Tiara diam terpaku didepan pintu. Pandanganya menyapu seluruh ruangan. Ruangan yang sangat luas namun sedikit berantakan. Ada satu set kursi kayu ditengah ruangan, nampak beberapa pakaian teronggok disana. Tiara mengambil salah satu , mengamati dengan pandangan jijik lalu kembali melemparnya kembali.
Beberapa mainan tergeletak disudut sudut ruangan , ada bola, boneka, puzzel dan entah apa lagi. Tiara sempat menendang beberapa lalu kembali memutar pandangannya.
Foto berukuran besar tergantung di dinding. Sepasang suami istri . Diperhatikannya foto itu,Wajah lelaki itu sedikit mirip suaminya. Mungkin ini foto mertuanya, pikir Tiara.
Pandangannya berpindah pada sebuah piano klasik, menyentuh permukaan dengan ujung jarinya , berdebu.
Beralih ke bufet kayu model kuno disisi kanan piano. Tiara berjalan mendekat kearah bufet itu. memandangi satu persatu pajangan yang tertata rapi disana. Ada banyak sekali pernak pernik karakter One Piece koleksi Shendi. Matanya berhenti pada sebuah foto. Foto Shendi dan sikembar , diraihnya foto itu dan mengusapnya pelan.
"Kenapa tidak ada aku difoto ini, aku dimana ketika itu... ?" pikirannya mencoba mengingat beberapa waktu silam. Namun kosong, kenapa tidak ada satupun memori yang terlintas dalam ingatannya.
Disebelah jendela ada sebuah motor vespa berwarna hijau botol terparkir disitu. Namun Tiara tidak tertarik , ia lebih tertarik dengan TV tabung dibawah tangga , mengamatinya dengan aneh.
"Kok masih ada tv kuno kaya gini."
Diedarkan kembali pandangannya. Ada dua pintu dalam keadaan tertutup. Tiara mencoba membuka salah satu tapi terkunci. Mencoba membuka pintu satunya. Terbuka, hanya sebuah kamar biasa. Dan satu pintu lagi menuju keruang belakang. Tiara masih belum tertarik kesana.
Ia menaiki tangga kayu menuju lantai atas. Ada tiga pintu yang dalam keadaan tertutup. Ia membuka salah satu , diamatinya kamar itu. Tampak beberapa Poster Pikachu favorit si empu kamar menempel didinding. Ia berpikir pasti ini kamar anak yang laki laki. Tiara duduk disisi ranjang ,pikirannya melayang entah kemana. Kembali perasaanya tak menentu. Apa yang terlihat dilantai bawah tadi begitu asing. kenapa tidak ada kenangan terlintas ketika menyentuh sesuatu disana tadi. Setidaknya ada kenangan muncul dalam ingatannya.
Tiba tiba terdengar suara klakson dari luar, Tiara segera keluar kamar dan menuruni tangga.
Shendi yang baru saja sampai langsung menuju halaman samping membantu Raja memberi makan kambing. Hari sudah makin gelap ,kasian jika Raja pulang kemalaman.
Sedangkan sikembar berlari kedalam rumah mencari sosok yang membuat mereka penasaran. Mereka berhenti ketika melihat seseorang berdiri di tangga. Seorang wanita yang sangat cantik sedang diam terpaku memandang kearah mereka.
Untuk beberapa detik mereka saling diam terpaku. Tiara turun dan berjalan menghampiri sikembar, begitu pula sikembar berlari kearah Tiara.
"Ibu!" panggil mereka serentak.
Mereka berlari memeluk tiara erat. Tiara kaget sekaligus bingung dengan perasaannya yang bertolak belakang.
B**enarkah mereka anak anakku? Anak anak yang lahir dari rahimku ? Benih cinta diriku dan Aga?
Tiara memejamkan mata mencoba membayangkan hari hari yang pernah dilalui sebelumnya bersama Aga dan dua anak anaknya. Tapi lagi lagi nihil, kecuali gambaran gambaran yang ia ciptakan dari khayalannya sendiri.
"Ibu kau dari mana, aku dan Yas merindukanmu!" ucap Raman. Yas membalas dengan mengangguk.
Yas. Cantik sekali , dan dia juga tampan seperti ayahnya.
Tiara jongkok dihadapan sikembar, mengamati wajah sikembar bergantian. Bibirnya Sedikit mengerucut, ketika memperhatikan tiap inci wajah wajah lucu itu. Sedikit kecewa dan ada rasa iri tiba tiba menghampiri .
Tidak ada yang mirip dengannya, matanya , hidungnya ,bibirnya , semua mirip Aga.
"Ibu kenapa diam?, apa ibu tidak merindukan kami??" Yas yang kali ini bicara.
Rindu...
Kenapa satu kata itu begitu menusuk hatinya. Bahkan sepatah katapun tidak mampu dia ucapkan. Dihadapan dua bocah itu lidahnya terasa kelu. Apa yang harus dia katakan pada mereka yang terasa asing.
Aku tak tahu ,tapi mereka anak anakku.
Ada apa denganku...
***
"Ibu, kau kenapa??" Sikembar panik ketika menyaksikan Tiara hanya diam mematung. Bersamaan itu masuklah Shendi dengan membawa beberapa sayur dari hasil kebunnya. Yas yang menyadari kedatangan Shendi segera berlari menghampiri. "Ayah, apa ibu tidak mengenali kita??" tanya Yas.
Shendi menggandeng tangan Yas lalu berjalan kearah dimana Tiara dan Raman berdiri. "Ibu baru pulang pasti capek, biarkan dia istirahat dulu, kalian jangan mengganggunya," sikembar cemberut.
"Tapi aku sudah ingin bermain dengan ibu," rengek Yas.
"Menurutlah, besok masih banyak waktu kan?" mengusap kepala Yas sambil mengedipkan satu matanya.
Tatapan Shen beralih kepada Tiara , "kamu istirahat dulu ya , nanti aku panggil setelah makan malam sudah siap."
Tiara menurut ketika Shendi menuntunnya ke lantai atas. Namun sesampainya diatas Shendi malah bingung, dikamar mana sebaiknya. Melihat Shendi yang diam berpikir, Tiara mengernyitkan keningnya, "kenapa??"
"Aaa...," berpikir keras.
"Sayang kamu pergi ke kamar mandi dulu ya, biar anak anak yang mengantarmu ke belakang. Mungkin kamu juga lupa dimana kamar mandinya," Shendi melongok kebawah memanggil sikembar. Tiara sedikit curiga dengan sikap Shendi.
"Apa yang kau sembunyikan?" tanyanya penuh selidik.
Shendi heran,
Emang apa yang kusembunyikan...
Aku cuma mau merapikan kamar.
Sikembar menarik tangan Tiara, Tiara seperti enggan melangkah. Masih ditatapnya Shendi dengan penuh curiga.
A**staga... , lihat tatapannya.
Shendi buru buru masuk ke kamarnya. Memberesi baju bajunya yang berserakan. Bahkan Shendi lupa mana baju yang bersih dan yang kotor. Ia hanya geleng geleng kepala menyadari betapa joroknya dia.
Eeitt tunggu!! Bukankah aku membawanya kesini untuk memberi pelajaran kepada gadis sombong itu ??!"
Menaruh kembali baju baju itu ketempat asalnya. Berhenti, Shen kembali ragu ragu.
Ti**dak , tidak , jangan hari ini. Anggap malam ini adalah sambutan untukmu, tapi kejutan akan dimulai besok. kamu akan butuh banyak tenaga ,jadi istirahatlah.
Shendi menyeringai, segera ia kembali memberesi baju baju tadi. Menyimpan file file dan dokumennya yang berantakan dimeja , mengganti seprei dengan yang bersih.
Beres, diaturnya nafas sambil memperhatikan kamarnya yang kini sudah jauh lebih rapi dari sebelumnya.
Tanpa Shendi sadari, ternyata Tiara dan dua adiknya sudah berdiri didepan pintu kamar. Tiara hanya memperhatikan sedangkan dua adiknya menatap heran. Ada angin apa tiba tiba mas Shen membereskan kamar. Tatapan mereka beralih kepada Tiara, lalu manggut manggut mengerti.
Shen sedikit gugup ketika berbalik dan menyadari kehadiran mereka, "aku akan masak buat makan malam, kamu istirahat dulu," katanya kemudian kepada tiara.
"oh iya, nanti aku bantu ganti perbanmu."
Tiara hanya mengangguk , meraba luka di beberapa bagian tubuhnya.
"Dan kalian!!" Shen melotot , jari telunjuknya mengarah kepada sikembar.
"Cepat mandi !!"
"Kalian ini tahu tidak sekarang jam berapa !" kedua tangan menjewer telinga sikembar. Membawa mereka turun tangga tanpa melepaskan jewerannya.
"Apa mas ha.... ( berhenti ), apa Ayah harus berteriak terus setiap hari , Ayah kan juga capek ...... bla dan bla" Shendi mengomel dengan memoerjelas kata ayah. Dan sikembar hanya bisa mengaduh kesakitan. Tangan mereka melambai kearah Tiara meminta tolong.
Tiara memperhatikan tingkah Shendi dan sikembar sampai sosok mereka hilang masuk ke ruang belakang. Ia menghela nafas lalu menutup pintu kamar. Direbahkan tubuhnya ketempat tidur. Dihirupnya aroma ruangan itu. Pikirannya melayang entah kemana.
***
.
.
.
.
Seluruh asisten rumah tangga yang tinggal dirumah besar yang bertugas khusus melayani Aubery berkumpul dihalaman depan. Lima pelayan perempuan, lima pelayan laki laki dan tiga koki. Ditambah dengan Samy sang kepala asisten . Mereka berdiri berjajar dengan rapi, wajah cemas nampak terlihat jelas pada mereka , terlebih Samy.
Sudah dua hari ini ia mengalami insomnia.
Ia tak habis pikir , sepuluh tahun bekerja melayani keluarga Tsang baru kali ini ia merasa sangat ceroboh dan tak berguna. Membiarkan nona pergi sendirian.
Dan sekarang , nona menghilang. Siapa yang paling disalahkan . Samy memejamkan mata, ia seperti menunggu vonis yang akan dijatuhkan padanya.
Melihat ke arah gerbang, belum tampak tanda tanda mobil tuan besar masuk halaman.
Hari ini tuan besar pulang ke tanah air tercinta tanpa rencana terlebih dahulu. Tuan besar membatakan semua agenda untuk seminggu kedepan. Meskipun dia sangat sibuk , tapi demi putri semata wayangnya. Tanpa Aubery ,lalu untuk siapa lagi hasil kerja kerasnya selama ini.
Dua hari yang lalu ketika Samy menelfon tuan besar yang berada di Hongkong. Samy sudah membayangkan ini akan terjadi.
Tuan besar begitu marah, bahkan seperti nyata berada didepan matanya , bagaimana Tuan besar akan menelannya hidup hidup.
Apa kau sudah pikun hah! Apa kau mau pensiun !! , menjaga seorang Aubery saja kau tidak becus !
Suruh orang sebanyak mungkin untuk mencari keberadaan Putriku !, sewa sepuluh detektif atau kalau perlu duapuluh untuk melacak posisinya !
Periksa semua CCTV yang ada dikota A , jangan lewatkan bahkan satu gang sekalipun !
Teriakan teriakan itu masih jelas terngiang ditelinga Samy. Ia menarik nafas panjang, wajahnya begitu tegang, menunggu kedatangan tuan besar seperti menunggu pedang mengayun menebas lehernya.
.
.
.
.
.
.
.
.Bersambung🤗
***
.👍Kasih like dong sayank... , biar semangat buat lanjutin ceritanya. Ternyata gak gampang ngarang cerita tuh . Menempatkan kata sambung dan yg paling susah PUEBI. Apa karena penulis suka bolos waktu pelajaran BI Yak !? hehe...😂
.👍Terima kasih.🙏
.👍sampai jumpa di part berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🌛Dee🌜
c💙
2021-10-06
0
🌛Dee🌜
a💘
2021-09-29
0
🌛Dee🌜
a❤️
2021-09-27
0