Dimensi Lain

Ini sudah gelas keempat yang aku minum untuk membuat ku terjaga. Ya, aku tak ingin dan tak boleh tertidur. Aku mencari kesibukan lain seperti menghabiskan waktu dengan bermain game di kantor hanya untuk membuat ku terjaga, selain minum kopi tentunya. Aku tak ingin tidur karena tak ingin larut dalam mimpi dan tak bisa bangun lagi. Sudah tiga hari aku begini semenjak teman di kamar sebelah di kosanku, Lutfi, meninggal dunia karena sakit.

Tiga hari yang lalu, aku curiga pada Lutfi karena tidak keluar kamar dalam waktu yang cukup lama. Ketika membuka paksa kamarnya, aku melihat kondisinya yang sudah pucat. Tubuhnya demam dan ia juga mengalami sesak napas. Sontak aku panik dan langsung membawanya ke UGD di salah satu rumah sakit di Bandung. Selama di perjalanan, Lutfi tak berkata sepatah kata pun. Sesampainya kami di UGD, tim dokter langsung mengambil tindakan sementara aku hanya menunggu di luar hingga akhirnya dokter memberitahu ku kalau Lutfi tak dapat diselamatkan. Ia meninggal dunia. Aku sangat terpukul dengan kenyataan itu. Aku menyesal karena tidak lebih cepat berinisiatif untuk mengeceknya di kamar. Lalu, keesokan harinya, jasadnya pun di bawa dan dimakamkan oleh keluarganya.

Sehari setelah kejadian itu, aku mulai mengalami sesuatu yang mengerti kan. Saat itu sudah malam hari dan aku sedang browsing di kamar. Ponsel ku tiba-tiba berbunyi, tanda panggilan masuk. Ketika kulihat, nama Lutfi tertera di layar ponselku! Aku kaget bukan main, tapi aku berusaha berfikir positif. Lalu, aku memberanikan diri untuk mengangkat telepon itu, namun tak ada jawaban. Aku kembali menelepon nomor Lutfi karena kupikir mungkin saja ponselnya Lutfi sudah dibawa keluarganya dan keluarganya mencoba menghubungiku. Namun, aku mendengar suara ponsel berbunyi dan suara itu berasal dari kamar Lutfhi! Aku beranjak keluar kamar untuk memastikan. Aku berdiri di depan pintu untuk mendengarnya dan aku yakin suara itu memang berasal dari kamar Lutfhi. Berarti HP Lutfhi ada di kamar. Terus, siapa yang menelpon gue? Kataku dalam hati, mulai merasa gusar. Aku pun memutuskan untuk segera masuk di kamar dan bergegas untuk tidur.

Tak butuh waktu lama untuk ku terlelap rupanya. Tapi tiba-tiba, entah bagaimana, aku merasa terbangun dan aku sadar aku bangun di dalam mimpi. Aku melihat diriku berada di sebuah hutan. Tak terlalu gelap karena ada cahaya bulan yang menembus masuk ke dalam hutan. Aku berjalan menyusuri hutan yang sepi ini, sesekali aku mendengar seperti ada orang lain berjalan di belakang ku, namun ketika ku toleh tak ada siapa-siapa. Aku berjalan terus sampai aku tiba di sebuah sungai yang tenang. Ketika aku sedang merasa bingung, tiba-tiba ada yang menepuk bahuku! Kaget, aku langsung menoleh tapi lagi-lagi aku tak melihat siapa pun. Jantungku mulai berdegup kencang, sampai aku tidak waspada ada sesuatu yang menarik bajuku hingga aku jatuh ke dalam sungai. Aku mencoba menahan napas sambil meronta-ronta melakukan perlawanan. Bajuku terus ditarik semakin kuat ke dasar sungai. Aku berusaha naik ke permukaan dan terus meronta. Aku berhasil lepas, namun baju yang kukenakan akhirnya sobek. Ketika ku toleh ke dasar sungai, aku melihat sosok laki-laki yang tak asing... Dan itu Lutfhi! Kaget bercampur takut, aku langsung berenang secepat mungkin ke permukaan. Lutfhi sempat meraih kaki ku namun aku menendangnya hingga cengkeramannya terlepas . Tapi, aku merasa napas ku mulai habis dan kepalaku pusing. lalu, semua menjadi gelap dan tiba-tiba terbangun di kamarku. Badanku berkeringat. Ku buka bajuku dan betapa kagetnya aku mendapati baju bagian belakang robek seperti terkoyak. Apakah tadi itu nyata ? Aku bertanya-tanya dalam hati.

Mimpi yang sama terus menghantuiku selama tiga hari. Aku tak tahu maksud dari mimpi itu, aku tak paham pesan apa yang ingin disampaikan Lutfhi melalui mimpi itu. Di malam keempat, aku tak mau lagi mengalami hal serupa maka ku putuskan untuk menegakkan kopi dan bermain game sepanjang malam. Saat aku sedang bermain game, tiba-tiba pintu kamarku diketuk sebanyak tiga kali. Seketika aku terdiam, tapi kemudian aku memberanikan diri untuk beranjak dan membuka pintu. Tidak ada siapa-siapa di depan kamarku. Namun, ketika aku melihat ke samping, tepat di depan pintu kamar Lutfhi, ada seorang laki-laki berdiri. Dan itu Lutfhi tubuhnya basah kuyup bercampur lumpur. Aku hanya bisa mematung melihat temanku yang sudah meninggal kini ada di depan mataku. Sosok Lutfhi terdiam di depan kamarnya, wajahnya sendu. Lalu perlahan, ia menengok kepadaku. Aku langsung membuang muka dan menutup mata. Ketika kubuka, sosok itu sudah hilang. Aku bergegas masuk ke kamarku karena merasa pusing. Lalu, aku tertidur.

Siang harinya, aku menceritakan hal yang aku alami kepada ayahku. Kebetulan ayahku adalah orang yang cukup memahami hal-hal gaib. Ayahku bilang bahwa aku dibawa ke dimensi lain oleh Lutfhi. Di dimensi lain, kamar kosan ku adalah hutan dan sungai yang dihuni oleh banyak makhluk halus. Dan sosok yang menghantuiku bukanlah Lutfhi, melainkan jin yang menyerupai Lutfhi dan memang berniat menganggu ku. Namun, yang paling membuatku tercengang, Ayah bilang Lutfhi meninggal bukan karena sakit, tapi karena dibawa ke dimensi lain oleh jin yang jahat sehingga jiwanya tak bisa kembali lagi.

Sekian dari cerita horor ini semoga kalian suka jangan lupa like komen dan vote

Terima kasih

Ingat kita berdampingan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!