Pagi itu, kantor detektif tempat Enjelina bekerja diselimuti suasana tegang. Gregory Hart baru saja menyampaikan laporan tentang kemunculan Magus kepada Inspektur Brian Delano dan Matteo Sullivan. Keduanya segera memutuskan bahwa kasus ini membutuhkan perhatian penuh dari kepolisian.
Namun, di tengah diskusi mereka, Enjelina masuk dengan wajah yang tidak biasa—campuran tekad dan kegelisahan. "Aku ingin membantu," katanya tegas.
Brian mengangkat alis, menatapnya dengan penuh pertimbangan. "Ini bukan kasus biasa, Nona Parker. Kau tahu betul siapa yang sedang kita hadapi."
"Justru karena itu," jawab Enjelina tanpa ragu. "Ini bukan hanya tentang Magus. Ini tentang keluargaku. Aku tidak bisa hanya duduk diam sementara orang-orang yang aku sayangi menjadi sasaran."
Gregory, yang berdiri di sisi ruangan, menatapnya dengan ekspresi sedikit khawatir. "Enjelina, ini bukan hanya soal kemampuanmu. Magus itu licik, berbahaya, dan punya jaringan yang luas. Kau bisa terjebak dalam permainannya."
"Dia sudah memainkan permainan ini sejak lama, dan aku tidak akan membiarkannya menang," balas Enjelina dengan suara penuh tekad.
Brian menghela napas panjang sebelum mengangguk. "Baiklah. Tapi kau harus bekerja sama dengan tim. Tidak ada tindakan gegabah."
Di Lokasi Kasus Baru
Hari itu, Enjelina, Gregory, dan Brian dikirim ke sebuah lokasi pencurian yang tampaknya memiliki hubungan dengan Magus. Permata langka yang disimpan di sebuah museum berhasil dicuri, dan motifnya mengingatkan mereka pada gaya Magus.
Di tempat kejadian, Enjelina mengamati setiap sudut dengan teliti. Dia memperhatikan pola yang tidak biasa di sekitar kaca yang pecah—seperti bekas potongan yang sangat rapi. "Ini bukan sembarang pencuri," gumamnya.
Gregory, yang berdiri di sampingnya, mengangguk. "Sepertinya dia menggunakan alat pemotong laser. Sangat presisi."
"Dan sangat khas Magus," tambah Brian, yang tengah berbicara dengan salah satu petugas keamanan museum. "Dia tidak meninggalkan jejak lain kecuali tanda tangannya."
Enjelina mendekati meja tempat permata itu sebelumnya diletakkan. Ia memperhatikan sesuatu yang tidak biasa—selembar kertas kecil yang tertinggal di bawah kaca. Dengan hati-hati, dia mengambilnya dan membaca tulisan yang tertera:
"Untuk yang terpilih. Temui aku di tempat segalanya dimulai."
Pesan itu membuat bulu kuduk Enjelina berdiri. Ia tahu bahwa ini bukan kebetulan. Pesan ini jelas ditujukan kepadanya.
Di Apartemen Enjelina
Malam itu, Enjelina duduk di meja kerjanya, merenungkan pesan yang ia temukan. Tempat segalanya dimulai—kalimat itu terus terngiang di kepalanya. Ia mencoba menghubungkan pesan itu dengan cerita masa lalu keluarganya yang baru ia ketahui. Apakah ini berarti Magus ingin mengarahkannya ke tempat di mana semuanya bermula? Tapi di mana itu?
Pikirannya terganggu ketika Hellena dan Clarissa mengetuk pintu apartemennya. "Kami membawakan makanan," kata Clarissa ceria, mengangkat kantong kertas berisi makanan kesukaannya.
Hellena menatapnya dengan tajam. "Dan kami datang untuk memastikan kau tidak terlalu keras pada dirimu sendiri. Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu."
Enjelina tersenyum tipis, sedikit terhibur oleh kehadiran kedua sahabatnya. "Aku baik-baik saja. Hanya mencoba mengurai sesuatu yang rumit."
Clarissa duduk di sofa, menatap Enjelina penuh perhatian. "Apa pun itu, kau tahu kami selalu ada untukmu, bukan?"
Hellena menambahkan, "Dan jika ini ada hubungannya dengan kasus berbahaya, kau tahu aku bisa melindungimu."
Ucapan mereka membuat Enjelina merasa sedikit lebih ringan. Dia menceritakan pesan yang ia temukan kepada mereka, berharap pendapat mereka bisa membantunya menemukan petunjuk.
"Tempat segalanya dimulai..." gumam Hellena. "Mungkin itu tempat di mana keluargamu pertama kali terlibat dalam kasus besar ini?"
Clarissa mengangguk setuju. "Atau mungkin tempat di mana Magus pertama kali muncul?"
Enjelina merenung. "Itu masuk akal. Aku harus berbicara dengan orang tuaku tentang ini."
Percakapan dengan Nicholas dan Evelyn
Esok harinya, Enjelina pergi ke rumah keluarganya untuk berbicara dengan Nicholas dan Evelyn. Ia menunjukkan pesan itu kepada mereka, berharap mendapatkan petunjuk.
Nicholas menatap kertas itu dengan ekspresi serius. "Tempat segalanya dimulai... Kalau itu benar, maka ada satu tempat yang mungkin dimaksud. Gudang tua di pelabuhan selatan. Di sanalah Evelyn pertama kali membelot dari organisasi itu."
Evelyn menatap Nicholas dengan cemas. "Apakah itu ide yang baik untuk mengirim Enjelina ke sana? Itu tempat yang berbahaya."
"Aku tidak akan pergi sendirian," jawab Enjelina dengan tegas. "Aku akan membawa timku."
Nicholas mengangguk, meskipun ekspresinya tetap khawatir. "Berhati-hatilah, Enjelina. Magus tidak akan mengundangmu tanpa alasan."
Di Pelabuhan Selatan
Malam itu, Enjelina bersama Gregory dan Brian pergi ke pelabuhan selatan. Mereka membawa tim kecil untuk berjaga-jaga, tetapi suasana di sekitar mereka begitu sunyi, hampir menyeramkan.
Mereka menemukan gudang tua yang dimaksud Nicholas. Pintu gudang itu sedikit terbuka, seolah-olah mengundang mereka masuk. Dengan hati-hati, mereka melangkah masuk, memastikan setiap sudut aman.
Di dalam, mereka menemukan sesuatu yang mengejutkan—sebuah peta besar yang tergantung di dinding, dengan tanda merah di beberapa lokasi. Di meja, ada sebuah kotak kecil yang terkunci rapat.
Gregory mencoba membuka kotak itu, tetapi tidak berhasil. "Ini terkunci dengan kode. Kau punya ide, Enjelina?"
Enjelina memperhatikan peta itu dengan cermat. Salah satu lokasi yang ditandai adalah tempat tinggal keluarganya. "Sepertinya ini lebih dari sekadar peta biasa," katanya. "Kita harus memecahkan ini."
Sebelum mereka bisa melanjutkan, suara tawa pelan terdengar dari kegelapan. "Selamat datang, Nona Parker," kata suara itu.
Magus muncul dari bayangan, dengan senyum liciknya. "Permainan baru saja dimulai."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments