Pagi ini Shendi mengawali hari dengan segelas kopi hitam saja. Sebelum dia menuju ke kandang yang berada di halaman samping . Jika biasanya dia sekaligus membuat sarapan untuk adik adiknya. Tidak untuk hari ini. Shendi sengaja hanya menyiapkan dua gelas susu hangat untuk mereka.
Sedangkan Raja seperti biasa , sudah sibuk dikandang sejak subuh tadi . Membersihkan kotoran dari ujung ke ujung. Menaruhnya pada wadah karung lalu menyimpannya di belakang kandang.
Biasanya jika sudah terkumpul banyak,akan ada orang datang membeli kotoran itu untuk dijadikan sebagai pupuk kandang.
"Mas Shendi, ini udah jam enam loo, kita akan terlambat sampai ke sekolah dan sekarang masih harus menunggu sarapan," Raman bolak balik melihat jam dinding.
"Sebentar lagi , habiskan dulu susumu," jawab Shendi dengan santai sambil melanjutkan menyisir rambut Yashinta. Ramanda hanya manyun karena kekhawatirannya tidak digubris oleh kakaknya. Ia berdiri didepan saudara perempuannya.
"Ribet jadi cewek!"
Yashinta yang diejek hanya membalas Raman dengan tendangan ringan.
"Sudah selesai!"
Senyum Shendi mengembang melihat hasil karyanya. Adik perempuannya terlihat tambah imut dengan rambut ekor kuda. Yas meraba rambutnya, lalu sambil cemberut menoleh kepada Shendi.
"Mas Shendi , kuncir begini lagi!" Yas protes.
Dari dulu hingga sekarang gaya rambutnya tidak pernah berubah. Selalu rambut ekor kuda dengan poni yang sebatas alis. Dan karena gaya rambutnya itu, selalu menjadi sasaran saudara kembarnya. Raman memang suka sekali menarik kuncirnya Yas.
Shendi ikut ikutan cemberut.
"Mas kan cuma bisa gaya itu."
membetulkan seragam Yas.
Shendi tau Adik perempuannya ini bosan dengan gaya rambut itu itu saja. Yas juga ingin dikepang seperti anak anak lainnya. Tapi apa boleh buat , ia sangat menyesal telah gagal melakukan sesuatu untuk menyenangkan adik perempuannya. Padahal ia sudah bekerja keras belajar mengepang rambut, tapi tidak pernah bisa. Mungkin ini bukan keahliannya.
"Memang sebaiknya mas Shen segera menikah, agar kelak kakak ipar yang mendandani aku." Yas sebal sambil melipat kedua tangannya didada.
Shendi memberi kode kepada dua adiknya untuk mendekat, lalu setengah berbisik , "Bukankah kemarin sudah sepakat , kalau lupa manggil Ayah, potong uang saku!" mengalihkan perhatian.
Reflek kedua bocah itu menutup mulut mereka sambil menggeleng. Shendi tersenyum penuh kemenangan.
Mereka melingkarkan tangan dikedua bahu Shendi.
"Aneh tau , tiba tiba manggil ayah" Raman yang berkata, Yas mengangguk tanda setuju.
Shendi memandang satu satu adik kesayangannya. Memang benar apa yang dikatakan mereka. Lidah sudah biasa memanggil Mas, tiba tiba sekarang harus memanggil ayah. Shendi bingung harus bagaimana menjelaskan .
C**up**!
C**up**!
Kecupan tiba tiba mendarat di pipi kiri dan kanan Shendi dari dua adiknya. Shendi terhenyak memandang mereka berdua. "Tapi kita akan berusaha, mas Shendi tenang saja."
Shendi tersenyum sambil mengusap kepala adik adiknya, " Kalau gitu sekarang habiskan susu kalian."
Sikembar menurut, Shendi meraih gelas kopinya lalu menyeruput pelan pelan.
Terdengar suara pintu dibuka dari lantai atas, diikuti suara langkah kaki menuruni tangga.
Shendi melirik. dan,
Brrrrffffftt... !!!
Kopi menyembur kemana mana. Untuk beberapa saat dia mengutuk dirinya sendiri. Raman dan Yas geleng geleng melihat tingkah kakaknya . Yas menarik tisu lalu disodorkan pada Shendi.
" Ayah kalau mau main sandiwara , terlebih dahulu siapkan kostumnya dengan lengkap," Shendi melotot ke arah Yashinta. Ramanda hanya cekikikan.
Di tangga Tiara tampak tidak puas dengan apa yang di pakainya. Ia heran kenapa satu lemari tidak ada baju yang sesuai dengannya.
Hanya ada T-shirt , kemeja , jaket , dan celana pria.
"Sayang,dimana baju bajuku?" bertanya kepada Shendi, "semua baju di lemari sepertinya semua milikmu."
"Bahkan pakaian dalamku tidak ada satu helaipun," wajah Tiara lebih keheranan dari beberapa detik yang lalu. Tiara tidak menyadari bahwa Shendi masih syok dengan dandanannya.
Tiara hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan kemeja warna biru milik Shendi , yang ukurannya tentu saja kebesaran jika ditubuh Tiara. Menyisakan tiga Kancing dibagian atas . Lengan yang kepanjangan dibiarkan hingga menutupi jari jari lentiknya. Panjang kemeja itu hanya sebatas paha, tanpa mengenakan bawahan hingga nampaklah kaki yang jenjang itu.
Lalu tali yang melingkar di pinggang , entah darimana tiara mendapatkan.
Rambut Tiara yang sebatas bahu dibiarkan tergerai. Hingga terlihat gelombang alaminya.
"Ayah, lap dulu , kamu ngeces tuh!" Yas mulai kesal karena Shendi tak segera menerima tisu pemberiannya.
Setengah gugup Shendi meraih tisu dari tangan Yas lalu mengusap sekitar mulutnya yang terkena kopi.
Si**al , lagi lagi .
Shendi memukul kepalanya sendiri. Ia merasa otaknya sangat bodoh kenapa sampai tak terpikirkan kebutuhan Tiara.
Tiara berjalan mendekat lalu duduk disamping Raman. Ia melihat satu satu orang yang ada didepannya, merasa tak nyaman karena semua memperhatikannya dengan tatapan aneh.
" Kenapa melihatku aneh begitu?"
Raman dan Yas mendekat kepada Tiara, " Ibu kami menunggumu untuk membuatkan kami sarapan. kami akan pergi kesekolah!" Yas menjelaskan.
"Aku?"
Tiara menunjuk dirinya sendiri. "Buat sarapan??" Tiara kini yang merasa heran.
"Kalau bukan ibu siapa lagi, tiap hari juga ibu yang membuatkan kami sarapan!' Ramanda kini yang berbicara.
"Sayang waktunya tinggal sepuluh menit," Shendi mengingatkan.
"Ayolah ibu, kita akan terlambat!" Ramanda dan Yas menarik tangan Tiara menuju dapur.
Tiara masih saja merasa ada sesuatu yang aneh , bibirnya terus bergumam tidak jelas. Ia menatap Shendi meminta penjelasan, namun Shendi justru mengepalkan tangan menyemangati Tiara.
"Aku kedepan memanasi simanis dulu ya , Semangat!"
Raman dan Yas juga menyemangati Tiara dari meja makan.
"Ibu, kamu bisa!!"
"Ibu, kamu bisa!!"
Jarum jam sudah menunjuk ke angka 6:20 . Biasanya mereka sudah siap turun bukit tepat pukul 6:30. Waktu lima menit cukuplah untuk menggoreng telur dan mengoles roti dengan selai. Sedangkan Lima menit yang tersisa untuk menghabiskan sarapan.
Namun jika itu dilakukan oleh seorang yang profesional atau setidaknya sudah terbiasa melakukan. Bagaimana dengan Tiara, ia melewatkan setiap detik dengan mengamati penggorengan. Dan mencari dimana letak sudut sebutir telur. Seolah olah ini baru pertama kali melihat dan memegang benda benda yang ada didepannya.
"Ibu , kamu bisa!!"
"Ibu, kamu bisa!!"
"Ayolah ibu kita akan terlambat!" ucap Yas . Mereka saling cekikikan melihat tingkah Tiara.
Tiara mencoba menyalakan kompor, dan berhasil. Ia melonjak kaget ketika api besar menyala , lalu diletakkannya penggorengan diatas api. selanjutnya ia kembali ragu ragu.
"Ibu , kamu bisa!!"
"Ibu , kamu bisa!!"
Yel yel mereka kali ini diikuti suara sendok dan garpu dipertemukan. Suara berisik membuat Tiara panik. Dipecahkannya telur tadi diatas penggorengan beserta cangkangnya sekaligus. Meraih botol minyak lalu menuangkan ke penggorengan. Namun tiba tiba Api yang besar menjilat minyak yang tertuang di penggorengan.
Terciptalah kobaran api diatas penggorengan tadi. Tiara panik begitu juga Yas dan Raman.
***
Dihalaman depan Shendi sedang menyalakan mesin mobil dan memeriksa ban. Ketika tiba tiba suara berisik dan teriakan yang berasal dari ruang belakang.
Ia segera berlari masuk ke dalam, begitu juga Raja yang juga mendengar keributan dari dapur.
Sesampainya didapur, betapa terkejutnya Shen dan Raja. Api berkobar diatas penggorengan , jilatan apinya bahkan hampir mengenai atap. Shen dengan sigap melepas kaosnya dan membasahinya diwastafel. Lalu segera melemparkan kaos basah itu ke penggorengan.
Api seketika padam, Shendi sangat lega. Ditatapnya Tiara yang tampak syok berdiri disudut dapur, "Apa yang sedang kamu lakukan??" tanya Shendi.
" Membuat sarapan!" jawab Tiara. Wajah cantiknya masih sangat syok. Shendi justru yang merasa bersalah. Gadis dihadapannya tentu adalah seorang nona besar.
Sekali lagi Shendi merasa dirinya sangat bodoh. Kenapa dia menyuruh melakukan hal yang berbahaya seperti membuat sarapan. Padahal dia tidak tau gadis ini bisa memasak apa tidak. Shendi menyesal.
"Maafkan aku, mungkin kamu masih hilang ingatan, jadi kamu juga lupa bagaimana cara memasak ," ucap Shendi. Tiara terlihat ingin menangis. Shendi menyentuh pundak Tiara mencoba menenangkan.
Namun Tiara justru memeluk tubuh Shendi yang bertelanjang dada. Shendi merasakan tubuh Tiara bergetar.
Di**a benar benar ketakutan...
"Kamu ganti baju lagi ya , aku antar anak anak sekolah dulu," melepaskan pelukan Tiara.
"Setelah kembali aku buatkan sarapan untukmu ,jangan kedapur lagi."
Tiara mengangguk , matanya sempat menatap dada bidang Shendi . Sebelum Shendi berbalik pergi kekamar atas untuk mengambil baju ganti.
Akhirnya hari ini sikembar hanya makan roti dengan selai. Mereka menyantapnya dalam mobil karena waktu tidak cukup jika harus makan dimeja makan.
Setelah sikembar bergantian mencium pipi Shendi , mereka bergegas keluar dari mobil dan masuk ke halaman sekolah. Mereka melambaikan tangan sebelum hilang dibalik pagar. Shendi tersenyum memandang kepergian mereka.
"Mas Shen!!"
Shendi hafal dengan suara seseorang yang memanggilnya dari seberang jalan. Seorang pria berusia sekitar tiga puluh lima tahunan menghampirinya. Dia tak lain adalah Bang Sobari, mantan tuksng kebunnya yang sekarang berprofesi sebagai tukang ojek.
"Hei Bang, makasih ya kemarin udah nganterin mereka pulang," ucap Shendi begitu pria itu sudah berada didekat jendela mobilnya.
" Maaf lupa telfon, kemarin ada keperluan mendesak."
"Ah , ga papa Mas, kemarin sekolah udah sepi tapi Mas Shendi belum kelihatan , makannya saya anterin aja," Bang Sobari menjelaskan.
"Ya udah deh bang mau buru buru nih, oh ini bang untukmu, bawa aja semuanya, hehe ... " ucap Shendi sambil mengeluarkan beberapa lembar uang lalu diserahkan kepada Bang Sobari.
"Makasih banget mas, moga rejekinya lancar, jangan lupa telfon ya mas!"
Shendi melambaikan tangannya.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung🤗
.
.
.
.
.
. 👉Hallo . makasih masih setia mengikuti kisah Shendi dan Nona Besar.
☝️Jangan lupa tinggalkan vote n like biar tambah semangat ngetiknya.
.👉sampai jumpa di part selanjutnya. 😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
🌛Dee🌜
a💞
2021-10-06
0
🌛Dee🌜
a💜
2021-09-29
0
🌛Dee🌜
a🤎
2021-09-27
0