Rumah sakit sibuk seperti biasa, dengan orang-orang berlalu-lalang di lobi. Laras duduk di kursi yang ada di lobi. Melirik jam di lengannya yang telah menunjukkan angka jam 10 malam.
Dokter Linda, seorang dokter dengan penampilan anggun dan netra tajam, melihat Laras dari kejauhan. Hatinya dipenuhi rasa cemburu dan tak suka karena bisa-bisanya dokter Pram menikahi perempuan itu. Dirinya bahkan jauh lebih baik daripada perempuan itu.
Linda mendekati Laras dengan langkah mantap, senyum sinis tercetak di bibirnya.
“Laras,” panggilnya dengan nada dingin.
“Kau sungguh tidak bisa menjaga diri sehingga tidak sadar bahwa kau telah menghilangkan nyawa anak Dokter Pram!"
Laras mengangkat wajahnya, menatap Dokter Linda dengan alis terangkat. Apa pula urusan dokter satu ini dengannya.
"Kurasa itu bukan menjadi urusan Anda, Dokter Linda!"
Linda menggelengkan kepala, tatapannya penuh ejekan. “Apa kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu hingga melupakan kesehatanmu sendiri? Atau ... Sibuk mencari perhatian pria lain!”
Kata-kata Dokter Linda membuat Laras menyipitkan netranya tak senang. Kenapa dokter satu ini senang sekali mengganggunya.
"Entah saya mau sibuk mencari perhatian pria lain atau bukan ... Itu tidak menjadi urusan Anda!" dengus Laras bersedekap.
Linda tersenyum tipis, "menjadi urusanku karena kamu tidak becus menjadi istri Dokter Pram!"
Emosi Laras memuncak. Ia bangkit dari bangku dengan cepat, matanya menyala penuh kemarahan.
“Bagaimana kau bisa bicara seperti itu? Bahkan kulihat Anda lebih murahan daripada Saya, Dok!" ejek Laras terkekeh sinis.
Orang-orang di lobi mulai memperhatikan, beberapa di antaranya berhenti dan melihat ke arah mereka dengan tatapan penasaran. Suasana menjadi tegang.
“Kau tidak lebih murahan dariku, Laras! Perempuan mana yang mau menikah dengan mantan suami almarhumah kakak sepupunya dan naik ke ranjangnya ...."
Laras mendengus, "Anda bicara seperti ini karena Anda tidak pernah menjadi wanita yang dilirik oleh Dokter Pram, Dok! Kasihan sekali!" Laras pura-pura mengusap sudut matanya merasa sedih.
Dokter Linda yang mendapat balasan seperti itu dari Laras menggeram marah.
"Perempuan sialan!" geram Dokter Linda mendorong Laras hingga perempuan itu jatuh terduduk di bangku besi itu.
Keributan itu menarik perhatian dokter Pram yang kebetulan akan pulang. Melihat dua wanita itu bersitegang di lobi, ia segera melangkah cepat menghampiri mereka. Apa-apaan dua wanita itu, apa tidak malu menjadi tontonan oleh pasien lain?
“Ada apa ini?” suara dokter Pram terdengar jelas, penuh intimidasi dan nada dingin.
Laras dan Dokter Linda menoleh ke arahnya, tetapi tidak ada yang langsung menjawab. Melihat situasi yang semakin tidak terkendali, dokter Pram mengambil sikap tegas.
“Ini rumah sakit, bukan tempat untuk bertengkar,” kata dokter Pram dengan nada marah.
“Dokter Linda, saya tidak percaya Anda akan bersikap seperti orang tolol seperti ini, dan Laras ... bagaimana bisa kamu tak tahu malu mempertontonkan keributan kalian ini!"
Dokter Linda tampak sedikit gugup di hadapan dokter Pram.
“Dokter Pram, saya hanya mencoba memberikan nasihat kepada Laras. Dia mengalami keguguran dan ....”
“Dan Anda menyalahkannya atas itu?” potong dokter Pram. “Nasihat Anda tidak membantu, justru membuat keadaan menjadi lebih buruk. Kita di sini untuk merawat dan mendukung pasien, bukan untuk menghakimi mereka!”
Laras menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya.
“Dokter Pram, saya hanya--"
Dokter Pram mengangguk, tatapannya datar tak terbaca.
“Dokter Linda, saya ingin berbicara dengan Anda sebentar. Sekarang!"
Linda terdiam, tidak berani menolak perintah Dokter Pram. Ia mengangguk pelan dan mengikuti dokter Pram yang berjalan menuju bangku kosong di ujung lobi. Sebelum pergi, Dokter Pram menoleh kembali kepada Laras.
“Tunggu Saya di sini sebentar!"
Laras mengangguk, merasakan tatapan pria itu yanga amat tajam. Ck, padahal bukan dia yang memulainya duluan. Ia kembali duduk di bangku, mengamati kedua dokter itu yang duduk di bangku ujung.
“Dokter Linda,” kata dokter Pram, “saya tidak bisa menerima cara Anda bersikap. Sebagai dokter, tugas kita adalah merawat dan mendukung pasien, bukan menyalahkan mereka atas hal-hal yang mungkin di luar kendali mereka.”
“Saya mengerti, dokter Pram,” jawab Linda dengan suara pelan.
“Saya hanya berpikir bahwa ....”
“Tidak ada pembenaran untuk perilaku seperti itu,” potong dokter Pram.
“Laras sudah cukup menderita dengan kehilangan bayinya. Kata-kata Anda hanya menambah beban emosionalnya. Saya ingin Anda meminta maaf kepadanya, dan mulai sekarang, perhatikan cara Anda berbicara dengannya karena dia bukan hanya staf di sini, tapi juga istriku ...."
Dokter Linda mengangguk kaku, merasa sakit hati dan cemburu akan pengakuan pria yang ia cintai itu.
“Baik, Dokter Pram. Saya akan melakukannya.”
Dokter Linda segera pergi, berjalan kembali mendekati Laras yang terus memperhatikan mereka dari tadi.
"Saya minta maaf, dan ingat ... Aku tidak bisa membiarkan Pram kembali diambil oleh perempuan lain. Aku akan membuatnya menoleh padaku nanti!"
Setelah mengatakan itu dengan pelan, Dokter Linda berlalu dan meninggalkan Laras yang masih diam.
"Sudah?"
Dokter Pram menyadarkan Laras. Wanita itu menoleh dan mengangguk singkat. Keduanya berjalan menuju mobil dan meninggalkan rumah sakit.
"Kalian berdua sangat memalukan!" ujar dokter Pram ketika mereka dalam perjalanan pulang.
Laras menoleh, "bukan aku yang memulai!"
"Kalau kamu tidak meladeninya, dia tidak akan mengganggu kamu!" dengus Dokter Pram lagi.
Laras mendengus kesal, "lalu aku harus diam saja mendengar dokter itu mengejekku? Yang benar saja, dia bisa besar kepala!"
"Lalu kalian senang menjadi tontonan orang lain? Memalukan!"
Laras mendengus, mencubit kesal lengan Dokter Pram tanpa sadar. Pria itu menoleh padanya sejenak dan melotot tajam akan perlakuan Laras itu.
"Kenapa kamu mencubit saya?"
"Ngeselin, sok tegas dan gak peka!" gumam Laras memalingkan wajah.
"Saya seperti menikah dengan anak-anak!" dengus Dokter Pram, mematikan mesin mobil ketika mereka telah sampai di rumah.
"Kamu marah?" Pria itu menahan lengan Laras yang hendak keluar dari mobil.
"Saya kesal dan gak suka sama Dokter Linda!" ujar Laras menatap sang suami kesal.
"Kamu gak suka sama dia, tapi kenapa kesalnya sama saya?"
Laras lagi-lagi mencubit lengan pria itu, "karena Dokter Pram berbincang dengan wanita itu dan membuat wanita itu mau meminta maaf sama saya. Saya gak suka sama dokter ganjen itu!"
Dokter Pram tampak terdiam mencerna kalimat Laras.
"Kamu cemburu?" tanyanya tak yakin.
"Gak usah diperjelas, Mas!" teriak Laras kesal, melepaskan lengannya dari genggaman pria itu.
Laras langsung membuka pintu mobil dan berlari memasuki rumah. Dokter Pram masih terpaku, dan sebuah senyum tipis tanpa disadari pria itu tersungging.
"Kata orang cemburu tanda cinta. Kamu secinta itu sama saya, Laras?" gumam Pria itu menyeringai samar.
...To Be Continue.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sendyy
lah kesal dia pdahal bener yg diomongi laras haha 😅
2024-08-10
0
Tria Hartanto
dokter linda sudah keterlaluan sikap dan tutur katanya ngga mencerminkan wanita terhormat kelihatan banget murahannya.
semangat laras jangan menyerah untuk melawan si jalang linda.
2024-07-23
1
Yus Warkop
dr Pram gak peka . dasar dr dingin kaya kulkas 8 pintu
2024-07-23
1