"Yas, menurutku ini tidak adil kalau kita terus mengerjai Ibu. Bukankah dia orangnya cukup baik?" suara Ramanda lirih setengah berbisik.
"Ram, dia memang baik , tapi dia bukan ibu kita," jawab Yas.
"Kalau dia bukan ibu kita terus kenapa , apa kita ga boleh baik sama dia ," berhenti sejenak.
"Aku suka dia berada disini."
Yas yang dari tadi tidak begitu serius menanggapi Ramanda. Kini ia menoleh memperhatikan saudara kembarnya. Mencoba mencerna ucapan Ramanda.
Wanita itu memang bukan ibu mereka. Namun beberapa hari ini suasana rumah menjadi lebih hidup. Dengan suara omelan dan teriakan Tiara. Yang kadang ketika habis makan mereka membiarkan piring kotor tetap dimeja makan.
Atau Shendi yang masih sembarangan menaruh baju entah kotor entah bersih.
Ketika mereka masuk ke dalam rumah tanpa mencuci kaki dan ganti dengan sandal rumah terlebih dahulu . Walaupun berisik tapi Yas tahu itu semua demi kebaikan mereka .
Yas merenung , seperti inikah jika ada seorang ibu dirumah. Menyiapkan sarapan dan membantunya mengikat rambut. Beberapa hari ini guru dan teman temannya banyak yang memuji. Bahwa Yas lebih cantik dan rapi.
Ia dan Ramanda memang belum pernah merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu. Menurut cerita almarhum nenek. Ayah dan ibu meninggal dalam kecelakaan ketika usia mereka satu tahun.
Setelah pindah kerumah nenek , nenek pun juga meninggal karena usia. Padahal mereka baru beberapa tahun merasakan kasih sayang nenek. Sejak saat itu , mereka hidup hanya bertiga saja.
"Bagaimana kalau kita jodohkan dia dengan mas Shendi, biar dia tetap jadi ibu kita."
Yas terkejut dengan saran Raman. Lalu mencoba berpikir.
"Benar juga, kenapa tidak terpikirkan olehku , Mas Shendi cukup ganteng jika bersanding dengan dia." jawab Yas akhirnya. Raman mengangguk.
Selama ini Yas belum pernah melihat kakak mereka berkencan dengan gadis. Setiap hari hanya mengurus rumah, mereka dan pekerjaannya mengurusi kambing .
Yas ingat Raja pernah bercerita bahwa sering gadis gadis bersikap genit didepan kakaknya. Tapi kakaknya selalu bersikap gak mau tahu. Atau pemilik toko tempat dimana biasa Shendi menyetor telur juga sering menggoda. Menjodohkan kakaknya dengan anak gadis mereka. Tapi lagi lagi Kakaknya tidak pernah menanggapi serius.
"Aku gak tahu apa alasan mas Shendi membawa kakak itu kemari. Tapi dia baik sama kita , dan kita gak boleh membalas dengan menyakiti orang yang udah baik sama kita, itu mas Shendi dan guru yang mengajarkan," ucap Raman dengan tegas.
"Apa yang kalian diskusikan ??" Tiara penasaran. Mengagetkan mereka berdua.
Tiara menyajikan sarapan dimeja . Melihat reaksi sikembar yang bengong dengan kehadirannya yang tiba tiba membuat Tiara merasa tidak enak.
"Maaf, mengagetkan kalian ya?" lalu duduk bergabung dengan sikembar, "Kalian serius sekali , kalau boleh tahu sedang mendiskusikan apa??"
Sikembar masih kawatir apakah Tiara tadi mendengar percakapan mereka. Bahkan tadi sempat menyebut Mas Shendi , bukannya Ayah.
Tiara mulai mengunyah rotinya , sambil menunggu sikembar mengatakan sesuatu.
"Tidak ada yang serius ibu ."
Ucap Yas sambil meraih susunya di meja. Ia mengedipkan mata kepada Raman . Tiara sempat melihat kedipan Yas. Curiga jadinya.
"Apa kegiatan kalian biasanya dihari minggu??"
Yas dan Raman berpikir sejenak.
"Emmmmm... , hari minggu Ayah biasanya memberi kita kebebasan. Boleh bermain sepuasnya."
"Boleh bermain game , boleh nonton tv , boleh nonton YouTube... ."
Brakkkk!!!
Tiara menggebrak meja. Walaupun tidak terlalu keras cukup mengagetkan mereka berdua. Tiara menyeka mulutnya dengan tangan. lalu memandang mereka berdua bergantian.
"Bermain sepuasnya?"
"Iya ibu," jawab sikembar . Keduanya memandang Tiara dengan ragu ragu.
"Kenapa hari minggu tidak kalian gunakan membantu Ayah dan Ibu membersihkan rumah??" ucap Tiara.
Sikembar saling pandang. Itu memang jarang mereka lakukan selama ini.
"Tidakkah kalian tahu, Ayah pagi pagi berangkat untuk bekerja bahkan dihari minggu. Sedangkan kalian??" Tiara melipat tangannya didada. Memandang kearah sikembar dengan seksama.
Sikembar terdiam dengan kata kata Tiara. Melihat sekeliling rumah.
Dulu mereka tidak terlalu memperhatikan debu atau sarang laba laba yang menempel di dinding . Sekarang rumah ini terlihat jauh lebih bersih dan rapi.
"Tidak ada game tidak ada bermain . Tidak boleh ada satu piring kotor di wastafel.
Sebelum membantu Ibu membersihkan seluruh rumah!" ucap Tiara tegas.
Tiara sudah bekerja keras sendirian selama seminggu ini. Bahkan dia bukan Ibu mereka yang sesungguhnya. Sikembar merasa malu. Ini sebenarnya tanggung jawab mereka sebagai pemilik rumah.
" Ibu.. maafkan kami , kami akan membantumu membereskan rumah" ucap Yas. Gadis kecil itu menghampiri Tiara lalu memeluk Tiara. Ia merasa bersalah . Begitu juga Ramanda , ia menyusul Yas ikut memeluk Tiara.
" Selanjutnya kami akan membantu ibu setiap hari , maafkan kami ibu ." ucap Ramanda.
Tiara terharu dengan sikap manis anak anaknya. Tidak susah untuk mengajak mereka berbicara meskipun umur mereka masih tujuh tahun. Sikembar memang berbeda dari anak seusianya. Mungkin karena dari kecil tanpa orang tua membuat mereka dewasa sebelum waktunya.
"Tidak sayang... , ibu tidak menyuruh kalian setiap hari membantu ibu. cukup pada hari minggu saja ,setelah selesai membantu ibu kalian boleh bermain sepuasnya !"
meraih kedua tangan sikembar ,
"Tugas kalian tetap belajar dan cukup bantu menjaga kebersihan rumah, itu saja, apa kalian setuju?"
Sikembar mengangguk setuju. Mata mereka berkaca kaca .Yas yang biasanya jarang menangis. Kini ia merasakan sebuah kebahagiaan yang belum pernah dia rasakan. Kasih sayang seorang ibu.
Tiara memeluk mereka berdua , diciumnya sikembar bergantian. Ia juga merasakan kebahagiaan tersendiri. Tuhan menganugerahkan dua anak yang pintar dan penurut.
Akhirnya hari minggu ini. Mereka menghabiskan waktu bersama sama membersihkan seluruh rumah dari atas sampai bawah. Mencuci baju bersama sama Dengan penuh candaan dan gurauan .
Seolah mereka benar benar memiliki hubungan darah. Tiara menyayangi mereka sebagai darah dagingnya sendiri.
***
Tiara membuka mata ketika mendengar suara gemuruh dari langit. Ia menengok keluar jendela. Langit sudah sangat gelap , sebentar lagi pasti turun hujan. Dilihatnya jam dinding. ternyata sudah jam dua siang.
"Kenapa Aga belum pulang??" gumam Tiara. Dipandangnya sikembar yang juga tertidur lelap disampingnya. Tadi pagi ia dan sikembar sibuk membersihkan rumah dan mencuci baju . hingga mereka tertidur karena kelelahan .
"Astaga jemuranku!!" Tiara memukul kepalanya. Ia segera berlari ke halaman belakang untuk mengangkat jemurannya. Beruntung sekali hujan turun dengan sangat lebat setelah Tiara masuk kedalam rumah. Tiara merasa lega. Jemurannya tidak sempat kehujanan.
Suara klakson terdengar dari luar. Rupanya Shendi sudah pulang. Tiara bergegas berlari kedepan menyambut suaminya.
Turun dari mobil Shendi langsung berlari menerobos hujan , menghampiri Tiara yang menyambutnya dengan senyuman . Rasa lelah Shendi seolah sirna ketika melihat senyum manis Tiara.
"Sayang, sudah pulang" sapa Tiara.
Shendi mengangguk sambil menyerahkan sesuatu kepada Tiara.
"Apa ini?"
"Martabak, kalian pasti belum makan siang kan?"
Tiara menerima bungkusan itu. Lalu mencium aroma yang keluar. "hemm... , harum sekali !"
Shendi tersenyum sambil memperhatikan wajah Tiara yang tampak kusut , rambutnya berantakan. Shendi tahu Tiara baru bangun tidur dilihat dari muka bantalnya. Meskipun muka bantal ,namun bagi Shendi , Tiara tetaplah kelihatan cantik. Bahkan lebih cantik dari biasanya.
"Sayang, seharian ngapain aja??" Tanya Shendi.
belum sempat Tiara menjawab. perhatian Shendi beralih ke suara berisik berasal dari halaman samping.
"Kenapa kambingnya pada berisik ?" menatap curiga pada Tiara, "Tiara kamu tidak lupa untuk kasih makan mereka kan!"
"Astaga!!"
Tiara baru sadar. Tadi pagi ia lupa memberi makan karena sibuk bersih bersih bersama sikembar. Bahkan ia juga tidak membersihkan kandang.
Dan hubungan batin antara hewan peliharaan dengan pemiliknya. Ketika perut mereka lapar lalu melihat sang pemilik datang. Otomatis mereka akan langsung ribut minta makan pada orang yang biasanya memberi makan.
"Matilah aku!" Tiara ketakutan ketika melihat raut muka Shendi yang tiba tiba berubah menyeramkan.
"Tiaraaaaaaa... !!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.Bersambung🤗
.
.
.
👉Sampai jumpa di part selanjutnya.😉
.👉Jangan lupa tinggalkan like dan vote
.👉Terima kasih dan sayang semuanya.😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🌛Dee🌜
💗
2021-10-06
0
🌛Dee🌜
a💞
2021-09-29
0
🌛Dee🌜
a💖
2021-09-27
0