Malam itu, langit gelap pekat dan sepi, hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang samar. Enjelina berdiri di depan pintu masuk vila Aldridge, bersama Brian dan Gregory. Villa yang megah itu tampak sunyi, namun aura misteriusnya terasa begitu nyata. Mereka semua tahu bahwa malam ini bisa mengubah segalanya.
“Apakah kamu yakin kita harus masuk?” tanya Gregory dengan suara pelan, menatap pintu besar yang terkunci. “Kita belum tahu apa yang menunggu di dalam.”
Enjelina mengangguk, matanya tajam dan penuh tekad. “Ini adalah satu-satunya petunjuk yang kita punya. Jika ada yang ingin menghalangi kita, kita akan siap. Tapi aku tidak akan mundur sekarang.”
Brian, yang sebelumnya terlihat ragu, mengeluarkan kunci yang telah didapatkan melalui penyelidikan mereka. “Aku rasa kita tidak punya banyak waktu. Kalau kita menunggu lebih lama, bisa saja kita kehilangan jejak.”
Pintu villa terbuka perlahan, mengeluarkan suara berderit yang menambah kesan angker. Mereka bertiga melangkah masuk dengan hati-hati, memeriksa setiap sudut ruangan yang terlihat sepi. Semua perabotan di dalam vila itu tampak berdebu, seolah tidak ada yang menginjaknya dalam waktu yang lama. Namun ada sesuatu yang aneh—keheningan itu terasa begitu mencekam.
...****************...
Enjelina memimpin langkah mereka, tangan terulur di depan untuk menghindari perabotan yang ada di jalan. Setiap langkahnya dipikirkan dengan matang, matanya menyapu ruangan yang gelap. Mereka melintasi lorong panjang yang dipenuhi lukisan-lukisan antik, beberapa di antaranya tampak mencurigakan. Ada banyak petunjuk yang bersembunyi dalam keheningan ini, namun Enjelina tahu bahwa mereka harus lebih berhati-hati. Setiap gerakan mereka diawasi.
“Ada yang aneh,” kata Brian, suara pelannya memecah keheningan. “Semua lampu di sini mati, namun ada cahaya yang terlihat dari ruang bawah tanah.”
Gregory mengangguk, menatap Enjelina. “Kita harus memeriksa itu. Jika ada yang tahu kita datang, mereka pasti akan bersembunyi di sana.”
Enjelina tidak berkata apa-apa, namun matanya yang tajam sudah menandakan bahwa ia siap menghadapi apapun yang ada di hadapannya. Mereka menyusuri tangga menuju ruang bawah tanah yang terletak di bawah tanah. Saat mereka sampai, sebuah pintu besar tertutup rapat menanti untuk dibuka.
Brian maju terlebih dahulu, mencoba membuka pintu yang terkunci. Setelah beberapa saat, pintu itu akhirnya terbuka perlahan. Ruang bawah tanah itu dipenuhi oleh rak-rak kayu yang dipenuhi dengan barang-barang antik dan benda-benda aneh yang mengingatkan Enjelina pada masa lalu keluarganya. Di bagian tengah ruangan, sebuah meja besar tertutup kain hitam, yang mencurigakan. Di atas meja itu, sebuah kotak perhiasan yang berkilau terletak dengan sangat mencolok.
Gregory melangkah lebih dekat dan membuka kotak itu dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat permata berwarna biru tua yang berkilau, namun berbeda dengan permata lainnya yang pernah ia lihat. Ada sesuatu yang ganjil dengan permata ini, seolah-olah ia bukan sekadar perhiasan biasa.
“Ini...” Enjelina menatap permata itu dengan penuh perhatian. “Ini bukan hanya permata biasa. Ini berhubungan dengan koleksi Aldridge.”
Brian mengangguk pelan. “Betul. Kolektor seni terkenal seperti Aldridge tentu memiliki banyak barang langka, tapi ini... ini seperti pesan yang ingin disampaikan. Sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.”
...****************...
Saat mereka tengah terfokus pada permata itu, sebuah suara keras mengganggu keheningan. Pintu ruang bawah tanah tiba-tiba tertutup dengan keras, membuat mereka semua terkejut. Dalam sekejap, ruangan itu berubah menjadi gelap gulita, hanya diterangi oleh kilatan cahaya yang datang dari lampu senter di tangan mereka.
Enjelina langsung berlari menuju pintu, namun pintu itu tidak bisa dibuka. Mereka terperangkap di dalam.
“Ini bukan kebetulan,” kata Enjelina dengan suara yang datar. “Seseorang pasti tahu kita akan datang.”
Brian meraih ponselnya untuk mencoba menghubungi orang lain, namun sinyal di dalam ruang bawah tanah itu terputus. Mereka hanya bisa mengandalkan insting dan keahlian mereka. Namun, saat itulah mereka mendengar suara langkah kaki mendekat.
Seorang pria muncul dari kegelapan, wajahnya tersembunyi di balik topi hitam. Suaranya dalam dan dingin, terdengar seperti seseorang yang sudah terbiasa dengan situasi berbahaya.
“Kalian akhirnya datang,” kata pria itu dengan nada yang menantang. “Aku sudah menunggu terlalu lama.”
Enjelina segera mengangkat kepalanya, mata tajamnya langsung memindai pria itu. Ada sesuatu yang sangat familiar dengan cara pria itu berbicara, namun ia belum bisa mengingat dengan pasti.
“Siapa kamu?” tanya Enjelina dengan nada tegas.
Pria itu hanya tersenyum tipis, lalu membuka topinya, memperlihatkan wajahnya yang ternyata tidak asing lagi bagi Enjelina.
“Lucas Aldridge,” jawabnya dengan suara dingin. “Saya menunggu kalian untuk akhirnya datang dan mengungkap semua rahasia ini.”
Enjelina merasakan darahnya berdesir. Ini bukan kebetulan. Lucas Aldridge—orang yang selama ini menjadi bagian dari teka-teki keluarganya—ternyata masih hidup dan terlibat dalam semua ini. Semua petunjuk yang telah mereka temukan akhirnya mengarah pada satu titik ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments