Kedua gadis itu memutuskan untuk masuk ke dalam Mansion milik Marcus.
"Papa.... " Panggil Laura yang berlari mencari keberadaan papanya itu.
"Om Marcus" tak lupa juga panggilan dari Sintya yang ikut meneriaki nama Marcus.
Marcus langsung menatap kedua gadis itu yang berlari mencari keberadaan diri nya.
"Ada apa dengan dua ajak itu, sungguh membuat saya pusing saja menghadapi tingkah laku kedua gadis itu" ucap Marcus yang menatap datar kearah putri nya dan juga sahabat dari putrinya yang datang untuk mencari dirinya.
"Ada apa anak-anak, kenapa kalian heboh sekali" tanya Marcus menatap kedua gadis yang sedang berdiri di depannya itu.
"Papa tau sesuatu tidak" tanya Laura yang duduk di samping papa nya.
"Ada apa" tanya Marcus lagi yang penasaran dengan cerita dari kedua gadis yang duduk di hadapan nya itu.
"Tadi ada orang yang berdiri di depan pagar rumah kita pa, pas aku mau menghampiri mobil itu, pemilik mobil itu langsung pergi dari sana dan kami curiga kalau itu mata-mata nya orang yang ingin melukai papa" cerita Laura.
"Iya om, saat kami ingin mengejarnya dia malah pergi dari sana sungguh sangat mencurigakan sekali kan om" ucap Sintya.
Marcus diam sebentar, sepertinya dia mulai curiga dengan seseorang. "Apa dia sudah kembali" batin Marcus menatap kedua gadis itu yang masih berada di hadapannya itu.
"Kalian tenang saja, papa akan mencari tau siapa yang ang berani main-main dengan ku dan untuk Laura, papa berharap sekali kau bisa mengantikan posisi papa di perusahaan papa, jangan sampai ada orang yang berani mengusik perusahaan itu" peringatan Marcus kepada putrinya itu.
"Iya pa...... Aku akan menjaga nama baik papa dan perusahaan papa.... Oh iya pa, ada yang ingin disampaikan oleh Sintya" ucap Laura menatap papanya.
"Ada apa nak, apa yang ingin kau sampaikan kepada Om, apa ini menyangkut papa dan mama mu disana" tanya Marcus menatap putri dari sahabatnya itu.
"Om..... Bolehkah aku bekerja jadi asistennya Laura, aku mohon om tolong terima akan di perusahaan om, aku tuh malas kalau harus bekerja dengan papa, papa terlalu banyak a aturan dan aku tidak suka jika papa terus-terusan mengekang aku nanti" ucap Sintya memelas
Marcus tersenyum melihat wajah memelas sahabat dari putrinya.
"Jadi kamu mau bekerja di perusahaan Om dan menjadi asisten nya Laura" tanya Marcus menatap gadis yang berada di depannya itu.
"Benar sekali om, jadi gimana om, apa bisa aku bekerja disana" tanya Sintya.
"Coba tanya Laura, om sudah memberikan semua wewenang kepada sahabat kamu itu nak" ucap Marcus menunjukan kearah Laura yang sedang duduk santai di hadapannya papa dan sahabat nya itu.
"Ya aku sih setuju saja, lagipula dia kan sahabat aku juga jadi itu kemudahan aku untuk menyelesaikan semua pekerjaan aku disana" ucap Laura menatap Sintya yang sudah tersenyum manis menatap dirinya.
"Ya kalau Laura sudah setuju, Om pun akan setuju" ucap Marcus yang membuat Sintya tersenyum lebar dan langsung memeluk sahabatnya itu. Marcus hanya tersenyum menatap kedua gadis itu yang terlihat sangat bahagia.
"Oh ya nak, papa ingin mengatakan sesuatu kepada kalian..... Malam ini papa akan ke Mexico untuk mengadakan rapat dengan pemegang saham yang ada di sana, dan untuk kembali kesini papa tidak memastikan jika papa akan kembali secepat mungkin, karena papa juga harus menyelesaikan beberapa bermasalah yang ada di sana" ucap Marcus.
"Lah.... Jadi papa akan kesana, terus aku gimana pa, aku kan baru belajar di perusahaan papa, jika aku salah gimana" tanya Laura.
"Papa percaya sama kamu nak, dan papa yakin jika kamu akan bisa mengantikan posisi papa nanti, jadi kamu harus semangat ya dan nanti ada asisten papa yang juga akan turun tangan membantu kalian berdua" ucap Marcus.
" Siap pak, doakan kamu tidak ada menghadapi masalah apapun selama papa tidak bersama kami" ucap Laura
Pastinya sayang, papa akan selalu mendoakan kalian berdua" ucap Marcus yang memeluk Laura dan Sintya yang sudah dianggap seperti putri kandungnya sendiri.
*******
Malam ini, lara dan Sintya mengantar keberangkatan Marcus ke Mexico. Setelah acara pelukan antara ayah dan anak itu akhirnya kedua gadis itu memutuskan untuk kembali ke mansion besar milik keluarga Kurniawan. Tanpa mereka sadari, jika seseorang sedang mengawasi kedua gadis itu dari jarak jauh. Terlihat Albert dan Jeremy sedang mengawasi mansion Marcus dan mereka tanpa sengaja malah kembali bertemu dengan dua gadis yang mengetuk kaca mobilnya tadi.
"Apa kedua gadis itu putrinya Marcus" tanya Albert.
"Aku belum bisa mendapatkan informasi mengenai putri dari Marcus tuan, karena Marcus begitu hebat salam menyembunyikan diri identitas dari keluarga nya.... yang saya dapatkan informasi dari Marcus hanya tentang istrinya yang meninggalkan dua puluh tahun yang lalu, tapi untuk memastikan apa anak yang ada di kandungan istrinya itu masih hidup atau tidak, itu tidak kami dapatkan informasi secara akurat tuan" ucap Jeremy menatap tuannya yang masih menatap kearah Mansion milik Marcus yang sudah sunyi hanya beberapa orang saja yang masih berjaga di dalam mansion itu.
"tuan apa kau tertarik dengan salah satu gadis kemaren" tanya Jeremy.
Albert hanya diam tanpa menjawab pertanyaan dari tangan kanan nya itu.
"jalan" ucap Albert datar dan memerintahkan sopir pribadi nya untuk menjalankan mobilnya.
Keesokan harinya, Laura dan Sintya sudah siap untuk menuju ke kantor, kedua gadis itu sudah berpakaian rapi dengan menggunakan jas kantor dipadukan dengan celana kain yang sangat mendukung penampilan mereka berdua. tak lupa dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mereka berdua.
"Apa sudah siap" tanya Laura kepada kedua sahabatnya.
"Siap gas lah" ucap Sintya yang baru keluar dari kamar yang khusus untuk dirinya tempati jika gadis itu tidur di Mansion nya Marcus.
"Ayo" ucap Laura yang langsung menuju ke mobil kesayangan nya yang di pesan khusus oleh papanya saat gadis itu berulang tahun.
"Tak lama kemudian, kedua gadis itu sudah tiba di kantor Kurniawan Company, perusahaan milik Marcus Kurniawan.
Kedatangan Laura dan Sintya di sambut oleh semua karyawan dari perusahaan itu, walaupun ini bukan pertama kali nya ke kantor, tetapi hari ini untuk pertama kalinya Laura menjadi CEO di perusahaan papanya itu.
"Selamat pagi nona Laura" ucap salah satu karyawan yang sering cari muka dengan atasan.
"Pagi" ucap Laura terkesan cuek, karena dia tau apa yang menjadi alasan wanita yang ada di depannya itu menyapa dirinya.
kedua gadis itu memutuskan untuk pergi dari hadapan wanita yang baru saja menyapa meteja berdua. wanita itu hanya diam menatap kepergian dari CEO barunya itu.
"sungguh sangat sombong" ucap wanita itu geram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
C a l l i s t o ®
Kalo real keputusan tidak semudah itu. Laura aja baru menjabat.. Ee masak asistennya jg anak baru.. yg ada mreka sama2 brtanya dng utk mengambil keputusan buat perusahaan nya Laura. Harusnya utk asisten lebih baik orang lama perusahaan itu yg uda tau seluk beluk kinerjanya. Baru kalo Laura uda lama dan pnya cukup pengalaman mimpin, baru angkat tu anak baru sahabatnya buat jd asisten. Jd kalo si Sintya ada prtanyaan Laura bisa kasih arahan alias ga sama sama buta arah
2024-12-15
0
ZonZon
cerita ini bikin saya ingin terus membacanya sampai selesai! Keren banget, thor!
2024-08-21
0