook
54
Bab 54 Melahirkan
55
Bab 55 Satu Tahun Kemudian (End)
56
Karya Baru Judul ; Pengobat Cinta Letnan Angkuh Yang Patah Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!