"istriku ... !"
Sebuah suara yang keras dan panjang mampu membelah kerumunan orang orang yang sedang berkumpul. Semua menoleh kearah sumber suara tak terkecuali sang Kepala Desa dan gadis itu. Beberapa saat Shendi merasa ragu ragu dengan tatapan aneh orang orang yang tertuju kepadanya. Apalagi tatapan gadis itu. menatapnya nanar dengan raut muka mengintimidasi.
Melihatnya Shen kembali teringat peristiwa seminggu yang lalu, iapun bergidik ngeri.
"Hahhhh , persetan... !" gumam Shen hampir tak terdengar , menepiskan rasa takutnya. Dibulatkan lagi tekatnya untuk memberi pelajaran pada gadis sombong itu.
Shendi berjalan mendekat ke arah sang gadis lalu mencengkeram kedua lengan itu. Melihat dari atas sampai bawah lalu memeriksa depan belakang tubuh sang gadis .
Sang gadis hanya diam dengan apa yang dilakuan Shendi, mengikuti arah kemana Shendi menggerakkan tubuhnya. Kedua tangan Shendi berpindah disisi kanan dan kiri wajah sang gadis, menatap lekat lekat wajah itu.
*Ternyata Cantik juga , mata yang indah , bulu mata yang lentik.
Hidung yang mancung
dan bibir yang* ...
Glegg..!
Shendi menelan ludahnya sendiri ketika tatapannya berhenti pada bibir sang gadis. Bibir mungil berwarna merah delima terlihat basah dan lembab walau tanpa polesan lipstik. Benar benar menggoda.
Masih larut terbuai dengan kecantikan alami gadis yang ada didepannya. Wajah yang tetap terlihat cantik walau tanpa make up. Dan tangan ini menyentuh kulit yang terasa sangat halus dan lembut. Seperti kue mochi. Sampai terlintas dalam hayalan Shendi. kue mochi rasa greentea yang begitu harum dan kenyal dengan bubuk putih menyelimuti seluruh permukaan , bagai pohon cemara tertutup salju. Membelai pipi sang gadis.
STOP!
Shendi baru tersadar kembali ketika sang gadis menampik tanganya dengan kasar.
Shen sadar, anjay... kenapa malah terpesona dengan gadis sombong ini sih .
"Siapa kau?" ucap sang gadis.
"Sayang, aku suamimu , maafkan kesalahanku yaa? " Shendi memulai sandiwaranya.
"Su , su ... , suami?" ada keraguan dari ucapan gadis itu.
Dilihatnya Shendi dari atas sampai bawah ," kapan aku menikah denganmu?"
Shen meraih kedua tangan sang gadis, lalu.
"Sayang apa kau masih marah padaku, sampai kau lupa sama suamimu sendiri ?" menatap lekat pada mata sang gadis ,"aku yang salah, tapi tidak seharusnya kau pergi dari rumah kan?"
Sang gadis menarik tangannya lagi. Entahlah perasaanya tidak menentu. Ragu dan bingung masih menyelimuti hatinya. Dia merasa semua orang disini sangat asing. Tak satupun ada yang dia kenal, terlebih pria yang ada didepannya yang mengaku suaminya.
"Ayo pulang , anak anak merindukanmu."
Dikejauhan, Raja hanya menonton dari dalam mobil. Sungguh tak habis pikir apa yang sedang dilakukan Shen.
*M*as , kau sedang bermain main dengan anak orang. jangan melibatkan aku ya.
"Anak anak?" mata sang gadis melebar seakan tak percaya dengan apa yang dia dengar, "anak anak siapa?"
"Tentu saja anak anak kita sayang, apa kau juga marah pada mereka?" shendi memasang wajah serius. Sedangkan sang gadis seakan masih belum percaya. Anak anak, berarti lebih dari satu.
Orang orang yang sedang menyaksikan saling menatap satu sama lain. Ada yang bertanya tanya dan ada yang memberi spekulasi sendiri. Kasak kusuk disana sini suasana kembali riuh rendah.
"Hei hei hei anak muda , siapa kamu dan apa hubunganmu dengan gadis ini?!" Kepala Desa menengahi ketegangan antara Shen dan gadis itu.
"Perkenalkan , saya Shendiaga suaminya," menunjuk tangannya kearah Sang gadis.
"Hei anak muda , jangan mengaku ngaku. siapa yang akan percaya dengan ucapanmu?" ucap kepala desa tak percaya.
"Benar benar," suara dari belakang.
"Aku juga bisa bilang kalau dia istriku!" sahut yang lain.
"Aku juga mau punya istri yg cantik seperti nona itu," lainnya menimpali.
Terlihat beberapa orang manggut manggut membenarkan. Bahkan ada juga yang menertawainya.
*S*ial !
Shen menggerutu.
"Nak buktikan sesuatu yang bisa membuat kami percaya , kalau nona ini bener benar istrimu."
"Lagipula kau masih terlihat muda. begitu juga nona ini..."
Shendi diam , berpikir keras apa yang harus dia buktikan sedangkan dia sama sekali tidak mengenal gadis ini. Namanya saja dia tidak tahu, apalagi bukti.
Shen ,bagaimana kalau kabur saja. bilang kalau salah mengenali orang. Tidak tidak, mereka akan berfikir kalau aku mengaku ngaku cuma biar dapat keuntungan dari gadis itu. Padahal iya sih... Aku pasti akan babak belur dikeroyok orang sekampung.
*A*tau sebaiknya aku keluarkan jurus menghilang !
Memejamkan mata , membuka kembali. Menghela nafas pendek. Putus asa karena Gagal menghilang.
Sudah terlanjur Shen, kau sudah masuk dalam permainan yang kau ciptakan sendiri. lanjutkan bersandiwara atau mati dikeroyok masa.
Menghela nafas kali ini lebih panjang. Ditatapnya gadis itu yang juga sedang menatapnya, melipatkan tangan didada seolah mengatakan ayo buktikan.
Hening, menunggu Shendi bicara.
"Kami ... , menikah muda, waktu saya umur 17 tahun dan dia umur 15 tahun," ragu ragu ketika melihat orang orang sepertinya tak percaya. Bisik bisik terdengar dari arah belakang.
*O*h tidak , cepat lakukan sesuatu. Jangan mati konyol disini. adikku masih kecil kecil dan aku belum menikah udah keburu mati dihajar masa.
"Kami kecelakaan!" cepat.
"Saat itu kami hanyalah remaja yang sedang dimabuk cinta, hingga ... , dia mengandung anak saya," Shen mencoba memasang wajah malu malunya.
Waahhh ... , apa aku jadi sutradara saja.
Gadis itu terkejut tak percaya. Begitu juga kepala desa. Orang orang makin berkasak kusuk saling mengomentari apa yang baru saja Shen ucapkan.
Dikejauhan Raja melongo seolah tak percaya apa yang dia lihat dan dia dengar.
M**as, kau pantas mendapat piala oscar.
***
"Kalau tidak percaya.Anda bisa tanyakan kepada adik saya, dia didalam mobil !" Shen menunjuk kearah simanis. yang terparkir 10 meter dari mereka berkumpul.
Orang orang mengikuti arah telunjuk Shen.
dimana Raja yang terlihat ingin bersembunyi . tapi terlanjur ketahuan.
M**as kenapa kau bawa bawa aku, sialan kau.
Raja ragu ragu mendekat kearah mereka. Bergantian melihat kearah Shen, kepala desa dan gadis yang menurutnya sangat galak itu. kembali menatap Shen.
*A*pa lu ! Raja.
Bantu aku Ja. Shendi
Kalau mau mati , mati saja sendiri. Ngapain bawa bawa aku juga ! Raja.
"Dia , dia benar kakak ipar saya." pelan dan hati hati Raja berkata. Karena takut salah ngomong lalu orang orang ini tidak mempercayainya. "kalau tidak percaya anda bisa mengecek pundak kiri kakak ipar. ada luka disana, kira kira segini besarnya," tangannya mempraktekkan.
Ja. kira kira dong kalau bohong.
Shendi mendelik kearah Raja.
Sang gadis ragu ragu menyingsingkan lengan bajunya. Mencari luka seperti yang dikatakan bocah ini. Dan benar saja ,luka itu benar benar ada. Bahkan belum benar benar kering.
Bagaimana itu tak terpikirkan oleh Shendi . Kecelakaan waktu itu.
Ja , kau hebat . Shendi.
"Seminggu yang lalu mereka berdua jatuh bersama sama. Kakakku juga terluka di siku dan kakinya," Raja menarik paksa Shendi dan memperlihatkan ke orang orang beberapa luka dibagian tubuh Shen. Ada luka yang belum mengering. Luka seminggu yang lalu.
Orang orang ikut mendekat mencoba melihat luka yang dikatakan. Kasak kusuk lagi, bisik bisik lagi. Ada yang membenarkan, ada yang menyela.
"Aaalahh itu kebetulan saja , mana mungkin cuma karena luka bisa membuktikan kalau mereka suami istri," si Kades mencoba memanipulasi.
"Ada lagi," Shendi memotong cepat kalimat si Kades . Lalu mendekat kearah gadis dan memandangnya penuh keyakinan.
" Aku masih bisa membuktikan , dan hanya aku sebagai suaminya yang bisa membuktikan," ucapannya begitu yakin , sedang matanya masih tetap memandang sang gadis.
Lima detik berlalu kemudian berbalik kepada seluruh orang yang ada disitu Shendi menegaskan.
" Ada tato dibagian dada kiri istriku, dua huruf inisial nama kami berdua, A.T !!" ucapnya dengan menekankan pada kata A dan T .
"A , Aga panggilan sayang istriku untukku, dan T ," diam sesaat , "Tiara, nama istriku ," menoleh pada sang gadis.
Semua orang terkejut termasuk sang gadis. Wajahnya merah padam , malu, gugup. Tanganya meremas rok yang dia kenakan.
Terdengar lagi suara bisik bisik disana sini.
"Oo jadi namanya Tiara !"
"Apa iya !"
"Bagian sensitif tentu hanya pasangannya yang tau !"
"Benar benar !"
Raja mencoba bertanya lewat tatapan, tapi Shendi mengacuhkannya.
Sedangkan Si kepala desa mulai kelingsutan. Shendi menghampirinya setengah berbisik, "Tapi tentu saja , aku tidak mau sembarang orang melihat dada istriku."
Seorang wanita setengah baya mendekat kearah Kepala Desa. setengah berbisik, " ketika kami membersihkan badannya , memang ada tato seperti yang dikatakan pemuda ini," melirik Shendi. Tiga wanita yang tak jauh berdiri manggut manggut mengiyakan , Shendi tersenyum.
Sang gadis yang berdiri disamping Shendi tentu saja mendengar apa yang dikatakan mereka. Ia merapa dada kirinya . Dengan ragu ragu berjalan pelan masuk kedalam rumah Kepala Desa, bersembunyi dibalik pintu.
Ia ingin memastikan apa benar ada tato didadanya.
deg.deg.deg ...
Dadanya berdegup kencang. Ia takut, ragu. Tapi dia harus membuktikan sekarang juga. Pelan pelan membuka satu kancing bajunya lalu sedikit menarik ke bawah , memastikan tentang tato barusan.
Dunia ini rasanya seperti terbalik. Tiba tiba sakit dirasakan pada kepalanya. Seakan tak percaya dengan kenyataan yang baru saja terpampang didepan matanya. Ia seorang istri dan ibu dari anak anak.
Tuhan, apa kau sedang mempermainkan aku ?
Gadis itu meraba perutnya sendiri. Perasaanya tidak karuan. lalu,
Brukkkk....
Pinsan lagi.
***
Flashback on.
Dua hari yang lalu. Pagi pagi buta dua orang pencari madu datang melapor kepada Kepala Desa. Bahwa mereka melihat sesosok tubuh ditengah hutan. Mereka tidak berani mendekat , jadi memutuskan untuk melaporkan.
Akhirnya ditambah beberapa orang termasuk Kepala Desa , mengikuti dua orang pencari madu itu masuk kehutan.
Ternyata sesosok tubuh itu seorang gadis muda dan cantik. Mereka sempat terkesima melihat wajah gadis.
Kayak artis.
Apalagi Kepala Desa yang terkenal tua tua keladi. Istrinya saja Empat tapi masih suka lirik kanan kiri.
"Heh , kalian ngeces tuh !" kata si Kepala Desa.
" Yee... apaan , Bapak tuh , udah berdiri aja kentongannya !" ucap salah satu sambil melirik bawah perut si Kepala Desa , yang lain malah cekikikan.
"Kurang Ajar !" maki sikepala Desa sambil merapikan baju. " cepat periksa masih hidup apa udah lewat??"
Salah satu mendekat pada sosok tubuh itu , lalu diletakkan jarinya didepan lubang hidung.
Berpikir sejenak, " masih bernafas Pak, pingsan kayaknya."
"Cepat cepat selamatkan dulu , bawa dia kerumahku."
"Kerumah Anda Pak??"
"Jangan banyak tanya , selamatkan dulu nyawanya !!"
Mereka akhirnya menurut saja dengan perintah Kepala Desa. Sesampainya dirumah Kepala Desa, banyak warga ribut ingin melihat.
"Hei apa yang kalian lihat, pergi pergi !" usir si Kepala Desa.
Tinggal beberapa warga yang masih disitu. Kepala Desa menyuruh salah satu istrinya untuk membersihkan tubuh gadis itu dan mengganti pakaiannya.
Ia juga memanggil mantri desa untuk memeriksa bagaimana keadaan gadis itu.
Dua hari berlalu, gadis itu masih juga belum sadar. Matanya masih rapat tarpejam. Empat istri Kepala Desa bergantian menjaga. Mengelap badannya menggantikan baju dan perban. Jarum infus masih tertancap. Ada luka di tangan dan kakinya, tapi kata mantri tidak ada yang patah.
Hanya luka di kepala yang sepertinya sedikit menghawatirkan. Luka biru lebam yang sepertinya terkena benda yang cukup keras.
.
.
.
.
.
.
.
.Bersambung 😉
.
.
.
.
🎉Halo halo !! Kasih semangat dong buat lanjutin ceritsnya.
🎉Like jika sudah buka epidode ini.
❤️Sayang semuanya.❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🌛Dee🌜
a💕
2021-10-06
0
🌛Dee🌜
a😀
2021-09-29
0
🌛Dee🌜
a♥️
2021-09-27
0