Setelah menemukan surat dan buku catatan itu, Enjelina membawa semuanya kembali ke apartemennya. Malam itu, ia menghabiskan waktu untuk membaca setiap halaman, mencoba memahami masa lalu keluarganya. Buku catatan Lucas Aldridge mencatat pertemuan-pertemuan rahasia, strategi melawan organisasi kriminal, dan—yang paling mengejutkan—beberapa nama yang familiar. Salah satu nama itu adalah Magus.
“Jadi, Magus bukan sekadar pencuri,” gumam Enjelina, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan malam. “Dia adalah sekutu ibuku. Tapi mengapa dia terlibat dalam kasus ini sekarang?”
Pikirannya semakin terbagi. Di satu sisi, ia ingin mempercayai bahwa Magus tidak sepenuhnya jahat. Namun, tindakannya baru-baru ini—pencurian permata langka—tidak bisa diabaikan begitu saja.
Di sela-sela membaca, ponsel Enjelina berbunyi. Kali ini, Gregory yang menelepon.
“Parker, kami mendapatkan informasi baru tentang Magus,” kata Gregory tanpa basa-basi. “Dia terlihat di hotel tua dekat pelabuhan malam ini. Jika kau ingin menangkapnya, ini kesempatan kita.”
“Baik. Aku akan ke sana,” jawab Enjelina singkat.
...****************...
Hotel tua itu tampak sepi, seperti bangunan yang sudah lama ditinggalkan. Namun, lampu redup di lantai atas menunjukkan adanya aktivitas. Enjelina tiba bersama Gregory dan beberapa petugas kepolisian, termasuk Matteo yang masih tampak skeptis terhadap semua ini.
“Parker, jangan terlalu percaya diri,” Matteo memperingatkan. “Magus selalu punya rencana cadangan. Dia tidak akan tertangkap dengan mudah.”
“Aku tahu,” jawab Enjelina, menatap lantai atas dengan tatapan tajam. “Tapi kita tidak bisa membiarkan dia terus bebas.”
Mereka bergerak dengan hati-hati, memastikan setiap sudut ruangan aman sebelum melanjutkan ke lantai atas. Ketika mereka mencapai lantai yang dituju, mereka menemukan sebuah kamar dengan pintu yang sedikit terbuka. Dari dalam, terdengar suara seseorang bersiul pelan.
Enjelina mengisyaratkan agar yang lain tetap diam. Ia mendorong pintu dengan perlahan dan menemukan Magus sedang duduk di kursi, memandangi permata yang baru saja dicurinya. Senyum licik menghiasi wajahnya.
“Aku tahu kau akan datang, Parker,” kata Magus tanpa menoleh. “Kau benar-benar memiliki keberanian seperti ibumu.”
“Letakkan permata itu, Magus,” ujar Enjelina dengan suara tegas. “Dan menyerahlah. Ini sudah cukup.”
Magus tertawa kecil, lalu berdiri. “Kau benar-benar mirip Evelyn. Selalu berusaha menjadi pahlawan. Tapi tahukah kau? Dunia ini tidak sehitam dan seputih yang kau bayangkan.”
Sebelum ada yang bisa bereaksi, Magus menjentikkan jarinya, dan tiba-tiba seluruh ruangan dipenuhi asap tebal. Enjelina mendengar langkah kaki cepat menjauh, dan ketika asap itu menghilang, Magus sudah tidak ada di sana.
“Dia kabur!” Matteo berteriak, wajahnya dipenuhi kemarahan.
“Tunggu,” kata Enjelina sambil mengamati meja tempat Magus sebelumnya duduk. Ada sesuatu yang ditinggalkan di sana—sebuah amplop kecil dengan namanya tertulis di atasnya.
...****************...
Ketika mereka kembali ke kantor polisi, Enjelina membuka amplop itu. Di dalamnya terdapat secarik kertas kecil bertuliskan: “Jika kau ingin jawaban, temui aku di tempat di mana matahari terbit pertama kali bagi keluargamu.”
Gregory yang berdiri di sampingnya membaca pesan itu dengan alis terangkat. “Apa maksudnya ini?”
Enjelina berpikir sejenak. Kata-kata itu terdengar seperti petunjuk, namun juga seperti teka-teki. “Aku tidak tahu,” jawabnya jujur. “Tapi aku rasa ini ada hubungannya dengan masa lalu keluargaku.”
“Apakah kau yakin ingin mengejarnya?” tanya Gregory. “Magus mungkin berbahaya, tapi dia juga memainkan permainan yang tidak sepenuhnya kita pahami.”
“Aku harus tahu kebenarannya,” kata Enjelina tegas. “Ini bukan hanya tentang Magus atau permata yang dia curi. Ini tentang ibuku, keluargaku, dan apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu.”
Gregory menatapnya selama beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk. “Baiklah. Jika kau memutuskan untuk melanjutkan, aku akan membantumu.”
...****************...
Sementara itu, di sisi lain kota, Nicholas Parker sedang berbincang dengan Brian Delano di kantornya. Percakapan mereka berfokus pada penyelidikan yang sedang berlangsung, namun tiba-tiba Nicholas menyebut nama Lucas Aldridge.
“Lucas pernah menjadi bagian penting dalam hidup Evelyn,” kata Nicholas, suaranya terdengar berat. “Dia tahu banyak hal tentang masa lalu kami yang bahkan aku tidak tahu sepenuhnya. Jika Magus benar-benar muncul kembali, maka ini bisa berarti sesuatu yang besar sedang terjadi.”
Brian mengangguk pelan. “Apa yang harus kita lakukan?”
“Kita harus melindungi Enjelina,” jawab Nicholas. “Dia mungkin lebih kuat daripada yang kita kira, tapi dia masih belum memahami seberapa dalam rahasia ini sebenarnya.”
...****************...
Malam itu, di apartemennya, Enjelina duduk sendiri sambil memandangi surat dari Magus. Ia tahu bahwa perjalanan ini akan membawanya ke tempat-tempat yang tidak pernah ia bayangkan. Namun, di balik rasa ragu dan takut, ada tekad yang kuat dalam dirinya.
“Aku akan menemukan kebenaran,” gumamnya. “Tidak peduli apa yang harus kuhadapi.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments