Hantu Tanpa Lidah

Aku Linda ( nama samaran), siswi kelas dua belas di sebuah SMA Negeri di daerah Ketapang. Aku sudah melawati Ujian Nasional dan sedang merencanakan acara perpisahan dengan teman sekelas. Setelah beberapa kali diskusi, akhirnya kami sepakat dan memutuskan untuk menyewa villa kecil di daerah Ciater. Kami ingin semua anak kelas ikut karena ini akan jadi acara berkumpul terakhir sebelum semua melanjutkan kuliah ke tempat yang berbeda.

Sekitar pukul delapan malam, aku pergi ke rumah Angga. Di sana, kami berkumpul dulu sebelum berangkat ke Ciater di pagi hari. Kami berkumpul di rumah Angga karena rumahnya cukup besar dan pada saat itu kedua orang tua Angga sedang pergi keluar kota untuk keperluan bisnis. Kami berbincang, bersenda gurau, bernostalgia sepanjang malam. Lalu, sekitar pukul sebelas, Sahid, salah seorang temanku, mengajakku keluar untuk mencari makan. Dan aku mengiyakan ajakannya karena aku pun merasa lapar. Kami pergi mencari makan berlima, sisanya hanya menitip. Rumah Angga terletak jauh dari jalan raya. Jadi, untuk menuju ke jalan raya, kami terlebih dahulu melewati gang yang sempit. Kami terus melewati gang sambil menahan dinginnya udara Bandung malam itu. Kami melihat beberapa pedagang makanan sudah mulai berkemas untuk pulang. Kami berharap masih ada pedagang nasi goreng yang belum habis dagangannya.

BRAK!

Tiba-tiba, terjadi kecelakaan motor. Dua motor beradu dengan kecepatan yang tinggi dan kecelakaan itu terjadi tepat di depan mata kami. Spontan kami berlari untuk membantu korban kecelakaan itu. Kedua pengendara motor itu tersungkur di jalan. Aku melihat banyak darah segar berceceran. Ini pertama kalinya aku melihat kecelakaan motor separah ini. Korbannya adalah satu pria dan satu perempuan. Aku bisa melihat pria itu mengerakkan badannya saat dibopong ke pinggir jalan. Tapi korban perempuan, merintih dengan sangat lirih, seperti sedang sekarat. Andi, salah seorang temanku, menggotong perempuan itu ke pinggir jalan.

Tak lama kemudian, orang-orang mulai datang dan berkerumun. Setelah ku perhatikan dengan seksama, kepala perempuan itu seperti pecah , darah berlumuran di wajahnya, helm yang ia pakai terlempar entah ke mana. Selang beberapa menit setelah banyak orang berkerumun mobil ambulans datang dan membawa mereka ke rumah sakit. Setelah melihat kejadian tadi, kami memutuskan untuk kembali pulang saja ke rumah Angga dan tak jadi beli nasi goreng. Nafsu makan kami seperti hilang setelah melihat darah yang berceceran. Baju yang dikenakan Andi juga penuh dengan darah perempuan yang sekarat tadi. Mengerikan, ujarku dalam hati sambil bergidik ngeri.

Keesokan paginya, kami semua berkumpul dan siap berangkat menuju vila di Ciater yang kami sewa.

" Ki, bawa motornya pelan-pelan aja, ya!" pintaku kepada Diki salah seorang temanku yang lain, yang akan membonceng ku sampai ke vila. Aku masih ngeri kalau mengingat kejadian tadi malam. Setelah beberapa jam perjalanan, kami akhirnya tiba di vila yang cukup besar. Pohon-pohon besar di sekitar vila menambah suasana alami daerah Ciater ini. Kami pun langsung memulai serangkaian acara perpisahan yang sudah kami siapkan. Semua baik-baik saja, sampai pada malam hari kami memutuskan untuk mencari makan keluar vila.

Pukul sepuluh malam, kami sudah tiba di sebuah warung makan. Kami menghabiskan waktu untuk makan dan bercanda sampai jam sebelas. Lalu, kami memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang, udara terasa dingin dan hujan mulai turun dengan deras, disertai angin yang berhembus kencang. Kami pun menghentikan motor kami dan berteduh di sebuah kios kosong tak berpenghuni. Suasana sangat sepi, kiosnya pun gelap. Hanya lampu kecil yang menyala redup dan sedikit sinar bulan.

"Kok seram ya," aku bergumam dalam hati. Dan, kerena hujan tak kunjung reda, akhirnya Azim menyerukan ide untuk menghabiskan waktu sambil mendengarkan Nightmare Side di radio Ardan bersama-sama. Kebetulan, saat itu adalah malam jumat.

Semua menyetujui ide Azim, hanya aku yang merasa ragu karena melihat kondisi sekitar yang cukup menyeramkan, seperti suasana di pemakaman umum. Akhirnya, Azim mengeluarkan ponsel dan menyalakan radio tersebut. Aku melirik ke jam di tanganku, sudah hampir setengah dua belas dan hujan belum berhenti, aku mulai menggerutu di dalam hati. Setelah tiga cerita seram kami dengarkan, hujan mulai mereda dan berhenti. Kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan ke vila. Tapi, saat aku pergi, aku melihat raut wajah Andi dan Azim yang memucat. Aku tak tahu kenapa dan tak sempat juga untuk bertanya. Sahid memimpin rombongan tujuh motor malam itu, tapi tiba-tiba ia mengerem kendaraannya secara mendadak.

" Gua tadi lihat ada perempuan! Serius, gua gak bohong! Tadi ke sorot sama lampu motor gue. Ayo! Kita lebih cepat lagi ya bawa motornya. Biar cepat sampai vila," kata Sahid berseru. Nampak raut takut dan panik di wajahnya. Kami pun menuruti perkataan Sahid dan mempercepat laju motor kami. Dari awal, aku memang sudah merasa tak nyaman dengan kios tempat kami berteduh.

Sampai di vila, kami langsung masuk dan berkumpul di ruang tengah. Aku melihat wajah Andi yang masih pucat.

" Di, Lo kenapa?" tanyaku kepada Andi.

" Tadi gue lihat perempuan yang kemarin kecelakaan. Wajahnya sama persis dengan luka parah di kepalanya. Terus, dia minta tolong untuk dicarikan bagian lidahnya yang hilang pas kecelakaan," jelas Andi kepada kami. Kami kaget, tapi juga setengah mempercayai ceritanya Karena kami juga menyaksikan kecelakaan kemarin. Kami semua hening dan larut dalam pikiran masing-masing.

Lalu, temanku yang lain mengaku ia mendengar suara ayam saat kami mendengarkan Nightmare Side di kios itu. Suaranya terdengar sangat jauh tapi cukup mengganggu. Kami pun mengiyakan pengakuannya, karena ternyata kami semua mendengar hal yang sama! Kami pun memutuskan untuk segera tidur agar malam cepat berlalu. Aku mencoba memejamkan mata tapi pikiranku masih menerawang ke mana-mana. Namun, saat aku sedang berusaha untuk tidur, tiba-tiba aku kembali mendengar suara ayam. Suaranya seperti jauh di luar kamarku di vila ini. Aku mencoba menutup telinga tapi suara itu terdengar semakin nyaring dan menganggu. Lalu lambat laun, suara ayam itu berubah menjadi suara yang menyeramkan. Seperti suara rintihan. Aku memberanikan diri untuk beranjak dari tempat tidur dan menghampiri temanku yang lain. Tapi tak disangka-sangka, seorang perempuan duduk di ujung tempat tidurku. Wajahnya persis seperti korban kecelakaan kemarin dan ia menunjuk ke dalam mulutnya, seperti mengisyaratkan agar aku membantu mencari lidahnya! Kaget bukan main, aku berusaha berlari keluar kamar dan membangunkan teman-temanku. Mereka berhamburan dan mengecek kamarku, tapi sosok perempuan itu sudah tidak ada.

Keesokan harinya, setelah pulang dari Ciater, kami langsung ke lokasi kecelakaan yang terjadi beberapa hari lalu. Di sana kami mendapat informasi bahwa perempuan itu akhirnya meninggal. Kami pun akhirnya mengerti kenapa kami dihantui perempuan itu. Kini kami hanya berdoa agar kami tak diganggu lagi.

Cerita ini diambil dari buku Nightmare Side , kisah horor seseorang, terimakasih

Ingat kita berdampingan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!