'Indah ....'
Satu kata yang terbesit di benak sahabat Fajar, saat menangkap sorot mata Uswa. Pria itu meletakkan totebag yang ia temui di atas meja. Pria bermata sipit itu langsung duduk, setelah Fajar mempersilakannya.
"Mau minum apa, Bro?" tanya Fajar, siap mendengarkan pesanan sahabatnya.
"Americano aja," jawab pria itu, matanya terus tertuju pada Uswa, yang menatap totebag di hadapannya.
"Okelah ..." ujar Fajar, bergantian menatap sahabatnya dan Uswa. Mengerti tatapan sahabatnya, Fajar memberi isyarat pada Dila, agar Dila ikut Fajar ke dalam, memberikan waktu untuk kedua sahabatnya.
"Wa ... aku ke ikut dalam dulu, ya. Mau beresin ini," Dila menunjuk bungkusan yang berisi bakso dan sate. Namun, sebenarnya itu hanya alasan Dila, ia hanya mengikuti isyarat dari Fajar.
Uswa hanya mengangguk, menatap Fajar dan Dila yang langsung berdiri dan masuk ke coffe shop, membawa bungkusan yang dibawa sahabatnya Fajar. Sepeninggalan Fajar dan Dila, pria di hadapan Uswa mengulurkan tangan.
"Ardian ..." ujar pria itu, memperkenalkan diri, dengan menyebutkan namanya.
Uswa tersenyum ramah. Ia menyambut uluran tangan Ardian, dengan sesekali melirik totebag yang ia yakin miliknya. "Uswa ..." jawab Uswa, balik memperkenalkan diri.
Ardian menyodorkan totebag yang ia temui di dermaga, yang memang Uswa pemilik totebag itu. Ardian tersenyum menatap binar mata Uswa, yang balas menatap dirinya.
"Ini milik Uswa, kan?" Suara Ardian terdengar hangat, penuh kelembutan, namun tidak menghilangkan ketegasan suaranya.
Uswa tersenyum, ia mengangguk pelan. Meski raganya terlihat tenang, akan tetapi, dalam hatinya seakan bersorak senang, bahwa pemberian Hanz tidak hilang. Kalau dia sedang di rumah sendirian, ia pasti akan melompat-lompat bahagia.
"Bagaimana bisa kamu menemukannya?" tanya Uswa. Sebenarnya Uswa yakin, bahwa pria yang menemukan totebag-nya adalah Ardian. Namun, Uswa ingin mendengarkan langsung dari Ardian.
"Saya hanya menemukannya di parkiran, di mana motor Uswa berada."
Ardian menjawab singkat. Ia tidak ingin menjawab detailnya, karena jujur saja ia sekarang terpesona pada Uswa. Hanya saja ia melihat dengan matanya sendiri, kalau totebag yang ia temui pemberian dari pria, yang dalam benak Ardian itu ada kekasih Uswa.
"Terima kasih sudah mengembalikannya," ucap Uswa, matanya terpancar ketulusan, yang membuat Ardian semakin terpesona.
"Sepenting itukah?" Ardian kembali bertanya, padahal jelas itu sangat penting untuk Uswa.
"Penting sekali." ujar Uswa, sopan dan penuh ketegasan, seakan memberi peringatan pada Ardian.
Ardian mengulas senyum tipis. Ia hanya mengangguk, menandakan paham dengan jawaban Uswa. Ardian terus menatap Uswa yang tengah memperhatikan totebag.
Keheningan di tengah alunan musik sendu, menambah kecanggungan antara Ardian dan Uswa. Cukup lama kedua insan itu berkutat dengan pikiran masing-masing, Fajar dan Dila akhirnya datang, membawa nampan yang berisi bakso dua porsi dan sate satu porsi, serta membawa minuman untuk Ardian.
"Nggak lama, kan?" celetuk Dila, memecah keheningan antara Ardian dan Uswa.
"Tidak ..." jawab Ardian dan Uswa hampir bersamaan.
"Ini untukmu," lanjut Dila.
Dila menyodorkan semangkok bakso pada Uswa. Ia pun langsung duduk di sebelah Uswa, sembari memberi saos, sambal dan kecap pada baksonya. Uswa dan Dila memang menyukai bakso, sedangkan Fajar menyukai sate, maka dari itu Fajar menitip dua bakso dan satu sate.
"Ardian nggak makan?" Uswa membuka suara, bertanya heran pada Ardian. Pasalnya hanya ada satu sate untuk Fajar dan dua bakso untuknya dan Dila.
"Saya sudah makan, Uswa." Ardian tersenyum senang menjawab pertanyaan Uswa, yang hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.
Dila dan Fajar saling melirik, saling melempar isyarat, membicarakan Uswa dan Ardian. Dila berharap Uswa bisa membuka hati untuk laki-laki, namun Dila tidak ingin jika Uswa membuka hati untuk laki-laki yang tidak memberi kepastian. Akan tetapi, semua itu kembali pada Uswa, karena sebagai sahabat, Dila tidak ingin Uswa tersakiti.
"Jadi ... gimana?" celetuk Fajar, sembari menyantap sate di hadapannya.
Uswa yang sedang menikmati bakso, memilih untuk tidak menghiraukan Fajar. Ia juga tidak mengerti maksud pertanyaan sahabatnya, karena dia dan Ardian hanya sebatas berkenalan, dan mengembalikan totebag yang ditemukan Ardian.
Merasa tidak direspon oleh Uswa, Fajar segera menghabiskan satenya. Ia ingin segera mengenalkan Uswa dan Ardian, agar kedua sahabatnya nyaman untuk mengobrol, setidaknya sebagai teman. Tidak ada suara antara mereka berempat, hingga Uswa, Dila, dan Fajar sama-sama telah menghabiskan makanan mereka.
Drrtt ... drrtt ....
Ponsel Uswa berdering, satu panggilan suara via whatsapp. Dengan cepat Uswa meraih ponsel yang ada di hadapannya. Senyum manis merekah di wajahnya. Matanya berbinar, memancarkan pesona indah, hingga Ardian pun terpanah pada Uswa yang fokus dengan ponselnya.
"Assalaamu'alaikum, Mas ...." Uswa mengucap salam, menerima panggilan suara dari Hanz.
"Wa'alaikumussalaam, Dek. Kamu lagi ngapain? Mas masih ada sinyal, masih bisa menghubungimu," Suara Hanz terdengar dari balik ponsel, membuat Uswa terus melukiskan senyum manisnya.
"Saya sedang duduk bersama teman, di coffe shop dekat rumah, Mas." jawab Uswa, memberitahu Hanz, agar tidak merasa risau.
Mengetahui Uswa sedang berada di luar, suara Hanz terdengar khawatir dari balik ponsel. Ia sedikit meninggikan nada suara, menyuruh Uswa untuk segera kembali. Hanz tidak ingin Uswa mengalami hal seperti sebelumnya.
"Mas tenang ... saya bersama teman-teman, mereka berdua tau kondisi saya," jawab Uswa, dengan nada yang sangat lirih, namun masih bisa didengar oleh ketiga orang di dekatnya.
Ardian yang mendengar kalimat Uswa, menoleh ke arah Fajar. Ia seakan ingin tahu maksud dari Uswa, yang mengatakan bahwa Fajar dan Dila tahu kondisi Uswa. Sedangkan Fajar yang ditatap, ia hanya menggeleng pelan, memberi isyarat agar Ardian tidak bertanya perihal rasa penasarannya.
Mendapat jawaban dari Fajar, Ardian kembali menatap Uswa. Wanita di hadapannya telah mengakhiri panggilan suara. Kini, Ardian semakin terpesona dengan binar indah yang menatap kotak, isi dari totebag yang ia temui.
Dengan perlahan, Uswa membuka kotak pemberian Hanz. Matanya semakin berbinar, senyumnya semakin merekah. Ia sangat bahagia diberi hadiah hiasan lampu bola kristal, yang di dalam bola tersebut seakan dihiasi oleh tiruan dermaga.
Dalam bola tersebut ada kapal yang seakan berlayar di lautan menuju dermaga. Sedangkan di dermaga, ada seorang wanita yang berdiri, melambai pada kapal yang berada di lautan.
"Sesuai dengan kesukaanmu ya, Wa." celetuk Dila, yang juga menatap lampu bola kristal milik Uswa.
Dila dan Fajar sangat tahu, bahwa Uswa sangat menyukai barang-barang yang unik dan lucu seperti gantungan kunci atau tas, stasioneri yang lucu-lucu, tempat minum yang lucu, atau sandal yang bentuknya lucu-lucu.
"Iya," jawab Uswa, dengan tidak mengalihkan pandangan dari pemberian Hanz.
"Kayaknya bisa diidupkan itu, Wa. Coba tengok bawahnya, ada tombol on/off-nya itu." timpal Fajar, yang ikut penasaran, sekaligus senang melihat Uswa tersenyum bahagia.
Uswa langsung memiringkan benda itu, melihat bagian bawah tatakannya. Benar saja kata Fajar, di bawahnya ada tombol on/off. Uswa segera menekan tombol itu, membuat delapan pasang mata tertuju pada lampu bola kristal.
Lampu tersebut langsung menyala, memancarkan semburat warna biru, sesuai warna langit yang cerah. Replika lautan yang ada dalam bola tersebut, seakan bergelombang, menggerakkan kapal, yang terlihat seperti terombang-ambing.
Replika awannya juga ikut bergerak, seakan seperti di langit sungguhan. Pakaian dan rambut replika wanita juga bergerak, seolah menari diterpa angin. Lampu bola itu juga mengalunkan instrumen musik sendu, membuat Uswa semakin menyukainya.
Namun, dibalik itu semua, Ardian semakin membisu. Ia tidak sanggup melihat binar indah Uswa. Ardian memalingkan wajah, enggan berlama menatap Uswa, hatinya terasa sakit. Ia merasa cemburu dengan pria yang ia lihat di dermaga.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Hadiah dari orang yang kita cintai tidak dinilai dari bentuk barangnya. Namun, dinilai dari betapa pentingnya dia dalam hidup kita....
...~Titik Kedua~...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Dewi Payang
10 iklan buat kak author🫰🫰
2024-08-13
0
Dewi Payang
Rasa suka belum terbaalaskan, tapi sudah merasakan sakit....
2024-08-13
0
Dewi Payang
Sangat penting, Ardian....
2024-08-13
0