Bab 16 Aldian Marah Lagi

    Acara Persit itu sudah selesai dilaksanakan. Haliza sejak kehadirannya pertama kali di acara ini, sama sekali tidak ikut aktif dalam kegiatannya. Bahkan saat namanya tadi disebut sebagai istri dari seorang Danton, Haliza hanya maju ke depan untuk memperkenalkan diri saja, setelah itu dia segera menuruni podium dan duduk kembali di tempatnya berjejer dengan istri-istri Perwira lainnya.

    Padahal sejak tadi, ia lebih menginginkan duduk bersama istri Bintara yang berada di belakangnya. Sepertinya menyenangkan, terlebih ketika melihat keberadaan Halwa yang sempat ia lihat bersama seorang anak kecil. Rasanya ia ingin kenal dan dekat. Tapi sayang, keberadaannya dibatasi jejeran kursi, jadi Haliza susah jika ingin pindah.

    "Kamu ini, bersikaplah lebih santai dan luwes. Aku malu jika nanti di belakang jadi bahan pembicaraan anggota lain bahwa istri Danton Aldian orangnya jutekan dan tidak mau kenal dengan yang lain. Apa susahnya ngobrol sesama istri Perwira yang berada di sisi kanan dan kiri kamu." Aldian protes dengan sikap Haliza tadi saat berada dalam aula Kencana ketika acara Persit sedang berlangsung.

    "Aku malu, Mas. Aku juga masih baru dan tidak biasa untuk ngajak ngobrol duluan. Lagian istri perwira sisi kanan dan kiriku juga nggak ada yang mau ngajak aku ngomong, ya, sudah, sebaiknya aku diam saja," tukasnya menyahut.

    "Ya ampun Haliza, basa-basi doang apa salahnya. Harusnya kamu orang baru banyak bermurah senyum dan menyapa ramah, gitu lho. Mentang-mentang kamu ini jenis manusia introvert, lantas kamu cuek saja dengan teman sisi kanan dan kirimu. Lagian istri-istri perwira yang di samping kamu itu, mereka sudah lama jadi istri Persit, harusnya kamu yang muda menyapa lebih dulu. Bisa-bisanya kamu mengklaim introvert, padahal pendidikan S1," dumel Aldian diakhiri kalimat cibiran.

    "Lagian aku memang kurang suka ngumpul-ngumpul dalam keramaian seperti itu, Mas. Kamu tolong mengerti," pinta Haliza.

    "Acara Persit ini hanya sekali-sekali, apa salahnya sekali-kali kamu beramah tamah dan tidak memperlihatkan wajah yang jutek begitu? Kamu itu kesannya sombong. Nanti aku pula yang kena. Kamu tahu omongan di luaran sana yang sering kali terdengar, aku dan kamu diomongi. Mentang-mentang Perwira dan suaminya Danton, istrinya belagu. Apakah Danton Aldian tidak ngajari istrinya sopan santun? Pastinya tidak jauh seperti itu omongan di luaran sana." Aldian menjeda omelannya yang sebagian isinya sebuah unek-unek dalam hatinya tentang sikap Haliza tadi.

    Haliza mendongak wajahnya memerah karena merasa sedih sudah disalahkan Aldian. Dia tidak bermaksud sombong atau jutek, tapi keadaan dirinya yang tidak terbiasa berada dalam satu perkumpulan, membuat dia hanya berdiam diri dan sibuk sediri.

    "Aku minta maaf kalau hati ini mengecewakan kamu, Mas."

    "Lain kali bersikaplah biasa, ramah gitu lho. Bahasa dan keramahan itu tidak kita beli, kita gratis mengungkapkannya pada siapa saja asal sesuai pada tempatnya. Kamu ini pendidikan tinggi, paras juga lumayan cantik, harus malu dong sama pendidikan dan paras. Masa iya, pendidikan dan paras yang menunjang, tidak sinkron dengan sikap," pungkasnya mengakhiri omelannya pada Haliza. Lagipula mobil Aldian sudah tiba di depan gerbang rumah.

    Dari dalam gerbang, Bi Kenoh sudah menyambut, membuka gerbang itu dengan lebar. Aldian segera memasukkan mobilnya ke dalam. Setelah itu, mereka menuruni mobil dengan sikap yang saling dingin.

    Aldian kini benar-benar merasa sangat kecewa dengan Haliza. Istri Persit lainnya saja tidak seperti itu, tapi Haliza jauh dari kata ramah dan nol basa-basi. Hal ini membuat Aldian sangat malu.

    Mereka kini saling beriringan menaiki tangga, Haliza sudah lebih dulu sementara Aldian di belakang. Perasaan geram sejak tadi masih tetap ada meskipun ia sudah ngomel sampai berbusa istilahnya.

    Saat sudah di dalam kamarpun, Aldian tidak lagi menyapa Haliza. Dia sudah lelah harus ngomel terus, percuma ngomel dan memberi tahu jika Haliza tidak mau mendengar.

    Aldian segera menuju kamar mandi, ia membersihkan diri, sebab hari ini ia masih harus ke kantor untuk melakukan apel sore.

    Tanpa pamit dan basa-basi, Aldian pergi dari kamar. Kekesalannya pada Haliza masih jelas terlihat, hal ini membuatnya sangat sedih.

    Deru mobil Aldian terdengar, lalu menjauh. Semakin lama semakin samar suara mobil itu, sampai Haliza baru bisa menangis setelah kepergian Aldian.

    Haliza begitu sedih dengan omelan Aldian, yang sejak menaiki mobil sampai tiba di rumah tidak henti bercuap. Haliza sadar mungkin ini salahnya, tapi maunya Aldian tidak terus mengomelinya sepanjang jalan sehingga membuat Haliza bersedih dan merasa down.

    "Sudah aku bilang, aku tidak suka tentara dan semua yang berhubungan dengannya. Aku sungguh tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan tentara, harusnya Mas Aldian mengerti perasaanku." Haliza bicara sambil terisak. Ia sungguh merasa sedih keputusannya menerima perjodohan ini, justru membuatnya tersiksa.

    "Kamu harus coba masuk ke dalam lingkungan itu, Za. Tidak ada salahnya kamu harus terjun ke dalamnya. Terjun bukan berarti kamu sehari-hari bergaul atau ngobrol duduk bareng seharian dengan istri-istri tentara. Buang ego kamu tidak suka tentara, toh pada kenyataannya orang terdekat kamu adalah tentara. Tolong lakukan apa yang mbak sarankan. Kamu harus lebih santai saat berhadapan dengan orang-orang dari lingkungan tentara. Itu semua tidak buruk kok," saran Hanin ketika Haliza mencoba menceritakan unek-uneknya sambil menangis.

    "Jangan bangun perasaan tidak suka atau tidak biasa. Sebab mau tidak mau kamu tetap akan bertemu lagi dengan lingkungan tentara. Acara Persit atau kegiatan di kantor suami kamu itu sewaktu-waktu pasti ada. Cobalah beradaptasi dan kamu harus tetap bersemangat. Ubah pola pikir kamu tentang tentara. Tentara itu menyenangkan kok," bujuk Hanin sekali lagi.

    "Lalu, apa yang harus aku lakukan, Mbak?"

    "Kamu minta maaf sama suami kamu dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dan jangan lupa, nanti saat acara di kantor suami kamu, kamu jalankan saran Mbak. Tidak sulit kok," pungkas Hanin untu yang terakhir kali.

    Haliza meletakkan Hp nya di atas meja rias, ia duduk termenung di sofa kamar itu sembari memikirkan kembali semua perkataan mbaknya tadi.

    "Ternyata tidak mudah jadi istri tentara, harus jaga sikap ini itu. Rasanya aku tidak sanggup, apalagi kalau Mas Aldian sudah marah dan ngomel. Ternyata mulutnya itu persisi bibir perempuan, pandainya ngomel dan bawel," gerutu Haliza seraya berdiri menuju meja rias.

    Tangannya meraih laci meja rias, Haliza bermaksud mengambil kotak perhiasan yang diberikan Aldian beberapa hari yang lalu setelah pulang dari dinas keluar kota.

    Kotak itu perlahan dibuka, saat sudah terbuka, ternyata di dalamnya terdapat sebuah kalung emas yang indah.

    "Bagus banget, berapa gram beratnya ini, ya? Kenapa Mas Aldian memberikan aku oleh-oleh kalung emas ini, padahal saat pergi, dia dalam keadaan marah?"

    Haliza segera meletakkan kembali kalung emas itu saat pintu kamar sudah dibuka seseorang.

Terpopuler

Comments

Irmha febyollah

Irmha febyollah

model laki nya kayak laki ku.. ngomel ini, itu salah pokok ny selalu salah kita di mata nya. giliran dia selalu benar. kdg sebagai istri gak ada harga dirinya. sakit banget kadg di bilang bodoh. klo jadi istri dia tu jgn bodoh. di blg gtu.

2025-01-29

1

Yayuk Bunda Idza

Yayuk Bunda Idza

wah iki model mas q mbak Liza, seperti nya memang jodoh kita begitu, dia yang bawel, kita cenderung kurang PD, club' mbak, percaya lah, aq sudah buktikan ni ..25th, dah berbuntut 3 hehehe

2024-11-17

1

Nurwana

Nurwana

saya kurang suka juga sama sikap Aldian.... giliran istri orang dipuji puji pula apalagi masalalunya, giliran istri dimarahi trus. coba kalau Haliza yang bersikap begitu sama mantan... pasti dia marah. dasar suami egois.habis dia paksa istrinya pun tidak merasa bersalah. Haliza coba cuekin juga dan menjauh juga. kalau perlu abaikan.

2024-11-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Tidak Sengaja di Bandara
2 Bab 2 Nama Yang Hampir Sama
3 Bab 3 Pernikahan
4 Bab 4 Belum Apa-apa Sudah Beli Pembalut
5 Bab 5 Penolakan Aldian
6 Bab 6 Akal-akalan Haliza
7 Bab 7 Kebohongan Yang Terbongkar
8 Bab 8 Ketahuan Belum Move On
9 Bab 9 Sebelum Mencintaimu
10 Bab 10 Foto Masa Kecil Aldian
11 Bab 11 Kepulangan Aldian Yang Tidak Disangka
12 Bab 12 Marahnya Aldian
13 Bab 13 Bagai Singa Lapar dan Kasar
14 Bab 14 Paket Vitamin
15 Bab 15 Bertemu Halwa
16 Bab 16 Aldian Marah Lagi
17 Bab 17 Apatis
18 Bab 18 Malam Horor
19 Bab 19 Setelah Horor Terbitlah Romantis
20 Bab 20 Gara-gara Sempak dan Celana Dalam
21 Bab 21 Mantan Haliza
22 Bab 22 Perdebatan
23 Bab 23 Menemui Mantan Kekasih
24 Bab 24 Ingin Mengajukan Gugatan Cerai
25 Bab 26 Bukan Pil KB
26 Bab 26 Satu Kamar Lagi
27 Bab 27 Satu Ranjang Beda Selimut
28 Bab 28 Karma Sedang Menimpa
29 Bab 29 Keruh Lagi
30 Bab 30 Haliza Mengurung Diri
31 Bab 31 Harapan Haliza
32 Bab 32 Tidur di Sofa Kamar Aldian
33 Bab 33 Mangga Muda dan Hp Haliza yang Rusak
34 Bab 34 Sekamar Lagi
35 Bab 35 Kejutan dari Aldian
36 Bab 36 Ada Cemburu di Acara Persit
37 Bab 37 Mangga Muda Dicocol Garam
38 Bab 38 Paket Tespek
39 Bab 39 Garis Dua
40 Bab 40 Kado Surprise dari Haliza
41 Bab 41 Antusiasme Aldian
42 Bab 42 Haliza Dirawat
43 Bab 43 Anak Pertama Ingin Perempuan
44 Bab 44 Haliza Cemburu, Aldian Senang
45 Bab 45 Pemeriksaan Kandungan
46 Bab 46 Jadi Diri Sendiri
47 Bab 47 Gerak Jalan
48 Bab 48 Haliza Mual dan Lemas
49 Bab 49 Janji
50 Bab 50 Ngidam Sea Food
51 Bab 51 Aneh-aneh Saja
52 Bab 52 Kerinduan
53 Bab 53 Postingan Foto di Facebook
54 Bab 54 Melahirkan
55 Bab 55 Satu Tahun Kemudian (End)
56 Karya Baru Judul ; Pengobat Cinta Letnan Angkuh Yang Patah Hati
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Tidak Sengaja di Bandara
2
Bab 2 Nama Yang Hampir Sama
3
Bab 3 Pernikahan
4
Bab 4 Belum Apa-apa Sudah Beli Pembalut
5
Bab 5 Penolakan Aldian
6
Bab 6 Akal-akalan Haliza
7
Bab 7 Kebohongan Yang Terbongkar
8
Bab 8 Ketahuan Belum Move On
9
Bab 9 Sebelum Mencintaimu
10
Bab 10 Foto Masa Kecil Aldian
11
Bab 11 Kepulangan Aldian Yang Tidak Disangka
12
Bab 12 Marahnya Aldian
13
Bab 13 Bagai Singa Lapar dan Kasar
14
Bab 14 Paket Vitamin
15
Bab 15 Bertemu Halwa
16
Bab 16 Aldian Marah Lagi
17
Bab 17 Apatis
18
Bab 18 Malam Horor
19
Bab 19 Setelah Horor Terbitlah Romantis
20
Bab 20 Gara-gara Sempak dan Celana Dalam
21
Bab 21 Mantan Haliza
22
Bab 22 Perdebatan
23
Bab 23 Menemui Mantan Kekasih
24
Bab 24 Ingin Mengajukan Gugatan Cerai
25
Bab 26 Bukan Pil KB
26
Bab 26 Satu Kamar Lagi
27
Bab 27 Satu Ranjang Beda Selimut
28
Bab 28 Karma Sedang Menimpa
29
Bab 29 Keruh Lagi
30
Bab 30 Haliza Mengurung Diri
31
Bab 31 Harapan Haliza
32
Bab 32 Tidur di Sofa Kamar Aldian
33
Bab 33 Mangga Muda dan Hp Haliza yang Rusak
34
Bab 34 Sekamar Lagi
35
Bab 35 Kejutan dari Aldian
36
Bab 36 Ada Cemburu di Acara Persit
37
Bab 37 Mangga Muda Dicocol Garam
38
Bab 38 Paket Tespek
39
Bab 39 Garis Dua
40
Bab 40 Kado Surprise dari Haliza
41
Bab 41 Antusiasme Aldian
42
Bab 42 Haliza Dirawat
43
Bab 43 Anak Pertama Ingin Perempuan
44
Bab 44 Haliza Cemburu, Aldian Senang
45
Bab 45 Pemeriksaan Kandungan
46
Bab 46 Jadi Diri Sendiri
47
Bab 47 Gerak Jalan
48
Bab 48 Haliza Mual dan Lemas
49
Bab 49 Janji
50
Bab 50 Ngidam Sea Food
51
Bab 51 Aneh-aneh Saja
52
Bab 52 Kerinduan
53
Bab 53 Postingan Foto di Facebook
54
Bab 54 Melahirkan
55
Bab 55 Satu Tahun Kemudian (End)
56
Karya Baru Judul ; Pengobat Cinta Letnan Angkuh Yang Patah Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!