Shendi baru keluar dari kamar Ramanda. Meskipun Raman laki laki, tapi Yas lebih mandiri dibanding Raman. Saat Raman tidak bisa tidur, ia akan merengek minta ditemani dan dibacakan cerita.
Shendi menghampiri Tiara yang sedang kelelahan diruang depan. Duduk bersandar pada kursi.
"Kau lelah?" tanya Shendi.
Tiara tidak menjawab , ia hanya memandang sebal kepada Shendi yang berlagak perhatian.
"Sayang , apa kau sedang mengerjaiku??" tanya Tiara.
Shendi pura pura tidak mengerti.
"Kau yakin aku setiap hari menyapu rumah dan mencuci baju, kau yakin aku setiap hari membuat sarapan untuk anak anak??" ucap tiara.
"Sayang , kenapa kau berkata begitu . Kamu ibu rumah tangga , ibu dari mereka, tentu saja kau melakukan itu setiap hari," Shendi berkata sambil meraih tangan kanan Tiara.
Tiara terkejut, apa yang kira kira yang akan dilakukan Shendi.
Shendi menatap wajah Tiara yang tampak kelelahan. Lalu ia mengeluarkan body cream dari sakunya dan mengeluarkan sedikit isinya. Tiara hanya diam memperhatikan tingkah Shendi.
Shendi mengusapkan cream itu ke tangan Tiara, lalu memijitnya dengan lembut.
"Kalau aku setiap hari menyapu kenapa aku tidak tahu cara memegang sapu."
"kalau aku setiap hari mencuci baju. Kenapa aku bahkan tidak tau cara mencuci baju."
"Kalau setiap hari aku membuat sarapan. Kenapa menggoreng telur saja aku tidak bisa!"
Shendi tersenyum memandang Tiara. Ia masih memijit tangan Tiara.
"Sayang kamu hanya lupa, bukan tidak tahu."
Tiara diam lagi. Ia memperhatikan bagaimana Shendi memijit setiap bagian tangannya dengan lembut .
"Kamu suami macam apa, membiarkan istri kelelahan." ucapnya lirih tanpa berani memandang wajah Shendi.
Shendi tersenyum kecil, "Kalau bukan kamu yang melakukan pekerjaan rumah trus siapa lagi. Dulu kita sudah sepakat berbagi tugas, aku yang mencari uang , dan kamu yang mengurusi rumah."
Keduanya saling diam untuk beberapa saat. Shendi masih memijit . Tangan yang semula bersih putih tanpa cacat itu, kini ada beberapa goresan dan warna merah pada sebagian kulitnya. Mungkin alergi debu atau apalah itu.
Dasar Nona Besar.
Hari ini adalah hari yang berat buat Tiara. Membersihkan seluruh rumah dan mencuci baju yang pasti belum pernah dia lakukan sebelumnya. Meskipun hasilnya jauh dari kata sempurna.
Shendi tertawa kecil dan tanpa sadar mengigit bibir bawahnya. kebiasaan tanpa dia sadari . Ingat bagaimana lucunya Tiara memegang sapu. Kocaknya Tiara ketika jatuh di ember pel pelan . Lalu ketika mencuci baju, Tiara menghabiskan hampir satu bungkus deterjen kemasan satu kilo. Padahal satu kilo biasa Shendi gunakan untuk satu minggu lebih.
*Apa yang sedang dia tertawakan. Apa dia lagi menertawaiku ? Dan lihat betapa menyebalkan senyum itu* !! Tiara .
"Nah!" Tiara menyodorkan tangan kirinya dengan muka ditekuk.
"Wah, ngelunjak ya!" Shendi memandang tiara gemas. Namun diturutinya juga kemauan Tiara . Ia ganti mengolesi tangan kiri Tiara dengan body cream lalu memijitnya dengan lembut.
Tiara memperhatikan wajah Shendi. Wajah yang sedang menunduk mengamati jari jarinya yang sedang memijit.
"Sayang,"
"Hmmm?" Jawab Shendi.
"Apa kau mencintaiku?" tanya Tiara.
Sesaat Shendi menghentikan aktifitasnya.
" Kenapa tiba tiba bertanya?" melanjutkan memijit.
"Kamu tidak memiliki tato seperti punyaku" Tiara menarik kerah bajunya kebawah dengan tangan kanannya. Bermaksud memperlihatkan tatonya kepada Shendi.
Shendi memalingkan wajah, ia jadi ingat lagi ketika Tiara menamparnya kala itu, dan mengumpatnya mesum, brengsek gara gara melihat tato itu.
*A*pa apan memalingkan wajah begitu?
aku istrimu ??
Tiara geram. Tiara menarik lengan Shendi dengan tangan kanannya. Shendi reflek menoleh memandang wajah Tiara, namun secepat kedipan mata, bibir Tiara sudah mendarat dibibir Shendi.
Shendi terkejut bukan main. Matanya mengerjap sedangkan bibir mereka masih menyatu. Tiara mendominasi ciuman itu,sedangkan Shendi masih belum percaya dengan apa yang terjadi sekarang. Shendi menahan nafas merasakan aliran darahnya tiba tiba naik ke atas kepala.
Kemudian matanya mulai terpejam menikmati sensasi ciuman yang belum Pernah Shendi rasakan.
***
"Ini adalah masalah yang kau buat sendiri mas, sebelum kamu berteriak bahwa dia adalah istrimu. Tentu sudah kamu pikirkan masak masak akibatnya kan??"
"Meskipun itu cuma bohong. Kamu harus siap berkorban sesuatu untuk menebus kebohonganmu."
"Kemarin pagi dapurmu hampir hangus terbakar. Tabunganmu beberapa minggu hasil jual kambing juga sudah melayang. Besok apalagi, hhhaaaahhhh..."
Terus salahku apa , kok aku yang didiamkan begini. Batin Raja.
"Haaaaahhhh... ,sakit hati sih sakit hati mas, tapi jangan malah kamu akhirnya yang rugi."
Raja menghela nafas panjang , sengaja dipanjang panjangkan biar orang yang ada didepannya bisa dengar.
"Kamu ngomong terus apa ga capek, apa kurang kerjaan?"
Shendi hendak melempar Raja dengan adonan pakan sentrat yang sedang diaduknya . Raja sudah siap menghindar walaupun ia tahu bahwa Shendi tidak benar benar ingin melakukan.
Raja kemudian ikut duduk di bangku kayu, dimana Shendi juga duduk disana sedang meracik pakan ternak.
"Mas Shen , kambingmu udah hampir pingsan kelaparan noh , mau kamu aduk sampai kayak apa pakan itu?" tanya Raja sambil merebahkan tubuhnya di bangku .
Bangku kayu itu memang cukup lebar, bahkan bisa untuk tiduran tiga orang. Raja biasa melepas lelah disana setelah bekerja. Karena didekatnya ada pohon mangga yang daunnya lumayan rindang.
"Sampai kapan Mas Shen mau membohongi wanita itu?" tanya Raja.Shendi menghentikan aktifitasnya. Ia berfikir sejenak.
*B*isa bisanya dia menciumku. Bahkan setelah itu dengan santainya malah menertawaiku.
Nona Besar, apa kau sudah biasa melakukan ciuman dengan laki laki sebelumnya.
Shendi menghapus bibirnya dengan kasar menggunakan punggung tangannya.
"Bagaimana jika dia orang penting mas, anak menteri misalnya , jika tiba tiba para bodyguard menemukan dia disini, apa kita nanti akan dituduh sebagai penculik," Raja menengok kepada Shendi.
*I*tu ciuman pertamaku !... itu ciuman pertamaku ! ...
Gadis sombong , aku belum puas
mengerjaimu malah aku yang kamu kerjai.
Meremas adonan pakan hingga adonan itu keluar dari celah jari jarinya.
"Kalau tiba tiba ingatan dia kembali , trus sadar berada ditem...." kalimat Raja terhenti.
Raja menghentikan kalimatnya karena sadar Shendi dari tadi hanya melamun saja.
Shendi malah berlalu begitu saja masuk ke kandang . Lalu dengan asal menaruh pakan yang dibuatnya tadi ke tiap wadah pakan . Raja menyusul dibelakang Shendi, membantu meratakan pakan itu , memperhatikan wajah Shendi yang tanpa ekspresi.
Setelah selesai membagi pakan ternak. Shendi bergegas mengumpulkan telur telur ayam di bawah dak kandang , Raja membantu membawa keranjang. Shendi masih dengan diam sampai keranjang itu penuh .
Biasanya sejengkel apapun Shendi kepada Raja. Belum pernah bersikap seperti ini. Diam membuat Raja serba salah.
"Mas, a..aku pulang dulu ya,"
Raja meletakkan keranjang yang sudah penuh berisi telur .
"Ja,"
Akhirnya Shendi mengucap sesuatu setelah hampir satu jam hanya diam. Yang biasanya Shendi selalu ceria mulutnya gak pernah berhenti bersenandung mengikuti lagu
dari radio. Radio yang digantung ditiang kandang untuk menemani mereka ketika melakukan pekerjaan di kandang.
Raja menoleh, "iya mas!" menjawab cepat.
"Jangan berpikir berlebihan , aku tidak sedang memarahimu... " kata Shendi.
Shendi memberi kode Raja untuk mengikutinya. Merebahkan tubuhnya di bangku tadi. Raja ikut berbaring.
"Lalu kamu sedang memikirkan apa mas?"
Apa kakak ipar membuatmu marah lagi??" kemudian Raja tertawa kecil, "Menyebut kakak ipar ternyata lebih enak diucapkan daripada wanita itu ,hihi..!!"
Shendi menyentil telinga Raja.
"Besok sore , kalau aku pulang telat tolong kamu kasih makan kambingnya ya, beberapa hari kedepan mungkin aku ada keperluan."
"Kemana mas, perlu aku temani??"
"Nggak usah , nanti siapa yang kasih makan kambingnya, kau ini!!" Raja terkekeh.
"Ya dah aku balik dulu mas, udah mau gelap," Raja segera berlari meninggalkan Shendi.
Bocah itu masih sempat mengerjai Yashinta dan Ramanda yang sedang bermain kejar kejaran dihalaman depan.
Shendi memang membatasi penggunaan gatget kepada dua adiknya . Agar mereka lebih berbaur dengan alam .
Itulah mengapa ia menyimpan komputer dan smartphone dikamar mendiang kakek neneknya. Ia akan memberikan kebebasan menggunakan internet jika hari minggu saja. Shendi juga sengaja menggunakan Hp jadul. Selain alasan tertentu , juga supaya adik adiknya tidak timbul rasa iri kepadanya.
Udara sore dipuncak bukit memang jauh berbeda dengan kota dibawah sana. Masih banyak pepohonan dibanding rumah rumah penduduk .
Pemandangan kota yang indah juga terlihat dari teras rumah. Jika malam hari maka terlihat banyak lampu dibawah sana. Membuat siapa saja betah berada di sana.
Seperti biasa, sore hari setelah selesai memberi makan ternaknya. Shendi akan melepas lelahnya dengan duduk diteras sambil menikmati secangkir kopi hitam dan melihat adik adiknya bermain .
PRANK!!!!
Terdengar barang pecah dari dalam rumah.
Shendi seketika seperti hilang tenaga.
"Apa lagi sekarang... "keluh Shendi.
"Empat piring , tiga mangkok, enam gelas dan dua guci peninggalan nenek," Shendi ingin menangis .
"SHENDIAGAAAAAAA....!!!!!
Tiara berteriak ketika Shendi sudah muncul dihadapannya , dan nafasnya tersengal menahan emosi. Sapu yang ada ditangannya ia lemparkan dihadapan Shendi.
"Apa yang terjadi??" Shendi tidak mengerti kenapa gadis ini tiba tiba mengamuk. Bukankah seharusnya dia yang mengamuk. Habis perabotan yang dia kumpulkan dari hadiah beli sabun cuci.
"Sebenarnya aku ini istrimu apa pembantumu sih??"
.
.
.
***
Tiara ( Aubery Tsang )
.
.
.
.
.👉Sampai jumpa di part selanjutnya.😉
.👉Jangan lupa tinggalkan like.🙏
👍Terima kasih dan sayang kalian semua.😘
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🌛Dee🌜
a🌺
2021-10-06
0
🌛Dee🌜
n🥰
2021-10-06
0
🌛Dee🌜
a💚
2021-09-27
0