Setelah melakukan perawatan selama satu minggu lebih, akhirnya hari ini heriyani melepaskan perban di wajahnya dan begitu perbannya terlepas, Heriyani langsung melihat wajahnya pada cermin yang telah disiapkan di sana.
Tentu saja Heriyani merasa tidak puas dengan hasilnya sebab masih ada bekas luka di wajahnya meski bekas luka tersebut jauh lebih tipis dibanding yang telah dijelaskan dokter sebelumnya.
Veronika pun tidak senang, karena artinya bekas luka tersebut tidak akan bisa hilang meski ditutupi dengan make up sehingga dia menatap sang dokter, "apa tidak Ada cara lain lagi untuk menghilangkan bekas lukanya? Tidak mungkin putriku seumur hidup akan berdamai dengan bekas luka yang mengganggu itu kan?!"
"Saya sudah menjelaskannya di awal, kita bisa melakukan cangkok kulit namun hal itu juga tidak akan sepenuhnya sempurna, tetapi bisa sedikit membuat bekas lukanya menjadi lebih tersamarkan. Namun untuk melakukan cangkok kulit maka prosedurnya cukup panjang dan terlebih kulit yang dicangkok harus diperiksa terlebih dahulu--"
"Sebaiknya Kami pergi ke luar negeri saja!" Ucap Heriyani yang yakin kalau dia bisa mendapatkan hasil yang lebih baik jika melakukannya di luar negeri seperti Korea atau Brazil.
"Itu benar, kami akan melakukannya di luar negeri saja," kata Veronica yang sangat tidak puas dengan hasil operasi putrinya.
Maka setelah selesai dari rumah sakit, Veronica membawa putrinya kembali ke rumah dan begitu tiba di rumah, Veronica langsung menghubungi suaminya untuk mencari tahu klinik kecantikan yang ada di luar negeri.
Sementara Heriyani yang pergi ke kamarnya, dia duduk di depan komputer.
'Pertandingan ini akan dilakukan secara live, tapi aku masih bisa menggunakan masker untuk mengikutinya. Tapi,, Siapa yang bernama Vanessa ini? Tidak mungkin Vanessa anak pembantu dan sopir itu kan?' ucap Heriyani dalam hati sambil mengecek profil milik Vanessa.
Namun ketika mengeceknya, Heryani hanya mendapati foto profil perempuan itu adalah seekor semut yang membawa helaian daun yang lebih besar dari tubuh semut itu sendiri.
Sementara isi profil Vanessa yang lain yang menggambarkan jati dirinya terlalu banyak dikosongkan dan hanya berisi negara asal Vanessa saja.
"Perempuan ini tidak mungkin Vanessa yang itu! Dia bahkan tidak tahu cara menggunakan ponsel dengan benar jadi tidak mungkin dia bisa bermain game seperti profesional hingga lolos di babak penyisihan," kata Heriyani sambil menutup komputernya dan setelah itu langsung mengecek tiket yang telah Ia pesan untuk pergi ke Jepang.
Keberangkatannya 2 hari lagi hingga Heriyani memilih membereskan barang-barangnya supaya nantinya tinggal berangkat saja.
Tak berbeda dengan Hariyani yang mulai mempersiapkan barang-barang yang hendak ia bawa ke Jepang, saat ini Vanessa juga sedang mempersiapkan barang-barang untuk ia bawa ke Jepang.
Sebuah koper berukuran besar dipilih Vanessa untuk menampung semua barang-barangnya karena dia berencana bukan hanya mengikuti kompetisi tersebut di Jepang namun akan jalan-jalan sebentar di Jepang.
Di tengah-tengah kesibukan Vanessa membereskan barang-barangnya, tiba-tiba ponsel yang diletakkan di atas meja berdering.
Drringg! Drring! Dr...
Vanessa meraih ponsel tersebut dan melihat sebuah panggilan telepon dari nomor tak dikenal membuat Vanessa sedikit kebingungan.
Itu adalah nomor ponsel baru, dan nomornya hanya diketahui oleh ayah dan ibunya saja serta beberapa perusahaan game yang sempat mengadakan turnamen yang diikuti oleh Vanessa.
Tetapi perusahaan game tidak akan menelpon, mereka hanya akan memberitahu informasi lewat pesan teks saja.
Meski bingung, Vanessa tetap mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo," ucap Vanessa pada orang di seberang telepon.
"Akhirnya kita bicara juga," kata perempuan dari seberang telepon membuat Vanessa langsung mengingat suara tersebut.
"Kau perempuan yang bersama dengan Iwan ya?" Ucap Vanessa.
"Heh?! Kau tanggap juga ya. Aku sudah tahu kalau Ayah dan ibumu hanya membuka warung kecil, Bahkan mereka hanyalah bekas pembantu dan seorang sopir. Anak seorang sopir dan pembantu sangat luar biasa ya, merayu seorang pria konglomerat seolah-olah tidak tahu di mana posisinya harus berada! Menurutmu keluarga Iwan akan menerima statusmu yang berasal dari keluarga rendahan itu? Sebaiknya kau sadar diri, menjauhi Iwan sekarang juga sebelum Aku melakukan sesuatu yang akan membuatmu menyesal seumur hidup!" Ucap Theresia dengan tegas.
"Apa?" Vanessa ingin bertepuk tangan untuk keberanian perempuan tersebut mengusiknya, "aku tahu kalau kau menyukai Iwan, Lalu kenapa tidak mengikat pria itu di sampingmu supaya tidak mengganggu perempuan lain? Aku cukup jijik melihatnya terus-menerus mengejarku, dan lebih jijik lagi melihat seorang perempuan yang tidak punya harga diri sepertimu!" Tegas Vanessa sebelum menutup panggilan telepon itu dengan kesal.
Theresia yang saat itu berada di rumahnya sangat terkejut dengan keberanian perempuan yang berteleponan dengannya.
"Beraninya perempuan ini! Hanya perempuan dari keluarga rendahan saja, berani berbicara jijik di hadapanku? Dia belum tahu kekuatan orang kaya itu seperti apa," ucap Theresia sambil menggertakkan giginya lalu segera menelpon seseorang yang merupakan salah satu bawahannya.
Drrt.... Drr....
"Ya, Nona," jawab seorang pria dari seberang telepon.
"Warung yang terakhir kali kau Fotokan untukku itu, aku ingin kau menghancurkan usaha mereka, buat supaya tidak bisa bangkit lagi!" Tegas Theresia dengan penuh amarah.
"Baik," jawab pria dari seberang telepon membuat Theresia merasa puas hingga dia menutup panggilan telepon itu dan duduk menunggu kabar kelanjutan dari pekerjaan bawahnya.
'Dasar! Akan ku buat dia bertekuk lutut memohon ampun di kakiku!' ucap Theresia dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
waduh nekat banget tu theresia...cih bentar lagi nangis tu
2024-10-12
0
Retno Palupi
g tau komen apa masih bingung dg karakter tokohnya. semangat nulis kak
2024-09-26
0
vj'z tri
hei ulat bulu 😤😤 jangan menilai orang dari luar ajj ... belum tahu kamu siapa Vanessa 😏😏
2024-09-12
0