Bab 4 Belum Apa-apa Sudah Beli Pembalut

    Jam 16.00 Wib, Aldian dan Haliza tiba di kediaman Aldian. Rumah yang tidak seluas rumah orang tua Haliza di Yogyakarta ini, meskipun dari luar tidak terlihat mewah. Akan tetapi dalamnya sangat estetik dan rapi, meskipun tidak luput dari sentuhan berbau tentara.

    Di dinding ruang tamu ada sebuah foto keluarga tergantung. Papa dan mama Aldian berserta Alda sang adik. Di ruang tengah juga ada foto Aldian, mengenakan pakaian tentaranya.

    Aldian membawa Haliza ke tangga, di lantai dua terdapat beberapa ruangan. Ada beranda tamu, dua kamar, mushola, dan ruang kerja. Semua tertata rapi, meskipun bukan barang mewah, akan tetapi tetap terjaga keestetikannya.

    Di sudut ruangan antara ruang kerja dan beranda tamu, terdapat sebuah lemari kaca. Di dalamnya terdapat miniatur benda-benda yang berkaitan dengan hampir semua angkatan. Di dalam lemari kaca itu juga ada miniatur berupa barang-barang properti.

    Haliza sempat heran, di dalam rumah ini sepertinya tidak ada pembantu, tapi di dalamnya sangat bersih, wangi dan tertata rapi. Apakah Aldian yang selalu bersih-bersih di rumah ini sendirian? Jika memang Aldian yang melakukan semua sendiri, rasanya tidak mungkin. Bagi Haliza, rumah sebesar ini, meskipun tidak sebesar rumahnya di Yogya, tapi untuk dibersihkan sendiri, rumah Aldian termasuk luas jika dibersihkan seorang diri. Haliza yakin, Aldian pasti sesekali menyuruh orang lain membersihkan rumah ini.

    "Kenapa, apakah kamu heran dengan keadaan rumah ini?" tegur Aldian dari belakang Haliza. Sontak Haliza tersentak dan refleks membalikkan badan disertai tangan yang meraba dada.

    "Kenapa kamu mengejutkan aku, Mas? Gimana kalau aku jantungan? Jadi duda dihari pertama, baru tahu rasa." Haliza bukan menjawab, ia justru terkejut dengan pertanyaan Aldian yang tiba-tiba dari belakangnya.

    Aldian bukannya menyesal, dia justru tertawa karena merasa lucu dengan ucapan Haliza. Jadi duda dihari pertama? Aldian tertawa geli.

    "Jadi, kalau aku jadi duda dihari pertama, kamu bakal senang, nih, ceritanya?" tuding Aldian membuat Haliza terbelalak. Haliza jadi mati kutu, dia merasa terjebak dengan umpatannya sendiri. Kalau Aldian jadi duda dihari pertama, itu artinya ia ibaratnya kena serangan jantung lalu mati. Haliza bergidik ngeri dan mengucap amit-amit dalam hati. Meskipun ia tidak menyukai pernikahan ini, tapi dia tidak berharap mati lebih cepat karena jantungan dikagetkan Aldian.

    Aldian lalu meninggalkan Haliza yang masih berdiri terpaku karena kaget. Aldian memasuki sebuah ruangan yang diduga kamar miliknya. Haliza tidak bermaksud mengikutinya. Dia bertekad, pokoknya dia harus tidur terpisah dari Aldian. Karena bagaimanapun dia belum siap dijamah oleh Aldian, meskipun Aldian sudah menjadi suami sahnya.

    "Kenapa masih berdiri di sana, apakah kamu tidak akan menyimpan kopermu itu?" tegur Aldian menyembul dari balik pintu kamarnya.

    Haliza menoleh, dia menggeleng. "Masih ada satu kamar lagi di sana, kan? Aku tidur di kamar itu saja, Mas," kata Haliza sambil menunjuk kamar satunya lagi.

    Aldian mendelik lalu menatap tajam ke arah Haliza. Dia keluar dari kamarnya dengan dada sudah telanjang. Haliza sesekali menatap tubuh sixpack Aldian yang tertata rapi bagai roti sobek seperti yang digambarkan di dalam sebuah buku cerita. Sepertinya Aldian memang rajin olah raga dan menjaga betul kebugaran tubuhnya.

    "Apa kamu bilang, kamu mau memperagakan kisah-kisah novel, menikah karena dijodohkan lalu tidur pisah kamar, dan bertahun-tahun tidak digauli oleh suaminya, sekali digauli langsung hamil lalu kabur, begitu?" tandas Aldian seraya meraih lengan Haliza lalu menariknya menuju kamar.

    "Memangnya aku patung atau kapas yang tidak punya perasaan. Meskipun pernikahan kita adalah sebuah paksaan, tapi aku masih normal, aku juga sama seperti kucing yang lapar. Kalau sudah ada lauk dihidangkan, kenapa juga harus dibiarkan? Betapa bodohnya jadi lelaki bila seperti itu," lanjutnya sembari mendudukkan tubuh Haliza di sofa dalam kamar itu.

    Aldian berlalu menuju lemari, meraih handuk bersih, lalu menuju kamar mandi tanpa menoleh lagi Haliza.

    Haliza menatap takut kepergian Aldian menuju kamar mandi, sembari memegangi lengannya yang merah akibat dicekal tangan Aldian begitu kuat.

    Ternyata jauh dari bayangannya. Pria yang dikatakan lembut, ramah, baik, oleh mama dan papanya juga Hanin, kakaknya itu, sama sekali tidak seperti apa yang mereka ceritakan.

    Aldian menurut Haliza sangat kasar dan cenderung psikopat. Bagaimana bisa ia menjalani hidup dengan pria kasar dan psikopat seperti itu? Yang ada nyawanya bisa-bisa terancam setiap saat. Terlebih jika ia tetap membantah apa yang dikatakan Aldian, bisa-bisa sangkur tentara milik pria itu melayang mengenai lehernya.

    Haliza bergidik ngeri saat membayangkan betapa kasarnya Aldian. Terlebih Aldian seorang tentara, pastinya selama pendidikan Akmil, Aldian sudah ditempa dengan keras. Bisa jadi didikan saat pendidikan Akmil, dia terapkan di lingkungan rumah. Lagi-lagi Haliza bergidik ngeri saat membayangkannya.

    "Ngapain kamu bergidik seperti itu, apa yang sedang kamu pikirkan?" Lagi-lagi Haliza terperanjat dengan keberadaan Aldian yang sudah keluar dari kamar mandi. Wajah Haliza pias, tubuhnya juga terasa lemas.

    "Buruan ke kamar mandi. Guyur tubuhmu yang lengket itu. Setelah maghrib, kita cari makan di luar," ujar Aldian seraya berlalu dari hadapan Haliza yang masih terkesima.

    Haliza berdiri, dia tidak membantah dan segera menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi dia termenung lama. Haliza membayangkan berapa lama ia akan bisa bertahan dengan lelaki modelan psikopat seperti Aldian.

    Haliza menjadi sedih apabila ia ingat akan nasib cintanya. Setelah diputuskan Ardian tanpa sebab, ia tiba-tiba dijodohkan dengan seorang abdi negara yang sama sekali tidak ia sukai. Abdi negara yang menurutnya kasar dan cenderung psikopat.

    Haliza bagaikan terlepas dari mulut buaya, masuk ke dalam sarang singa yang lapar. Betapa getirnya nasib hidup Haliza saat ini.

    "Liza, kenapa cipratan airnya belum terdengar, kamu belum mandi? Cepatlah mandi, ini hampir sore, kamu belum sholat Ashar juga, kan? Ayolah, jadi istri jangan lelet," teriak Aldian mengejutkan Haliza yang sejak tadi termenung. Haliza segera mengguyur tubuhnya yang lengket dengan air shower yang hangat. Untung saja shower itu hangat, sebab kalau tidak, ia bisa saja membeku kayak kutub utara, sebab udara kota Lembang ternyata lumayan dingin.

    Haliza sudah siap dengan jaket dan rok semata kakinya. Sesuai ajakan Aldian tadi, setelah Maghrib ini ia akan mengajaknya makan di luar. Sejenak Aldian menatap Haliza untuk memastikan dandanan Haliza tidak menor.

    "Bagus sih, anggun dan sederhana. Coba kalau sikapnya bisa lebih lembut, pasti dia akan bertambah sweet," bisik Aldian di dalam hati.

    Aldian dan Haliza kini sudah berada di dalam mobil. Tidak ada yang berkata sepatah katapun di dalam, lagipula Haliza malas bicara dengan Aldian. Kebekuan mereka berakhir ketika mobil Aldian hampir tiba di sebuah toko serba ada.

    "Berhenti, Mas. Berhenti dulu di samping toko itu. Aku mau beli pembalut," ujar Haliza menghentikan laju mobil yang dijalankan Aldian.

    "Beli apa, pembalut? Belum apa-apa sudah datang bulan." Aldian terdengar merutuk saat Haliza menuruni mobil. Haliza tertawa dalam hati, kali ini dia berhasil membuat Aldian kecewa.

    "Sekalian saja aku kerjain," batin Haliza berencana.

Terpopuler

Comments

Titik Sofiah

Titik Sofiah

lanjut lanjut Thor

2024-10-23

2

Lendra malayu

Lendra malayu

thorrr yg rajin ya up nya ,,klu bs tiap hari /Kiss//Kiss/

2024-10-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Tidak Sengaja di Bandara
2 Bab 2 Nama Yang Hampir Sama
3 Bab 3 Pernikahan
4 Bab 4 Belum Apa-apa Sudah Beli Pembalut
5 Bab 5 Penolakan Aldian
6 Bab 6 Akal-akalan Haliza
7 Bab 7 Kebohongan Yang Terbongkar
8 Bab 8 Ketahuan Belum Move On
9 Bab 9 Sebelum Mencintaimu
10 Bab 10 Foto Masa Kecil Aldian
11 Bab 11 Kepulangan Aldian Yang Tidak Disangka
12 Bab 12 Marahnya Aldian
13 Bab 13 Bagai Singa Lapar dan Kasar
14 Bab 14 Paket Vitamin
15 Bab 15 Bertemu Halwa
16 Bab 16 Aldian Marah Lagi
17 Bab 17 Apatis
18 Bab 18 Malam Horor
19 Bab 19 Setelah Horor Terbitlah Romantis
20 Bab 20 Gara-gara Sempak dan Celana Dalam
21 Bab 21 Mantan Haliza
22 Bab 22 Perdebatan
23 Bab 23 Menemui Mantan Kekasih
24 Bab 24 Ingin Mengajukan Gugatan Cerai
25 Bab 26 Bukan Pil KB
26 Bab 26 Satu Kamar Lagi
27 Bab 27 Satu Ranjang Beda Selimut
28 Bab 28 Karma Sedang Menimpa
29 Bab 29 Keruh Lagi
30 Bab 30 Haliza Mengurung Diri
31 Bab 31 Harapan Haliza
32 Bab 32 Tidur di Sofa Kamar Aldian
33 Bab 33 Mangga Muda dan Hp Haliza yang Rusak
34 Bab 34 Sekamar Lagi
35 Bab 35 Kejutan dari Aldian
36 Bab 36 Ada Cemburu di Acara Persit
37 Bab 37 Mangga Muda Dicocol Garam
38 Bab 38 Paket Tespek
39 Bab 39 Garis Dua
40 Bab 40 Kado Surprise dari Haliza
41 Bab 41 Antusiasme Aldian
42 Bab 42 Haliza Dirawat
43 Bab 43 Anak Pertama Ingin Perempuan
44 Bab 44 Haliza Cemburu, Aldian Senang
45 Bab 45 Pemeriksaan Kandungan
46 Bab 46 Jadi Diri Sendiri
47 Bab 47 Gerak Jalan
48 Bab 48 Haliza Mual dan Lemas
49 Bab 49 Janji
50 Bab 50 Ngidam Sea Food
51 Bab 51 Aneh-aneh Saja
52 Bab 52 Kerinduan
53 Bab 53 Postingan Foto di Facebook
54 Bab 54 Melahirkan
55 Bab 55 Satu Tahun Kemudian (End)
56 Karya Baru Judul ; Pengobat Cinta Letnan Angkuh Yang Patah Hati
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Tidak Sengaja di Bandara
2
Bab 2 Nama Yang Hampir Sama
3
Bab 3 Pernikahan
4
Bab 4 Belum Apa-apa Sudah Beli Pembalut
5
Bab 5 Penolakan Aldian
6
Bab 6 Akal-akalan Haliza
7
Bab 7 Kebohongan Yang Terbongkar
8
Bab 8 Ketahuan Belum Move On
9
Bab 9 Sebelum Mencintaimu
10
Bab 10 Foto Masa Kecil Aldian
11
Bab 11 Kepulangan Aldian Yang Tidak Disangka
12
Bab 12 Marahnya Aldian
13
Bab 13 Bagai Singa Lapar dan Kasar
14
Bab 14 Paket Vitamin
15
Bab 15 Bertemu Halwa
16
Bab 16 Aldian Marah Lagi
17
Bab 17 Apatis
18
Bab 18 Malam Horor
19
Bab 19 Setelah Horor Terbitlah Romantis
20
Bab 20 Gara-gara Sempak dan Celana Dalam
21
Bab 21 Mantan Haliza
22
Bab 22 Perdebatan
23
Bab 23 Menemui Mantan Kekasih
24
Bab 24 Ingin Mengajukan Gugatan Cerai
25
Bab 26 Bukan Pil KB
26
Bab 26 Satu Kamar Lagi
27
Bab 27 Satu Ranjang Beda Selimut
28
Bab 28 Karma Sedang Menimpa
29
Bab 29 Keruh Lagi
30
Bab 30 Haliza Mengurung Diri
31
Bab 31 Harapan Haliza
32
Bab 32 Tidur di Sofa Kamar Aldian
33
Bab 33 Mangga Muda dan Hp Haliza yang Rusak
34
Bab 34 Sekamar Lagi
35
Bab 35 Kejutan dari Aldian
36
Bab 36 Ada Cemburu di Acara Persit
37
Bab 37 Mangga Muda Dicocol Garam
38
Bab 38 Paket Tespek
39
Bab 39 Garis Dua
40
Bab 40 Kado Surprise dari Haliza
41
Bab 41 Antusiasme Aldian
42
Bab 42 Haliza Dirawat
43
Bab 43 Anak Pertama Ingin Perempuan
44
Bab 44 Haliza Cemburu, Aldian Senang
45
Bab 45 Pemeriksaan Kandungan
46
Bab 46 Jadi Diri Sendiri
47
Bab 47 Gerak Jalan
48
Bab 48 Haliza Mual dan Lemas
49
Bab 49 Janji
50
Bab 50 Ngidam Sea Food
51
Bab 51 Aneh-aneh Saja
52
Bab 52 Kerinduan
53
Bab 53 Postingan Foto di Facebook
54
Bab 54 Melahirkan
55
Bab 55 Satu Tahun Kemudian (End)
56
Karya Baru Judul ; Pengobat Cinta Letnan Angkuh Yang Patah Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!