Bab 16 ajakan nikah dari Albert 2

Laura memandang Albert dengan mata yang berkilauan, menahan gema perasaan yang bergolak di dalam dadanya. Tatapan Albert terhadapnya sulit diartikan—seolah membawa kedalaman samudra namun penuh misteri yang tidak bisa terpecahkan.

Pria itu tersenyum manis, berdiri di sana menunggu jawaban yang telah lama tergantung di antara mereka. "Gimana, Nona? Apa kau bersedia menerima permintaanku?" tanya Albert dengan lembut, namun terdapat harapan besar yang tersirat dari suaranya.

Laura menghela napas, hatinya berdetak kencang. "Berikan aku waktu sebentar saja untuk berpikir, Albert," ucapnya seraya melirik ke samping, berusaha mengumpulkan keberanian. "Ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Aku ingin pernikahanku bertahan seumur hidup, bukan hanya karena tuntutan ingin memiliki sesuatu."

Albert mendekat, tatapannya semakin intens. "Pikirkan sebaik mungkin, Nona. Ini menyangkut kehormatan ayahmu dan juga perjuangan beliau dalam mengembangkan perusahaan ini menjadi sukses. Pertimbangkan semua yang aku tawarkan," ucapnya, suara penuh penekanan, hampir memaksa.

Laura mengangguk pelan, "Baiklah, aku akan mempertimbangkan semuanya," katanya dengan nada yang lebih pasti, meski di dalam hatinya terasa ada badai emosi yang siap membanjiri setiap sudut kesadarannya. Albert memberikan senyum kecil, tidak tahu bahwa di balik kesabaran Laura tersembunyi sebuah kegelisahan yang mendalam.

Sementara Albert berusaha keras untuk meyakinkan Laura agar menerima pinangannya, ambisi tersembunyi nya lebih kelam; dia mendambakan Laura bukan karena cinta, melainkan sebagai alat untuk menghancurkan Marcus perlahan-lahan. Laura merupakan kunci kebahagiaan Marcus, dan dengan merebutnya, Albert bisa merasakan kemenangan yang pahit.

Tiba-tiba, getaran ponsel Laura memecah kesunyian, mengumumkan kedatangan panggilan yang tak diinginkan oleh Albert. Matanya yang tajam segera menangkap nama yang terpampang di layar—Satria, yang membuat iris matanya menyempit, serasa bilah-bilah pisau yang penajam.

"Siapa dia?" suara Albert berubah menjadi dingin, memotong udara sekitar dengan ketegangan.

"Satria... Dia akan segera kesini," jawab Laura, nada suaranya tenang, tidak menyadari gejolak yang mulai membara di dalam dada Albert.

"Untuk apa dia ke sini?" tanya Albert sekali lagi, kali ini suaranya lebih tajam, seolah mampu membelah hati.

"Biasa... dia hanya ingin menjemput aku dan Sintya, mengajak jalan-jalan ke pasar malam," lanjut Laura, masih dengan nada santainya yang membuat jantung Albert semakin mendidih.

Di dalam benak Albert, pertanyaan dan keraguan berkecamuk menjadi satu. Api cemburu dan amarah yang ditahannya mulai menemukan celah, sebentar lagi mungkin akan meledak, mengancam untuk merusak semua yang dia rencanakan.

"Kurang ajar pria itu, berani sekali dirinya mengajak wanita ku pergi ke pasar malam, ku hat saja setelah aku berhasil menjadikan Laura sebagai istriku maka aku tidak akan pernah membiarkan pria itu kembalikan mendekati Laura, bahkan untuk melihatnya saja aku tidak akan pernah mengizinkan nya" batin Albert di dalam hatinya.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu nona, jadi kau mohon kau untuk mempertimbangkan semua nya.... Karena aku yakin jika semakin lama kau berpikir maka mereka yang ingin mengantikan posisi papa mu akan semakin cepat mengincar harta dari keluarga mu" ucap Albert datar.

"tuan Albert, jawabannya akan kuberikan besok pagi," bisik Laura dengan suara yang bergetar, "Aku perlu waktu untuk berdiskusi dengan dua sahabatku, mereka kini adalah segalanya bagiku." Suaranya sarat dengan kesedihan yang dalam.

"Baiklah, aku akan menunggu jawabanmu, nona," balas Albert dengan nada yang mengandung harapan palsu. "Semoga jawabanmu memenuhi harapan kita semua," lanjutnya dengan senyuman yang menyembunyikan maksud tertentu.

"Baiklah, Tuan," ucap Laura dengan ragu.

Segera setelah itu, Albert beranjak pergi meninggalkan ruangan dengan langkah cepat, wajahnya menampilkan senyum licik yang mengerikan. Di dalam benaknya, dia telah siap dengan rencana cadangan yang jauh lebih gelap. Jika Laura gagal memenuhi harapannya, ia tidak akan ragu menggunakan metode lebih kasar dan ancaman untuk memaksanya menikah, semata-mata demi membalas dendam kepada Marcus yang telah menghancurkan keluarganya.

...****************...

Di tempat yang lain, Laura dan kedua sahabatnya mencoba menenangkan pikiran di sebuah kafe di pusat kota. Rencana asli mereka untuk pergi ke pasar malam terpaksa ditunda karena hujan deras yang mengguyur, menambah atmosfer suram pada perbincangan mereka tentang masa depan Laura yang kini terasa begitu suram.

"Ada kah yang membuat nona Laura galau seperti ini" tanya Sintya menatap sahabatnya itu.

"Aku sedang memikirkan tawaran dari tuan Albert" ucap Laura meminum kopinya.

"Tuan Albert, apa maksud mu dengan pria itu" tanya Satria menatap dalam mata sahabatnya itu.

"Dia bisa membantuku untuk mengambil kembali perusahaan papa ku tanpa harus orientasi dulu, tapi......." Laura diam sebentar membuat kedai sahabat nya heran.

"Tapi apa Laura" tanya Sintya dan Satria yang penasaran dengan ucapan dari sahabatnya itu.

"Dia meminta ku untuk menikah dengan nya" jawab Laura lesu.

"APA" teriak Sintia dan Satria yang terkejut dengan ucapan dari wanita yang ada di depan mereka.

"Apakah dia sudah gila, Laura? Kenapa kau harus menikah dengannya untuk mengambil kembali perusahaan mu?" Sintya menatap Laura dengan pandangan yang penuh tanda tanya, kebingungan jelas tergambar di wajahnya.

Satria menggeleng, ketidakpercayaan jelas terpancar dari matanya. "Tentu ada cara lain, Laura. Ini gila!" Laura menghela napas panjang, matanya menerawang jauh ke luar jendela.

"Tidak ada pilihan lain, Satria. Ini satu-satunya cara yang dia tawarkan untuk membantuku." Laura menundukkan kepala, suaranya lirih namun sarat akan determinasi.

"Selama ini, publik tak pernah tahu jika aku adalah putri tunggal Papa Marcus. Media hanya mengenalnya sebagai pengusaha tanpa keturunan. Bayangkan kejutan mereka saat tahu aku akan menjadi CEO, mengungkap identitasku sebagai putri Marcus. Kemarin, para pemegang saham dan investor tercengang mendengar pengumuman itu. Mereka belum siap menerima aku, belum percaya padaku untuk melanjutkan warisan Papa." Dalam diam, Laura menatap ke depan, menyembunyikan kekhawatiran yang membebani hatinya.

"Maka dari itu, aku harus menuruti syarat ini, Satria. Meski terasa menyakitkan, meski terasa tidak adil. Ini demi masa depan perusahaan dan warisan Papa."

"Laura, tawaran itu seperti menjual jiwa. Hanya demi mendapatkan kembali posisi yang seharusnya memang milikmu, kau harus rela menikahi dia dan menggunakan namamu sebagai tamengnya di mata para pemegang saham serta investor," kata Sintya dengan nada frustrasi yang terasa hingga ke tulang.

Teman-temannya, Sintya dan Satria, mendengarkan dengan nafas yang tertahan, seraya melihat wanita tersebut terperangkap dalam dilema yang menghancurkan hati. Sintya dengan lembut memberikan pilihan pada Laura,

"Semuanya terserah padamu. Hanya kau yang akan berbagi atap dengan dia. Jika ini terasa benar bagimu, lanjutkan. Tapi ingat, kami selalu memberikan dukungan sepenuhnya untukmu." Sementara Satria, dengan tatapan penuh proteksi, mendekap Laura seolah ingin mengambil seluruh beban yang dihadapinya.

"Laura, aku ada di sini. Selalu di sisimu. Dan jika dia berani menyakitimu, aku akan menjadi tembok pertahananmu. Jangan takut," ucapnya, suaranya penuh ketegasan seolah ia adalah seorang pelindung yang tak akan membiarkan adiknya terluka.

Episodes
1 Bab 1 Amanah dari papa
2 Bab 2 Kedatangan Tuan Mafia
3 Bab 3 mencari identitas keluarga Marcus
4 Bab 4 Pertemuan pertama antara Laura dan Albert
5 Bab 5 Rencana licik Albert
6 Bab 6 rencana jahat Albert
7 Bab 7 berita buruk untuk Laura
8 Bab 8 kematian yang di palsukan
9 Bab 9 menjadi pahlawan untuk Laura
10 Bab 10 kekesalan Albert
11 Bab 11 antara perasaan dan dendam
12 Bab 12 kekejaman Albert
13 Bab 13 permohonan Marcus
14 Bab 14 kecemburuan Albert
15 Bab 15 Rapat pemegang saham
16 Bab 16 Ajakan nikah dari Albert
17 Bab 16 ajakan nikah dari Albert 2
18 Bab 18 Albert yang licik
19 Bab 19 rencana yang sesuai harapan
20 Bab 20 rencana ke pesta bersama
21 Bab 21 bertemu mantan pacar nya Albert
22 Bab 21 kebohongan Albert.
23 Bab 23 Albert marah.
24 Bab 24 Hari pernikahan Laura dan Albert
25 Bab 25 Sikap asli Albert
26 Bab 26 Gagal Malam Pertama
27 Bab 27 membuka topeng
28 Bab 28 nasehat Jeremy
29 Bab 29 jamuan makan malam bersama Albert
30 Bab 30 Laura menenangkan emosi Albert
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43 Albert cemburu
44 Bab 43
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 114
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Bab 1 Amanah dari papa
2
Bab 2 Kedatangan Tuan Mafia
3
Bab 3 mencari identitas keluarga Marcus
4
Bab 4 Pertemuan pertama antara Laura dan Albert
5
Bab 5 Rencana licik Albert
6
Bab 6 rencana jahat Albert
7
Bab 7 berita buruk untuk Laura
8
Bab 8 kematian yang di palsukan
9
Bab 9 menjadi pahlawan untuk Laura
10
Bab 10 kekesalan Albert
11
Bab 11 antara perasaan dan dendam
12
Bab 12 kekejaman Albert
13
Bab 13 permohonan Marcus
14
Bab 14 kecemburuan Albert
15
Bab 15 Rapat pemegang saham
16
Bab 16 Ajakan nikah dari Albert
17
Bab 16 ajakan nikah dari Albert 2
18
Bab 18 Albert yang licik
19
Bab 19 rencana yang sesuai harapan
20
Bab 20 rencana ke pesta bersama
21
Bab 21 bertemu mantan pacar nya Albert
22
Bab 21 kebohongan Albert.
23
Bab 23 Albert marah.
24
Bab 24 Hari pernikahan Laura dan Albert
25
Bab 25 Sikap asli Albert
26
Bab 26 Gagal Malam Pertama
27
Bab 27 membuka topeng
28
Bab 28 nasehat Jeremy
29
Bab 29 jamuan makan malam bersama Albert
30
Bab 30 Laura menenangkan emosi Albert
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43 Albert cemburu
44
Bab 43
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 114
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!