Sakit!

Sejak beberapa minggu terakhir, Laras merasa berbeda secara emosional. Dia sering merasa mudah tersinggung tanpa alasan yang jelas, kadang-kadang bahkan pada hal-hal kecil seperti kertas yang tidak rapi di meja kerjanya atau komputer yang berjalan lambat.

Siang itu saat Dokter Pram sedang lewat di koridor, ia melihat Laras sedang berdiri di dekat mesin kopi. Wajahnya perempuan itu tampak murung dan lesu.

"Kamu baik-baik saja, Laras?" tanyanya dengan suara rendah. Berdiri dengan salah satu tangan tersembunyi di saku snelli dokternya.

Laras menoleh dengan cepat, senyum yang dipaksakan terpancar di wajahnya. "Oh, ya, Dokter Pram. Saya baik-baik saja." Laras menjawab formal karena banyak pasang mata memperhatikan mereka.

Namun, Dokter Pram bisa melihat kegelisahan dan wajah lelah yang tersembunyi di balik senyum Laras. Pria itu mengangguk, memberikan dua buah permen yang ia ambil dari sakunya dan meletakkannya di telapak tangan Laras yang menatap pria itu bingung.

"Biar moodnya agak baikan," ucap pria itu sebelum berlalu.

Hari-hari berikutnya, sikap Laras semakin memburuk. Dia sering terlihat badmood, terkadang bahkan menangis di ruangannya sendiri setelah interaksi yang sulit dengan pasien atau rekan kerja. Dokter Pram pun tak mengerti dengan sikap perempuan itu.

Suatu sore, ketika Dokter Pram pulang ke runah ia menemukan Laras sedang duduk di depan sofa ruang tengah, perempuan itu menatap layar televisi dengan serius.

"Laras, apakah ada masalah?" tanyanya dengan suara yang sedikit tajam, menatap mata bengkak wanita itu.

Laras menoleh dengan ekspresi yang tidak terlalu ramah. "Saya baik-baik saja, Dokter Pram."

Dokter Pram menarik napas dalam-dalam. "Saya bertanya baik-baik, kenapa kamu malah marah dengan saya?"

Laras diam saja dan kembali fokus pada layar di depannya. Dokter Pram mendengus. Namun, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa kesal dengan sikap Laras yang uring-uringan beberapa hari ini.

Pagi ini Laras merasa tubuhnya lemah dan tak bertenaga. Namun, dia tetap harus bangun dan berangkat kerja. Hari ini Laras meminta Bi Darti memasak sarapan untuk sang suami, karena ia tidak mood dan tak bertenaga. Bagas sudah ia mandikan dan bergabung bersamanya di meja makan, sedang Dokter Pram masih bersiap.

"Kamu sakit?" tanya Dokter Pram ketika mereka sarapan.

Laras menggeleng, "aku baik-baik saja, Mas."

"Yakin? Wajahmu lesu sekali. Ambil libur saja kalau sedang tak enak badan," ucap Dokter Pram memperhatikan wajah Laras, tampak ada kecemasan di wajah pria itu.

Laras menggeleng, "tidak apa-apa. Lagian besok aku juga libur."

Dokter Pram mengangguk. Keduanya berangkat bersama dan berpisah di lobi seperti biasanya. Laras meletakkan tas di mejanya dan menelungkupkan kepala di meja dengan berbantal lengannya.

"Lemas banget, Ras. Sakit?" tanya rekan kerjanya.

Laras menggeleng, "gak tau, Kak. Beberapa minggu ini mood aku naik turun. Sama hal sekecil apapun aku mudah banget tersinggung," jawab Laras lemas.

Rekan seniornya itu mengangguk tampak berpikir, "kapan terakhir haid, Ras? Sudah kamu periksa belum siklus bulanan kamu. Siapa tahu kamu sedang hamil."

Laras langsung menegakkan tubuhnya dan menatap seniornya itu dengan kaget, "hamil?"

"Lah iya kan kamu sudah menikah. Kenapa kamu kaget gitu?"

"I--iya, ya!" Laras kini menghitung kapan terakhir kali ia haid dan memang sudah lewat dari sebulan yang lalu. Astaga kenapa bisa-bisanya ia melupakannya. Banyaknya kejadian dan hal yang ia lalui beberapa minggu ini membuatnya lupa akan haidnya. Ia pikir mungkin karena dirinya sedang stress saja, tapi jika benar dirinya hamil?

Laras memutuskan akan memastikannya dahulu dengan testpack setelah pulang kerja ini. Walaupun tampak lesu, Laras tetap ramah dan harus tersenyum menghadapi orang-orang yang mengurus administrasi perawatan. Namun, kedatangan dr. Niko ke mejanya saat jam istirahat mmebuat Laras tak suka. Karena ia tidak ingin mencari gara-gara lagi dengan dr. Pram yang tak suka atas kedekatannya bersama dr. Niko.

"Mau makan bersama, Ras? Naomi gak shift pagi ya hari ini?" tanya sang dokter melongokkan kepala di meja administrasi.

"Duluan saja, Dok. Saya makan bersama Kak Selli," jawab Laras mengangguk singkat.

Dokter Niko mengangguk, "ya sudah kalau begitu. Duluan ya!"

Laras mengangguk, dan setelah kepergian dr. Niko ia malah menemukan tatap tajam dari Dokter Pram yang berdiri bersandar di dekat lift, menatap Laras dengan netra memicingnya.

Laras mengangguk mencoba menyapa, tapi pria itu melengos dan berlalu pergi. Karena itu juga Laras merasa sedih dan netranya berkaca-kaca. Laras benci dirinya yang seperti ini, mudah sekali tersinggung pada hal-hal yang seharusnya tak perlu ia risaukan.

"Benci banget deh sama hormon begini," gumam Laras menatap perutnya. Jika benar dirinya hamil, entah bagaimana dirinya dan hormon sensitif ini berjalan.

Sesuai rencananya, Laras membeli beberapa testpack dengan merk yang akurat dan bagus, ia pulang dijemput Pak Maman seperti biasanya. Sebenarnya, Laras ketika di Jogja bisa mengendarai roda empat itu sendiri, tapi karena ini Jakarta dan kondisi jalannya lebih macet dari Jogja, Laras tak berani dan juga tidak diizinkan mengendarai mobil sendiri.

Laras sampai di rumah beberapa menit kemudian dan mendapati Bagas sedang bermain bersama pengasuhnya.

"Halo, sayang! Belum tidur dia, Mbak?" tanya Laras setelah mengecup pipi Bagas.

"Gak mau tidur dari tadi, Bu. Sudah saya bujuk kasih susu juga masih mau main dan rewel," jawab Mbak Cika.

"Tidur siang sama Mama aja yuk, Nak!" Laras menggendong Bagas yang untungnya kali ini langsung mendekat dan minta digendong olehnya.

"Mbak Cika siap-siap aja. Biar Bagas tidur siang sama aku aja, Mbak." Laras berjalan dengan Bagas dalam gendongannya menuju kamar.

"Tidur ya, Nak! Mama juga ngantuk dan capek banget," ucap Laras mengelus punggung sang putra dan keduanya terlelap bersama.

Laras terbangun ketika merasakan bagian perutnya sakit sekali. Ia terduduk dan mengerang merasa perutnya seperti ditusuk-tusuk jarum. Bagas masih berbaring di sampingnya.

"Ya Allah, sakit banget!" rintih wanita itu menyambar telepon di nakas.

Mencoba menghubungi Bi Darti yang ada di lantai bawah, "Bi, bisa tolong ke kamar sekarang!" ucap Laras terengah karena tak tahan lagi akan sakitnya.

Bi Darti langsung menjawab iya dan telepon segera Laras matikan. Wnaita itu kembali berbaring dan meringkuk seperti bayi dengan tangan di perut. Tidak lama Bi Darti masuk dan menatap cemas sang nyonya.

"Mbak Laras, kenapa?" Bi Darti mengusap keringat dingin di keningnya.

"Sakit, Bi. Perutku sakit banget?" rintihnya.

"Mbak Laras lagi datang bulan?" tanya Bi Darti mengira jika sakitnya karena datang bulan.

Laras menggeleng, "aku udah telat sebulan ini, Bi."

"Mbak!" Bi Darti melotot ketika ia memegang bagian perut wanita itu dan menemukan noda merah di bagian belakang pakaian yang Laras kenakan.

"Darah, Mbak! Mbak Laras haid ini," ucap Bi Darti.

"Tapi rasanya sakit banget, Bi. To--tolong telepon Dokter Maura, Bi!"

Bi Darti mengangguk. Menelepon Dokter Maura dan mencoba mengelus punggung Laras mencoba meredakan sakit wanita itu, tapi bukannya sakitnya mereda rintihan Laras semakin menjadi. Bagas sudah Bi Darti pindahkan ke kamar balita itu. Takut menggangu sang balita.

Lima belas menit kemudian Dokter Muara sampai dan langsung memeriksa Laras, sang dokter langsung meminta Bi Darti menyiapkan mobil karena kondisi Laras sangat serius.

"Ada apa, Dok?" tanya Laras lemas dibantu masuk ke mobil oleh Bi Darti dan Pak Maman.

"Kamu gak sadar kalau kamu hamil dan sekarang kamu pendarahan, Ras!" jawab Dokter Maura marah.

Bi Darti langsung terperangah dan wajah cemasnya tak tertahankan. Dokter Muara ikut masuk ke mobil bersamanya, sedang Bi darti harus menjaga Bagas. Pak Maman melajukan kendaraan roda empat itu dengan cepat.

"Kan--kandunganku tidak apa-apa kan, Dok?"

"Bukan bagianku ini. Kuharap kalian baik-baik saja," jawab Dokter Maura sibuk menelepon orang.

"Kamu akan baik-baik saja kan, Nak? Mama mohon bertahanlah, maafkan Mama terlambat menyadari keberadaan kamu ...."

...Bersambung.......

Terpopuler

Comments

Takdir Hidupku

Takdir Hidupku

kegugurankah

2025-01-18

0

Yus Warkop

Yus Warkop

lanjut up

2024-07-19

0

faridah ida

faridah ida

hadeeh Laras ceroboh nih , udah tahu lagi hamil ,malah gendong Bagas ...

2024-07-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!