Kita Bisa Membuatnya Lagi Nanti

"Aku ... aku minta maaf, Mas!" bisik Laras dengan suara serak, air mata mengalir di pipinya.

"Ini bukan salahmu, Laras! Kita akan melewati ini bersama," kata Dokter Pram, suara pria itu tampak serak dan rendah. Keduanya saling diam, dan bergelung dalam rasa kehilangan yang sama.

Hari-hari berikutnya dihabiskan Laras di ruang perawatan intensif. Dokter Maura terus memantau kondisinya, sementara Dokter Niko bergantian memeriksanya dengan Dokter Nanda. Kondisi Laras semakin membaik seiring berjalannya waktu.

"Laras, kamu sudah melalui masa-masa sulit. Sekarang, fokuslah untuk pulih dan semangat untuk sehat, nanti buat lagi sama Dokter Pram," kata Dokter Maura dengan senyum menggoda Laras.

Laras hanya tersenyum dan mengangguk. Mendung di wajahnya masih belum pergi, dan hari ini ia kedatangan kedua mertuanya dan Tante Suci serta Om Bima. Laras menangis dalam dekapan Tante Suci, kehilangan ini menyesakkannya. Bahkan ia belum memeriksanya dengan testpack padahal Laras sudah membeli dengan merk yang terbaik.

"Sudah, sayang! Kok tambah kenceng sih nangisnya," ucap Tante Suci mengusap punggung keponakannya.

Ketiga orang lainnya menunduk dan mencoba menahan rasa sedih mereka. Kehilangan memang bukan sesuatu yang mudah untuk dikepaskan dan membuat rasa sedih yang menyakitkan.

"Nak, sudah! Kalian masih banyak waktu dan bisa memilikinya kembali setelah kalian sama-sama siap." Mama Ajeng mengusap puncak kepala Laras penuh kasih.

Laras melepaskan dekapannya dari Tante Suci. Menatap ibu mertuanya penuh sesal, "maaf karena Laras belum bisa menjadi menantu yang baik untuk Mama."

Mama Ajeng menggeleng, "siapa bilang? Baik dan tidaknya kamu itu Mama yang menilai, bukan kamu ataupun orang lain."

Laras sedikit tenang dan merasa beban kesedihannya sedikit terangkat dengan kedatangan Tante Suci ke Jakarta. Tante Suci akan berada di Jakarta beberapa hari sampai Laras benar-benar pulih.

"Sudah makan siang?" Laras menoleh dan mendapati Dokter Pram masuk ke ruangannya.

"Sudah. Tadi sama Tante dan Mama, tapi mereka pulang dulu karena Tante baru sampai langsung ke sini," jawab Laras menjelaskan.

"Mas, sudah makan siang?" tanya Laras balik, menatap wajah lelah dan cekungan menghitam yang terlihat samar di bawah mata pria itu.

Laras tahu Dokter Pram tampak tidak istirahat dengan teratur sejak hari ia masuk rumah sakit kemarin. Laras merasa bersalah dan kasihan pada suaminya itu.

"Tadi delivery makan di ruangan," sahut Dokter Pram duduk di bangku samping ranjang Laras.

"Mas kurang tidur dan istirahat. Sudah selesai visit pasiennya? Istirahat dulu di sini, Mas. Lihat mata Mas sudah menghitam seperti zombie," ujar Laras mengusap pelan wajah lelah sang suami.

"Saya tidka bisa tidur beberapa hari ini karena tidak ada yang menemani," ujar Dokter Pram menatap Laras dalam.

Laras salah tingkah dan memalingkan wajah. Ck, bisa-bisanya pria ini menggombal di saat kondisi begini.

"Kan di rumah kasurnya empuk ada Bagas juga," sahut Laras acuh.

"Bagas mana bisa ngasih saya morning kiss dan membantu saya berpakaian!"

"Mas, astaga kamu ini!" Laras mendelik kesal, dan buyar sudah keinginannya yang ingin memperhatikan pria itu.

"Nah kalau kamu sudah bisa menatap saya seperti ini ... Saya sudah yakin kalau kamu baik-baik saja ...."

Laras menghela napas, "semua harus baik-baik saja karena kehilangannya bukan berarti hidup kita tidak harus berjalan. Masih banyak waktu nanti untuk kita membuatnya lagi ...."

"Wow, saya salut dengan kegigihan dan ketidaksabaran kamu melakukannya kembali. Dimana? Di mobil? Ruangan saya? Atau mau coba di kamar mandi? Atau di dap--"

"Dokter mesum!" Laras memukul lengan pria itu dengan wajah memerah. Memerah kesal dan juga memerah karena pikirannya yang kotor oleh ucapan pria itu. Astaga otaknya sudah tercemar dan tidak suci lagi.

Dokter Pram menyeringai nyaris menyunggingkan sedikit senyumnya. Pria itu menangkap tangan Laras, "nanti kita coba di sofa!" bisiknya datar sebelum bangkit menjauh, dan membaringkan tubuh di sofa di ujung ruangan.

"Mesum!" dengus Laras, dan setelahnya hening. Laras memperhatikan Dokter Pram yang telah memejamkan matanya dan dengkur halus pria itu terdengar mengisi ruangan.

"Aku sepertinya sudah benar-benar jatuh cinta sama kamu, Mas!" gumamnya lirih.

...Bersambung.......

Terpopuler

Comments

faridah ida

faridah ida

karena sudah sama2 cinta ,nanti buat anak lagi aja program kembar ...😁🤭

2024-07-20

1

faridah ida

faridah ida

lebay nih dokter Pram ... bilang aja kangen nina ninu ....😂😂

2024-07-20

1

LISA

LISA

Syukurlah Laras udh pulih..sehat terus y Laras..rukun selalu jg dgn dokter Pram

2024-07-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!